BAB 14

3.6K 182 0
                                    

Bram memandang Agni disana, wajah wanita itu seakan belum hilang dari ingatannya, sekarang ia bertemu lagi disini. Ia tidak tahu berapa lama, Agni kerja di ruang accounting ini. Kenapa ia baru menyadari Agni kini berada disini bersamanya. Jika ia tahu Agni disini, ia tidak akan membiarkan Agni berada di ruangan accounting yang sibuk seperti ini. Agni lebih cocok menjadi receptionis, yang berada di depan menyambut kedatangan tamu. Jantung Bram berdesir ketiak iris mata bening itu membalas tatapannya.

Ada beberapa alasan ia harus ke ruang accounting, karena ia melihat ada kesalahan fatal di laporan keuangan, dilakukan oleh salah satu pegawainya. Bram tidak ingin hal itu terjadi lagi, karena menyangkut keuangan perusahaan yang krusial.

Kedatangannya kesini diberikan kejutan yang tidak terduga, ia hafal betul siapa pemiliki wajah cantik itu. Wanita itu mengenakan blezer putih dengan rok span hitam di atas lutut. Rambutnya tergulung sempurna di kepalanya. Sungguh wanita itu semakin cantik, setelah beberapa minggu lalu ia tinggalkan begitu saja, lebih tepatnya ia campakan.

Wajah itu seakan menjadi bayang-bayang dalam hidupnya. Setelah kejadian itu, Ia memang tidak berniat meninggakkan Agni begitu saja, ia memandang Agni dari kejauhan untuk memastikan wanita itu aman sampai ke rumah. Bram takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Bram menatap Agni menangis tersedu-sedu di dekat halte. Sungguh ada perasaan terluka melihat wanita itu menangis, entahlah Ia tidak mengerti dengan hatinya, ada perasaan marah, pedih dan sekaligus ingin sekali mengusap air mata itu. Disisi lain ia ingin membalas rasa sakit hatinya.

Setelah kejadian itu, ia tidak pernah melihat Agni lagi. Informasi yang ia dapat dari salah satu pegawai, bahwa Agni telah resign.

Suasana ruangan menjadi hening, Bram melangkahkan kakinya mendekati Agni, wanita itu berdiri di sisi pojok ruangan, ia bersama salah satu staff nya. Bram hanya ingin memastikan bahwa apakah wanita itu benar Agni atau bukan. Bram tidak peduli ketika para staff memandangnnya. Kini ia sudah berada di hadapaan Agni. Ia melihat secara jelas wajah itu secara dekat. Ternyata, wanita itu benar-benar Agni, Bram lalu melipat tangannya di dada.

"Kamu baru disini?" Tanya Bram memecahkan kesunyian.

Jujur Bram tidak pernah mempermasalahkan staff baru dan lama di perusahaanya, karena itu hanya hal kecil yang tidak perlu ia ketahui dan ia tidak pernah mengurus hal seperti itu. Semua hal yang menyangkut para karyawan adalah tugas utama HR departemen, karena Bram mempercayakan pihak HR untuk mengkrekrut karyawan yang potensial dan menjalani tugasnya dengan baik.

"Iya, saya hanya magang disini" ucap Agni, ia membalas tatapan Bram.

Bibir Bram terangkat, ia baru menyadari bahwa Agni mahasiswa semester enam yang sudah seharusnya wanita itu praktik kerja lapangan, semua mahasiswa mengalami hal seperti itu, termasuk dirinya dulu ketika menjadi mahasiswa.

Bram memberanikan diri, menyentuh rambut lurus Agni dengan berani, rambut itu begitu lembut dan aroma stoberi yang masih teringat jelas di ingatannya. Jujur ia merindukan harum stroberi yang manis dari tubuh Agni.

"Semoga kamu bisa belajar dengan baik" ucap Bram, ia melepaskan jemarinya dari rambut Agni.

Bram melangkah menjauhi Agni, ia tidak ingin para karyawannya bertanya-tanya bahwa ia memiliki hubungan dengan Agni. Selama ini ia tidak pernah peduli dengan karyawannya. Aksi marahnya hilang begitu saja, karena kehadiran Agni telah mengacaukan semua konsentrasinya.

Bram masih menatap Agni disana, wanita itu hanya diam di posisi yang sama. "Kesalahan portal tadi, harus di selesaikan secepatnya" ucap Bram.

"Saya tidak ingin ada kesalahan lagi, berhati-hatilah dalam bekerja" Bram, lalu meninggalkan ruangan accounting begitu saja, di susul oleh beberapa asisten dan komisarisnya di belakang.

Beberapa menit kemudian, semua para staff accounting tercengang apa yang di lihatnya. Bram sama sekali tidak marah seperti sebelum-sebelumnya. Sedetik kemudian, semua mengalihkan tatapannya ke arah Agni. Agni juga tidak tahu akan berbuat apa, ia merasa canggung jika dilihat seperti itu.

Nisa yang tadi, mati-matian berdoa agar Bram tidak mengeluarkan kata-kata kasar dari mulutnya. Sekarang yang ia lihat seakan mimpi. Bram sama sekali tidak membahas tentang kesalahannya. Ia ingin sujud syukur, doanya terkabul.

Bram datang hanya mendekati Agni, anak magang yang baru dua hari di kenalnya. Oh Tuhan, itu sulit di percaya, Bramasta Wijaya yang terkenal dengan keras dan tidak berprikemanusiaan itu datang kesini hanya bertemu Agni.

Agni yang berdiri lalu kembali duduk. Agni dengan cepat menyibukkan diri di meja kerjanya. Sedetik kemudian, betapa terkujutnya Agni, memandang beberapa staff accounting dihadapannya.

"Apa hubungan kamu dengan pak Bram?" Tanya Nisa, memecahkan kesunyian.

Agni mengehela nafas, "tidak, saya tidak memiliki hubungan apa-apa".

Beberapa staff accounting yang lain mengerutkan dahi tidak percaya, "tidak mungkin, tidak ada hubungan apa-apa dengan pak Bram, terlihat jelas dia kesini bertemu dengan kamu" timpal yang lain.

"Apakah kamu kekasih pak Bram?" Tanya yang lain.

Agni seakan tidak percaya bahwa wanita berkaca mata itu mengatakan dirinya adalah kekasih Bram. Menjadi Bram yang benar saja, justru dia adalah wanita yang di campakkan Bram. Itu sama sekali tidak masuk akal.

"Tidak" timpal Agni lagi.

"Saya sudah hampir tiga tahun disini, tidak pernah sekalipun pak Bram menanyakan setatus saya. Sekarang pak Bram malah peduli dengan anak magang, seperti kamu".

"Apakah kamu kesini memata-matai kerjaan kami?" Tanyanya yang lain.

"Jadi benar kamu kekasih pak Bram? Kamu memang seperti kekasih pak Bram, kamu cantik dan fashionable".

Agni menarik nafas, kepalanya berdenyut hebat. Semua tuduhan itu tidaklah benar. Kenapa mereka berpikir bahwa dirinya adalah kekasih Bram, yang benar saja, melainkan dirinya sebaliknya.

"Ya Tuhan, bagaimana saya harus menjelaskannya. Saya benar-benar tidak memiliki hubungan apa-apa dengan atasan kalian" ucap Agni.

Agni lalu mendorong kursinya ke belakang. Agni menegakkan tubuhnya, dan ia memandang para staff.

"Saya kebelakang dulu" ucap Agni.

Agni lalu melangkah menjauhi diri, lalu berjalan meninggalkan ruangan accounting.

**************

DENDAM SANG CEO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang