BAB 19

3.6K 157 3
                                    

Bram seolah masuk lagi dalam hidupnya. Agni tidak menolak atas kehadiran Bram disisinya. Agni telah mengakui ia banar-benar jatuh cinta atas pesona Bram. Rasa cinta bukan sekedar hasrat ingin memiliki, tapi kehadiran Bram adalah begitu penting dalam hidupnya. Jatuh cinta seperti ini membuatnya egois, ingin memiliki Bram begitu kuat.

Saat jam makan siang, Bram tidak lagi mengantarnya makan, melainkan Bram mengajaknya langsung makan di restoran. Agni sama sekali tidak menolak ajakan Bram. Sungguh ia sudah menjadi wanita egois yang mendambakan cinta. Jika ingin berkata jujur, rasa cintanya begitu besar kepada Bram dari pada Alan kekasihnya. Walau Agni tahu kepribadian Bram sangatlah buruk, mendekatinya hanya demi balas dendam kepada Adam. Tapi Agni yakin Bram memiliki rasa yang sama apa yang ia rasakan.

Bagaimana ia bisa menjauh dari Bram, sementara ia sudah jatuh cinta kepada laki-laki itu. Hampir setiap malam ia mencoba melupakan Bram, tapi wajah itu telah menghiasi setiap mimpi indahnya. Agni mungkin terlalu naif untuk merubah sifat Bram menjadi lebih baik. Nyatanya laki-laki itu sama sekali bukan lebih baik, justru sebaliknya. Agni yakin cintalah yang akan merubah Bram nanti.

Kemarin Bram mengajaknya tidur bersama, dan ia sama sekali tidak menolaknya. Ia tidak tahu apa yang di dalam pikirannya, ia seperti terhipnotis kata-kata Bram. Mungkin cinta membuatnya seperti ini. Jika ada yang bilang cinta itu buta. Ia membenarkan itu, itulah yang terjadi pada dirinya. Mungkin ini merupakan kali pertama ia merasakan jatuh cinta. Semua terasa indah jika bersama Bram, walaupun ia tahu cinta telah merusaknya.

Bram memandang wajah cantik Agni, wajah itu terlihat tidak bersemangat. Seperti ada beban di wajah cantik itu. Bram meraih jemari lentik Agni. Agni merasakan tangan hangat Bram di genggamannya.

"Sudah sampai, kamu istirahatlah" ucap Bram.

Bram mengantarnya tepat di depan halte seperti biasa, "Iya" ucap Agni.

"Besok sabtu, bisakah kita menghabiskan waktu bersama".

"Mau kemana?" Tanya Agni lagi.

"Kemana saja, saya akan mengajak kamu ke tempat yang indah" ucap Bram, ia mengelus wajah cantik itu.

"Iya" ucap Agni.

Bram lalu mengecup puncak kepala Agni. "Besok saya jemput kamu disini".

Bram meraih tengkuk Agni mendekat, ia mengecup bibir tipis Agni, di kecupnya bibir tipis itu. Sedetik kemudian ia melepaskan kecupannya, ia menatap iris mata Agni,

"pulanglah" ucap Bram.

Agni mengangguk, ia lalu membuka hendel pintu. Sedetik kemudian, Agni memandang mobil Bram menjauh dari pandangannya.

Agni memegang detak jantungnya yang tengah maraton. Agni hampir gila memikirkan hubungannya dengan Bram. Agni memegang dadanya begitu sakit, ia menangis dalam diam. semakin hari hatinya tersiksa, jika seperti ini. Rasa bersalahnya cukup besar pada Adam dan Alan.

Sedetik kemudian, mobil berhenti tepat dihadapannya. Agni dengan cepat mengusap air matanya. Agni tahu siapa pemilik mobil SUV hitam itu. Itu adalah mobilnya Adam. Seketika jendela kaca mobil terbuka. Agni besyukur bahwa mobil Bram sudah hilang dari pandangannya.

"Agni".

Agni mencoba tersenyum, ia tahu betul siapa pemilik suara berat itu. Itu adalah Adam, Adam tidak sendiri disana. Ia bersama Melisa.

"Mas" ucap Agni.

"Masuklah, mas dan mbak mau ke rumah juga" ucap Adam.

Agni tersenyum dan mengangguk, Agni membuka hendel pintu mobil Adam. Adam meneruskan perjalanannya kembali. Suasana di dalam mobil menjadi hening.

"Tadi kamu di antar siapa dek?" Tanya Adam penasaran. Masalahnya ia melihat secara jelas, siapa pemilik mobil itu.

Adam sepertinya tidak asing dengan plat nomor itu. Karena ia memperhatikan itu dari jarak jauh sebelum mobil itu hilang dari pandangannya.

"Teman magang mas" dusta Agni.

"Alan enggak jemput kamu?" Tanya Adam lagi.

"Mas Alan sibuk, klien nya sekarang artis mas".

"Begitu ternyata, mas tadi memperhatikan kamu dari jauh, sepertinya mas kenal dengan mobil itu" ucap Adam seketika.

Jantung Agni maraton, mendengar pernyataan Adam.

"Saya juga tahu betul, siapa pemilik mobil itu" ucap Melisa, Melisa melirik Agni dari kaca dasbor.

Melisa memandang Agni, adik iparnya sepertinya menutupi sesuatu kepadanya.

"Siapa yang mengantar kamu, dek" ucap Melisa.

"Hanya teman mbak".

Melisa memandang iris mata Agni, Agni bukan jenis wanita yang pandai berbohong. Agni sama sekali tidak mempunyai bakat berbohong seperti Bram. "Yakin hanya teman, kamu harus hati-hati loh dek. Pemilik mobil itu, bukan laki-laki baik yang ada di pikiran kamu. Mbak hanya mengambil hal buruknya saja".

Melisa memang tidak bisa berbasa-basi jika semua berhubungan dengan Bram. Karena ia tahu betul siapa Bram, apa yang di lakukan Bram terhadapnya. Melisa merasakan sendiri bagaimana laki-laki itu menghancurkan kehidupannya.

"Iya mbak" ucap Agni pelan

Beberapa menit kemudian, mobil telah tiba di depan rumah. Agni membuka pintu mobil, ia melangkah menuju pintu utama. Agni melirik mas Adam dan embak Melisa juga keluar dari mobil.

Agni berjalan cepat menjauhi Adam dan Melisa. Agni tidak ingin Adam mengatahui hubungan dirinya dan Bram. Agni tidak ingin Adam dan Melisa menanyakannya prihal hubungannya dan Bram lebih dalam.

Agni bergegas menutup pintu kamarnya. Agni menggantung tas di dekat lemari. Agni lalu duduk, ia mengatur detak jantungnya. Oh Tuhan, apa yang harus ia lakukan, jika Adam dan Melisa tahu.

***********

DENDAM SANG CEO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang