BAB 29

3K 136 0
                                    

Agni tahu bahwa Adam dan Melisa menginap di rumah orang tuanya. Agni semakin bingung akan melarikan diri dari arah mana. Agni melirik jam melingkar di tangannya menunjukkan pukul 05.10 menit. Langit gelap itu sudah sedikit membiru. Agni meraih jaket hitam yang menggantung di lemari. Ia kenakan jaket hitam itu, Agni memasukan ponselnya di saku celana jinsnya. Agni membuka pintu kamar secara perlahan.

Agni memandang area ruang keluarga, ruang itu masih terlihat sepi. Agni memberanikan diri keluar, ia berjalan cepat, hingga tidak menimbulkan suara. Agni membuka pintu utama, terdengar suara decitan kunci pintu. Agni bersyukur bahwa tidak ada satupun orang menyadari kepergiaanya. Agni menutup pintu itu kembali, Agni berjalan cepat hingga dapat membuka pintu pagar.

Sementara disisi lain, ada sepasang mata menyadari kepergian Agni. Melisa mengambil sweter Adam di sisi sofa, ia lalu dengan cepat menuju kamar Adam. Melisa membuka kamar itu, melihat Adam masih tertidur pulas.

Melisa berjalan cepat membangunkan Adam suaminya.

"Mas bangun, Agni sepertinya kabur" ucap Melisa menggoyang tubuh Adam.

Adam menggeliat, antara sadar dan tidak. Adam memandang Melisa istrinya, dengan pandangan sulit ia fokuskan, karena semalam ia tidur larut, memikirkan adik perempuanya.

"Mas, Agni kabur, cepat bangun" ucap Melisa masih berusaha membangunkan suaminya.

Melisa tidak sabar lagi, ia lalu meninggalkan Adam begitu saja. Melisa hanya takut kehilangan jejak Agni. Melisa berlari keluar dari area rumah. Ia mencari keberadaan Agni. Melisa berlari mencari keberadaan Agni di sisi jalan. Melisa yakin Agni masih tidak terlalu jauh.

Melisa berlari keluar dari area komplek. Melisa terus berlari menuju halte, anggap saja ini merupakan olah raga pagi untuk dirinya. Suasana masih terlihat sepi karena ini merupakan masih terlalu pagi untuk orang beraktifitas. Melisa mengedarkan pandangannya ke segala area halte, tempat ia bertemu Agni dan Bram.

Melisa berlari ke trotoar mencari keberadaan Agni, dan benar dugaanya ia melihat Agni disana. Oh Tuhan, apa yang akan di lakukan Agni, mencoba kabur seperti ini.

"Agni... !" Teriak Melisa.

"Agni... !" Teriak Melisa lagi, mencegah Agni lari menjauh darinya, karena posisinya memang terlalu jauh ia jangkau.

Agni mengatur detak jantungnya, Agni memandang Melisa disana. Melisa ternyata tahu kepergiannya. Agni lalu mencari kontak Bram, ia menekan layar hijau pada layar itu, dan ia letakkan ponsel itu di telinga kirinya.

Suara sambungan terdengar, sedetik kemudian ponsel itu terangkat.

"Bram kamu dimana?" Tanya Agni.

"Saya sudah hampir sampai, saya ada di persimpangan lampu merah".

"Cepat Bram, mbak Melisa tahu keberadaan saya" ucap Agni panik.

"Shit, kenapa wanita itu tahu, sepertinya saya harus menerobos lampu merah ini".

"Bram, mbak Agni mendekati saya" Agni semakin panik.

"Saya sebentar lagi sampai, menjauhlah dari Melisa".

"Agni ... !" Teriak Melisa, mencegah Agni pergi.

Melisa yang berlari mendekati Agni. Agni panik, ia berjalan menjauhi Melisa. Ponselnya seketika jatuh, Agni membiarkan ponsel itu begitu saja. Agni melangkah menjauhi Melisa, dan berlari menyebarangi jalan.

"Agni, awas !" Teriak Melisa.

Sedetik kemudian, mobil sedan melintas tepat di depan Agni. Otomatis mobil itu mengerem mendadak dan tubuh Agni terpental. Semua terjadi begitu cepat, Melisa tidak percaya apa yang dilihatnya. Ia sungguh shock melihat apa yang terjadi. Melisa berjalan pelan, mendekati kejadian itu, Melisa melihat tubuh Agni sudah tergeletak di lantai, bersimbah darah di kepalanya.

Sementara disisi lain, Adam melihat kejadian itu secara jelas. Padahal baru beberapa menit yang lalu ia mengejar Melisa yang tengah membangunkannya. Sekarang ia melihat secara nyata, dan ia tidak bisa mencegah kejadian itu terjadi. Kejadian itu begitu cepat, Adam berlari mendekati area itu, ia melewati Melisa. Adam melihat Agni disana dengan posisi tergeletak, Adam lalu berjongkok mendekati tubuh Agni.

"Agni" ucap Adam.

Adam menangis melihat tubuh Agni, sudah tidak sadarkan diri dengan kepala berlumur darah. Oh Tuhan apa yang terjadi dengan adik yang ia sayangi di dunia ini. Adam menyangga tubuh Agni, ia menatap wajah cantik Agni. Adam tahu Agni masih sadar dan masih mendengarkannya.

"Agni sayang" isak Adam.

"Agni sadarlah sayang. Kamu harus kuat" ucap Adam suaranya bergetar, air matanya jatuh dan terisak.

"Agni kamu masih mendengarkan mas kan, Agni" ucap Adam, ia memeluk tubuh Agni.

"Agni sayang, sadarlah ini mas" isak Adam.

"Mas, maafin Agni" ucap Agni pelan.

"Agni kamu harus kuat, kamu harus kuat sayang" ucap Adam.

"Mas, maafin Agni" ucapnya lagi, sebelum mata itu tertutup. Tubuh Agni terkulai di pelukkan Adam.

"Argghhh, Agni".

Adam lalu memeluk tubuh Agni, di pelukknya tubuh Agni. Adam menangis melihat tubuh Agni sudah tidak sadarkan diri. Adam terisak memeluk tubuh Agni, Agni adalah adik yang ia sayangi di dunia ini.

**********

Sementara disisi lain, Bram melihat kejadian itu. Bram kalah cepat menjemput Agni, padahal ia sudah melewati dua lampu merah. Bram melihat tubuh Agni tergeletak di jalan. Bram keluar dari mobil, berlari mendekati kejadian itu. Bram masih tidak terima melihat Agni disana, jujur hatinya terhenyuh melihat Agni. Air matanya jatuh dengan sendirinya. Bram menangis melihat Agni dipelukan Adam dengan posisi tidak sadarkan diri.

Bram tidak pernah sekalipun mengeluarkan air mata. Ia juga tidak pernah sekalipun menangsi hanya untuk seorang wanita. Lihatlah disana Agni, wanitanya kini tidak sadarkan diri, berjuang dengan maut hanya untuk dirinya. Bram menepis air matanya yang jatuh. Ia tidak kuasa melihat Agni seperti itu. Air matanya kembali jatuh, ia sungguh bersalah atas kejadian menimpa Agni. Rasa bersalahnya cukup besar melihat Agni seperti ini. Oh Tidak apa yang harus ia lakukan kepada Agni.

Bram memandang Adam memeluk tubuh Agni. Adam menegakkan tubuhnya dan mengangkat tubuh Agni dengan berlinang air mata. Laki-laki muda yang menabrak Agni, itu keluar dari mobil, laki-laki itu bersedia untuk bertanggung jawab dan mengantar Adam kerumah sakit secepatnya.

Adam juga tidak bisa menyalahkan laki-laki itu sepenuhnya. Adam mengangguk dan memerlukan bantuan laki-laki itu secepatnya. Melisa juga ikut masuk ke dalam mobil. Bram memandang mobil sedan itu menghilang dari pandangannya. Bram berlari menuju mobilnya kembali mengejar mobil yang telah membawa Agni.

***********

DENDAM SANG CEO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang