Sudah beberapa hari, Agni memilih mengurung diri di kamar. Ia tidak bersemangat melakukan apapun. Sungguh ia sudah cukup letih dengan pikirannya. Wajah Bram masih teringat jelas di pikirannya. Wajah itu seakan tidak berhenti menghantuinya. Agni tahu beberapa hari ini ia kacau sekali, sehingga memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaanya. Pantas saja orang diluar sana lebih memilih mengakhiri hidupnya, ia juga pernah membaca beberapa media meliput seorang wanita gantung diri, karena dikhianati sang pacar, karena mungkin ia sudah di rusak oleh sang pacar. Sungguh itu sangat tragis dan membuat terauma bagi siapapun yang mengalami hal pahit seperti itu.
Agni sudah cukup tegar, ia berusaha agar tidak terlihat kacau di depan kedua orang tuanya. Agni tahu sang ibu mulai mencurigainya, masalahnya ia lebih suka mengurung diri dikamar. Suara ketokan pintu terdengar, Agni merapikan rambutnya dengan jari-jari tangannya, Agni lalu bergegas membuka knop pintu.
Agni memandang sang ibu, tepat di hadapannya "Mas Adam dan mbak Melisa datang, kamu enggak keluar?" Ucap ibu.
"Iya bu" ucap Agni.
Agni dan ibu berjalan menuju ruang utama. Agni tersenyum menatap Adam dan Melisa disana. Adam membalas senyumnya dan mendekatinya. Adam lalu memeluknya, di kecupnya kening Agni. Inilah adik perempuan satu-satunya yang ia sayangi di dunia ini. Bram melepaskan pelukannya, dan ia mengelus wajah cantik Agni.
"Kata ibu kamu berhenti kerja?" Tanya Adam.
"Iya mas, minggu depan Agni sudah praktik kerja lapangan. Jadi Agni istirahat dulu dirumah" ucap Agni, itu adalah alasan yang paling tepat ia ucapkan, karena itu benar adanya ia akan magang sebentar lagi.
"Mas, hampir lupa, ternyata kamu sudah PKL. Mas pikir kamu masih semester dua, padahal baru kemarin kamu masuk kuliah" ucap Adam ia lalu duduk di samping Melisa.
"Mas, Agni sudah hampir tiga tahu kuliah. Masa dibilang masih semester dua aja" sungut Agni.
Agni juga memilih duduk di samping Melisa. Melisa hanya tertawa, melihat dua saudara itu terlihat saling menyayangi satu sama lain.
"mbak Melisa, katanya sudah hamil ya" ucap Agni.
"Iya sudah, baru jalan dua minggu nih. Sebentar lagi kamu punya keponakan yang lucu" ucap Melisa.
"wah Agni sebentar lagi jadi tente. Selamat ya mbak, Agni enggak sabar gendong keponakan" ucap Agni antusias.
Melisa hanya tertawa, ia bergelanyut manja di lengan Adam. Jujur Melisa menyukai keluarga sederhana ini, dari pada keluarga besarnya, yang selalu memandang harta dan kekuasaan. Kesederhanaan inilah yang membuat ia bahagia. Bahagia tidak selamanya tentang uang, hanya dengan cinta mampu membuatnya bahagia. Tidak perlu berlebihan untuk membuat dirinya bahagia, cukup saling menjaga dan saling menyangi itu sudah cukup bagi Melisa.
"Dek, kata ibu kamu lebih suka mengurung diri di kamar? Kenapa? Kamu ada masalah?" Tanya Adam, memperhatikan Agni.
"Enggak kok Mas, Agni baik-baik saja. Agni hanya istirahat saja di kamar. Maklum baru kali ini free dari kerjaan dan kuliah" ucap Agni, ia melirik sang ibu yang menyiapkan makanan di atas meja.
"Begitu ternyata, mas pikir kamu ada masalah. Bagaimana hubungan kamu dengan Alan?" Tanya Adam lagi.
Agni menaruh bantal di sisi pahanya, ia tersenyum, "baik mas, semua baik-baik saja. Mas tanya saja dengan mas Alan".
"Jaga baik-baik hubungan kamu, Mas percaya Alan orang yang tepat untuk menjaga kamu".
"Iya mas" ucap Agni.
Agni menegakkan tubuhnya, melangkah menuju meja makan, "Agni bantu ibu dulu ya Mas, mbak Melisa disini saja, orang hamil enggak boleh kerja".
"Kamu ini dek, biasa saja. Kamu terlalu berlebihan" ucap Melisa.
Agni membantu ibu menyiapkan piring di atas meja. Setelah itu Agni mengambil gelas dan disusunnya dan lalu menuangkan air itu ke dalam gelas.
"Dek, kamu magang di kantor mana?" Tanya Adam penasaran, ia berjalan menuju meja makan di susul Melisa dari belakang.
"Enggak tahu Mas, Agni belum ke kampus. Besok harus wajib kekampus, ada pengumuman penting untuk mahasiswa PKL, Agni di tempatkan di kantor mana saja ya dijalani mas, semua pihak kampus yang nentuin".
"Iya, semoga kamu di tempatnya di kantor yang bagus ya dek. Semoga saja dapatnya di kantor mas" ucap Adam, ia lalu meraih gelas dan ditegukkanya air mineral itu.
Agni tertawa, ia melirik Adam, "maunya sih gitu mas".
Agni memandang hidangan tersaji di atas meja dengan sempurna. Ibu, bapak, embak Melisa dan Mas Adam telah bersiap untuk makan siang bersama. Agni melihat seluruh keluarganya, keluarganya terlihat hangat. Walau sederhana inilah sudah terasa lengkap.
"Dek, uang magang kuliah dan uang semester kamu sudah mas transfer ya" ucap Adam.
"Iya mas".
"mbak banyak baju kantor untuk kamu magang. Masih bagus-bagus juga, besok pulang dari kampus kamu mampir ke apartemen ya. Nanti mbak pilihin blezer mbak yang masih bagus, kamu bisa pilih sendiri nanti" ucap Melisa.
Agni tersenyum penuh arti, masalahnya ia pernah meminjam baju Melisa. Baju Melisa memang ia ancungi empat jempol. Semua yang di kenakan Melisa bermerek dan berkelas. Betapa senangnya Melisa menawarkan langsung kepadanya.
"Iya embak" Agni tersenyum bahagia.
***********
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM SANG CEO (TAMAT)
Romance"Saya pikir kemeja ini cocok untuk anda" ucap Agni, Agni memperlihatkan kemeja itu untuk Bram. Alis Bram terangkat, ia kembali memperhatikan Agni dan lalu mengambil kemeja dari tangan Agni. Bram sengaja menyentuh tangan Agni. Bram merasakan sentuhan...