BAB 16

3.8K 178 1
                                    

"Kamu".

"Ya, saya" ucap Bram.

Bram memperhatikan Agni, ia memandang secara jelas wajah Agni. Iris mata bening itu yang selalu menggangu pikirannya. Wanita itu sama sekali tidak sedang sibuk, ia hanya anak magang tidak seharusnya mengerjakan pekerjaan seperti ini, yang tidak seharusnya ia kerjakan.

"Ada apa?" Tanya Agni.

"Ikut saya" ucap Bram, hanya dengn tatapan ia memberitahu Agni untuk mengikutinya. Bram lalu meninggalkan Agni begitu saja.

Sementara Agni nelangsa dalam hati. Agni sebenarnya ingin mengabaikan laki-laki itu begitu saja. Semua mungkin telah membenarkan apa yang terjadi kemarin, menguatkan bahwa dirinya memiliki hubungan khusus dengan Bram. Semua semakin percaya karena Bram lah yang datang kesini menemuinya secara langsung.

Sungguh ia tidak ingin membuat itu terjadi, Agni terdiam sesaat. Agni melangkahkan kakinya mengikuti Bram dari belakang.

Beberapa menit kemudian, Bram membuka pintu untuk Agni, menyuruhnya masuk. Agni lalu masuk kedalam ruangan itu. Suasana mendadak menjadi gerah ketika berhadapan dengan Bram. Agni melirik Bram menutup pintu ruangan. Agni mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan, ia tahu ruangan ini adalah ruangan meeting karyawan.

"Ada apa? Kenapa saya harus mengikuti kamu" Tanya Agni, ia tidak ingin berbasa-basi, karena ia sudah terlalu benci dengan laki-laki berengsek seperti Bram.

"Kenapa kamu bisa ada disini?" Tanya Bram.

"Jika saya tahu ini adalah milik kamu, saya tidak akan pernah menginjakkan kaki saya kesini" ucap Agni.

"Ya, seharusnya kamu tidak berada disini, di daerah kekuasaan saya" ucap Bram lagi.

"Sebenarnya bisa saja, saya tidak mengikuti praktek kerja lapangan ini, apakah kamu tahu, inilah tugas akhir saya, saya tidak mungkin mengakhirinya begitu saja hanya karena kamu. Hingga mengulang ketertinggalan saya tahun depan, kecuali kamu memberi nilai A pada praktek kerja lapangan saya" ucap Agni.

"Saya tahu kamu Bram" ucap Agni seketika, kini Bram tepat di hadapannya.

"Apa yang kamu tahu".

"Kamu pikir saya wanita bodoh, yang tidak tahu siapa kamu sebenarnya, kamu ingin membalas dendam kepada Mas Adam, dengan cara menyakiti saya".

Rahang Bram mengeras, jemarinya memegang dagu Agni, "Ya, memang dari awal saya mempermainkan kamu".

Ingin sekali Agni membunuh Bram, Bram memang pantas dibunuh, dan mendekam ke neraka. Ia tidak habis pikir, Bram melakukan segala cara seperti itu demi membalas dendam kepada Adam.

"Apakah dengan cara mempermainkan saya, bisa membuat Melisa jatuh di pelukan kamu" ucap Agni dengan suara meninggi.

"Asal kamu tahu, semua itu tidak akan pernah terjadi Bram, walau kamu melakukan itu dengan segala cara. mbak Melisa dan Mas Adam di persatukan karena cinta, mereka saling mencintai dan mereka di takdirkan untuk bersama. Sebesar apapun usaha kamu untuk memisahkan mereka, mereka akan tetap bersama, kamu adalah laki-laki bodoh yang telah melakukan hal itu dengan sia-sia".

"Kamu mengatakan saya bodoh" rahang Bram mengeras, ia mengepalkan tangannya, hingga buku-buku tangannya memutih.

"Ya kamu memang bodoh".

Rahang Bram mengeras, ia lalu mencekal ke leher Agni dengan tangannya, ia tidak terima atas ucapan Agni. Bram memojokkan Agni ke dinding. Hingga terdengar benturan tubuh Agni.

"saya bisa melakukan itu semua" ucap Bram menggeram.

Tangan Bram berada di lehernya, seakan mencekikinya, Agni bertahan di posisi ini, "Kamu pikir semua bisa di lakukan dengan uang kamu, kamu terlalu mendewakan uang Bram. Uang tidak akan pernah membeli cinta, sebaiknya kamu menyerah saja" timpal Agni, emosinya telah di ujung kepala.

Agni mati-matian melawan Bram, karena ia kini sudah terpojokkan seperti ini, Agni menahan nafas.

"Pantas saja Melisa tidak menyukai kamu, karena wanita mana yang menyukai laki-laki keras, berengsek dan bajingan seperti kamu. Kamu lebih baik mendekam di neraka bersama teman-teman kamu disana" teriak Agni.

"Hentikan ucapan kamu" ucap Bram geram, bibir tipis itu semakin mencelanya, Bram semakin mendekat, hembusan nafas Agnu terasa di permukaan wajahnya.

"Lepaskan tangan kamu".

Agni memberontak tangan Bram, yang berada di lehernya, karena situasi seperti ini, ia tidak bisa bernafas.

"Saya tidak melepaskan kamu begitu saja".

"Lepaskan tangan kamu Bram, saya tidak bisa bernafas" teriak Agni.

Bram menarik nafas, ia lalu melepaskan cekalannya, dan ia lebih memilih mengurung Agni.

"Apa mau kamu?" Ucap Agni lagi, karena posisi seperti ini, membuat jantungnya maraton tidak karuan.

Agni sudah terintimidasi oleh Bram. Agni tidak habis pikir apa mau Bram kepadanya.

"Saya mau kamu, merasakan apa yang saya rasakan" timpal Bram.

"Apakah kamu belum puas, telah mecampakkan saya kemarin" ucap Agni dengan penuh emosi.

"Kamu telah menghancurkan saya dan kamu masih berkata ingin merasakan apa yang kamu rasakan, kamu sinting !".

Agni mendorong tubuh Bram dari hadapannya, tapi percuma saja tubun Bram sama sekali tidak berpengaruh sedikitpun atas doronganya.

Bram tidak bisa menahan diri lagi, Bram lalu membungkam bibir tipis Agni begitu saja. Walau ia tahu Agni memberontak dan tangannya memukul tubuhnya. Bram tidak peduli, Bram menahan tangan Agni, untuk menghentikan pukulan itu. Tenaga Bram jauh lebih kuat dari Agni. Hingga Akhirnya Agni tidak memberontak dan Bram menciumnya perlahan-lahan tapi pasti.

**********

DENDAM SANG CEO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang