BAB 37

3.2K 132 0
                                    

Rencana yang dinantikan telah tiba, Pihak keluarga Alan secara resmi meminang Agni. Prosesi lamaran di mulai ketika keluarga Alan tiba di rumah Agni. Pihak keluarga Agni menyambut, dan mempersilahkan keluarga Alan masuk ke dalam rumah, pihak Alan membawa beberapa hantaran atau seserahan untuk melamar Agni.

Prosesi lamaran dibuka dengan kata sambutan dan disertai dengan doa. Acara lamaran itu berisi nasihat tentang kedua calon mempelai dan pengenalan kedua keluarga. Kemudian maksud tujuan kedatangan keluarga Alan.

Alan memandang Agni disana, wanita itu mengenakan kebaya biru, rambut lurusnya, di sanggul sedemikian rupa, wajah itu semakin cantik dengan sapuan make up. Alan memang tidak salah memilih Agni sebagai calon istrinya. Sebentar lagi ia akan menjadikan Agni istrinya.

Akhirnya prosesi tukar cincin di lakukan. Ibunya Alan menyelipkan cincin tunangan itu di jari manis Agni. Agni tersenyum memandang Ibu Alan, wajah itu begitu cantik, terpancar rona bahagia di wajah ibunya. Agni mengalihkan tatapannya kearah Adam, Melisa, dan kedua orang tuanya, terlihat jelas semua bahagia.

Agni memandang Alan disana, laki-laki itu terlihat tampan mengenakan kemeja berwarna biru sama dengan dirinya. Agni tersenyum ketika Alan mengedipkan mata kepadanya. Alan memang pandai sekali menggodanya dalam keadaan seperti ini.

Setelah itu penutupan acara, di tutup dengan doa singkat agar seluruh perencanaan pernikahan dapat berjalan dengan lancar. Foto bersama seluruh keluarga juga dilakukan sebelum para tamu menyantap hidangan yang tersedia.

Acara makan berlangsung, Alan berjalan mendekati Agni. Ia ingin sekali mengecup bibir tipis itu, kekasihnya itu sangat cantik. Sudah tidak tahan lagi untuk menggodanya. Alan menarik tangan Agni, menjauh dari para tamu undangan, ia membawa Agni ke dekat tangga belakang.

Alan tersenyum menatap wajah cantik Agni, dikecupnya kening Agni, "kamu cantik sekali hari ini" ucap Alan.

Agni tersenyum, "mas menarik saya kesini hanya ingin mengatakan bahwa saya cantik" ucap Agni.

"Sebenarnya bukan, kamu memang sudah cantik dari dulu sayang, tidak perlu saya jelaskan lagi kenapa mas mengajak kamu kesini".

Agni menarik nafas, ia mengalungkan tangannya di leher Alan,

"Agni tahu, mas pasti akan merusak seluruh make up saya dan sanggul saya. Apakah mas tahu, butuh dua jam lamanya, hanya untuk make up seperti ini. Sangat disayangkan jika mas merusaknya hanya untuk beberapa menit saja".

Alan ingin tertawa atas penuturan Agni. "Hemmm".

"Mas, tidak lihat disana banyak tamu".

"Tapi, Kamu sudah milik mas, Agni".

"Iya Agni tahu, bisa tidak menundanya hingga acara selesai" ucap Agni.

Alis Alan terangkat, ia tersenyum dan hanya bisa mengecup puncak kepala Agni, memang situasi seperti ini tidak memungkinkan untuk mencium bibir tipis itu, yang selalu terlihat menggoda di matanya.

"oke, sepertinya mas harus bersabar" ucap Alan.

**************

Bram mengetuk jemarinya di meja, hingga terdengar jelas suara ketukan itu. Bram mencari tahu semua tentang Alan, ia ingin mencari celah Agar Alan tidak bisa melanjutkan pernikahan itu. Bram mengerahkan satu persatu anak buahnya mengikuti Alan kemanapun ia pergi.

Kemarin ia melihat secara langsung prosesi lamaran Alan dan Agni. Acara itu berjalan dengan lancar. Jujur ia ingin sekali menghancurkan acar yang berlangsung hikmad itu. Bram tidak suka melihat Agni bersama Alan, mereka tidak pantas bersama. Ia tidak suka melihat kebahagiaan itu terjadi. Agni harus bersamanya.

Bram mencari berbagai cara agar Alan tidak bisa bersama Agni. Semenit kemudian suara pintu terbuka ia memandang Aldo disana. Aldo melangkah mendekat ke arahnya. Bram menghentikan ketukannya.

Aldo lalu duduk di hadapan Bram, ia melirik atasannya Akhir-akhir ini gelisah. Bahkan tidak ada sebab laki-laki itu marah. Seluruh staff dan karyawanya tidak ada yang berani mendekat, bahkan untuk sekedar meminta tanda tangan. Aldo tahu bahwa Bram tidak sedang dalam keadaan baik-baik saja.

"Bagaimana perkembangannya, apakah kamu sudah mencari tahu, siapa wanita yang dekat dengan Alan saat ini?" Tanya Bram.

"Sepertinya saya sudah mendapatkan informasi penting".

"Apa itu" tanya Bram penasaran, ia menatap Aldo.

"Sebaiknya kamu bertemu dengan Jenar, beberapa bulan ini wanita itu memiliki hubungan khusus dengan Alan".

Alan mengerutkan dahi, ia bingung "Jenar?".

"Jenar, artis yang sedang naik daun itu Bram. Waktu itu, Jenar memiliki kasus pelecehan seksual. Jenar memilih jalur mediasi, dan Alan lah yang menjadi penasehat hukumnya. Alan berhasil memenangkan kasus itu, kekasih Jenar akhirnya di penjara. Saya sudah bertanya kepada security, beberapa kali melihat Jenar bersama Alan, bahkan masuk bersama ke apartemen Jenar".

"Jelas saja mereka bersama, karena mereka rekan kerja, untuk menyelesaikan kasus itu Aldo" ucap Bram.

"Saya yakin, mereka memiliki hubungan lebih dari sebatas itu Bram, terbukti bahwa kemarin Jenar liburan ke Melbourne tepat dihari pertunangan Agni dan Alan. Saya tahu wanita itu patah hati, dan menaruh hati kepada Alan. Wanita itu mencintai Alan, Bram".

Bram kembali berpikir, ia memandang Aldo, "apakah tidak ada opsi lain, selain Jenar? Saya tidak terlalu suka berhubungan dengan wanita dari kalangan artis itu".

"Saya pikir Jenar pilihan yang tepat untuk membatalkan pernikahan Agni, Jenar lah wanita yang dekat dengan Alan akhir-akhir ini Bram, percaya saya".

Bram kembali berpikir, ia menatap Aldo, "ya, nanti saya akan bertemu dengan Jenar".

"Semoga kamu berhasil membujuk Jenar. Kamu bisa memanfaatkan media, yakinlah seluruh Indonesia tahu siapa Jenar, berita ini akan menjadi buming, atau kamu bisa menyelidiki Alan dan Jenar, menyebarkan foto itu ke media".

Bram mengangguk paham, ia tersenyum penuh arti, ia melirik Aldo.

"Saya tidak salah memilih kamu menjadi asisten pribadi saya".

***********

DENDAM SANG CEO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang