Hanya butuh waktu beberapa jam saja, berita hubungan Alan dan Jenar semakin hangat. Seluruh media infotainment menyiarkan berita itu secara eksklusif. Seluruh keluarga sudah mengetahui berita itu, tak terkecuali mas Adam.
Agni sulit percaya bahwa mas Alan memiliki hubungan khusus dengan Jenar, berita itu semakin menarik karena adanya foto-foto mereka berdua disana. Mereka terlihat bukan sejenis hubungan rekan kerja, tapi lebih mirip sepasang kekasih.
Media-media itu, tidak henti-hentinya menyiarkan berita Alan dan Jenar secara bersamaan. Agni tidak tahu akan berbuat apa, ia hanya diam dan menyaksikan berita itu secara bergantian. Agni bahkan tidak beranjak sedikitpun dari sofa yang di dudukinya.
Berita ini tersebar hangat hingga menjelang hari pernikahannya. Agni tidak bisa berbuat banyak, seketika air matanya mengalir begitu saja. Alan, seharian ini tidak menghubunginya, ia tahu laki-laki itu masih menyelesaikan masalahnya. Agni tahu betul, bahwa Alan tidak mungkin berhubungan dengan wanita manapun, laki-laki itu mencintainya. Alan mengatakan ia harus percaya pada dirinya. Jujur ia percaya dengan ucapan Alan. Tapi berita itu semakin jadi, dan menyita perhatiannya.
Wanita mana yang tidak sedih ketika melihat calon suaminya bersama wanita lain tepat di hari pernikahannya. Agni hanya diam ketika seluruh keluarganya mengatakan sabar kepadanya. Pihak wedding organization juga sudah mengetahui hal itu. Semua persiapan sudah hampir selesai. Dekorasi di gedung sudah di buat sedemikian rupa. Agni hanya perlu pergi ke hotel malam ini, bersama keluarganya.
Sungguh ia tidak terima melihat berita itu. Agni yakin Alan menjadi korban disana. Alan tidak mungkin berbuat seperti itu kepadanya. Ada beberapa media yang sengaja memamanas-manasi hubungan Jenar dan Alan, agar mendapat retingnya tinggi.
Ibu menghampiri putri bungsunya disana. Ia tahu Agni sedih melihat berita itu sepanjang hari, ia bahkan tidak makan seharian. Ibu lalu duduk di samping Agni, ia mengelus punggung Agni. Ia tahu, wanita mana yang tidak sedih melihat berita itu.
"Sabar, ibu yakin berita itu tidaklah benar" ucap ibu.
Sedetik kemudian, Air mata Agni jatuh dengan sendirinya. Agni dengan cepat mengusap air mata yang jatuh dengan jemarinya.
Agni memandang Melisa dan Adam disana. Melisa dan Adam baru saja datang, mungkin ingin melihat keadaanya saat ini. Ibu melepaskan pelukkanya. Ia melangkah menjauhi Agni, ia juga sedih melihat kejadian seperti ini. Dari pihak keluarga Alan belum ada konfirmasi apapun atas masalah ini.
Melisa memandang Agni, ia tahu wanita itu menangis, melihat kejadian yang menimpanya seperti ini. Besok adalah hari pernikahannya, yang seharusnya hari bahagia Agni dan Alan. Ia sungguh tidak percaya melihat berita Alan dan Jenar di media. Media menayangkan berita itu secara ekslusif.
Melisa lalu memeluk adik iparnya, ia tahu Agni pasti kecewa atas kejadian ini. Melisa melonggarkan pelukkannya, ia menatap wajah cantik Agni.
"Apakah Alan sudah menghubungi kamu?" Tanya Melisa.
Agni menggelengkan kepala, "belum, mbak".
Melisa menegakkan tubuhnya, ia berjalan mendekati Adam suaminya. Ia perlu kejelasan dari Alan, ini tidak bisa dibiarkan. Semua awak media menyiarkan hubungan Alan dan Jenar, di tambah foto-foto mereka berdua. Jujur ia juga tidak terima atas perilaku Alan kepada Agni. Kejadian ini, initepat tepat di hari pernikahan mereka. Jenar juga mengakui hubungan itu, bahwa mereka memiliki hubungan khusus kepada Alan.
"Kita sebaiknya hibungi Alan" ucap Adam.
Adam merogoh ponsel di saku jas nya, mencari kontak Alan. Ia menggeser tombol hijau, ia lalu letakkan ponsel itu di telinga kirinya. Suara sambungan ponsel itu berbunyi Bram masih menunggu sang pemilik ponsel mengangkatnya.
Beberapa menit kemudian, sang pemilik ponsel mengangkat sambungan itu. Adam menarik nafas diliriknya Agni disana. Wajah itu terlihat sedih dan kecewa.
"Alan, kamu ada dimana?".
"Saya di apartemen, saya masih belum konfirmasi masalah ini, Dam".
"Kamu mencoba mempermainkan pernikahan ini, sementara besok adalah hari pernikahan kamu dan Agni. Kamu sudah berjanji kepada saya, kamu akan menjaga Agni. Apa yang terjadi saat ini, kamu malah memiliki hubungan dengan Jenar, klien kamu sendiri".
"Adam, saya tidak memiliki hubungan dengan Jenar, sungguh. Semua orang tidak percaya saya".
"Bagaimana kami percaya kamu, sementara saat ini kamu belum mengkonfirmasi apa-apa kepada kami Alan" ucap Adam geram.
"Maaf, Adam saya hanya bisa minta maaf kepada kamu. Jujur saya masih belum bisa menjelaskan apa-apa kepada kalian masalah ini. Saya memang tidak memiliki hubungan dengan Jenar. Tapi lihatlah Jenar membenarkan semua hubungan itu. Saya kemarin sudah bertemu Jenar, ingin membahas masalah ini, Dam. Tapi yang saya dapat malah sebaliknya. Semua wartawan mengejar saya, ada beberapa paparazi mengikuti saya hingga ke rumah, menanyakan orang tua saya, adik saya, asisten rumah tangga saya. Semuanya kacau Dam, saya ingin menyelesaikan masalah ini, malah mereka membuatnya semakin rumit".
"Apakah kamu ingin melanjutkan pernikahan ini? Apakah kamu tidak memikirkan perasaan Agni?" Tanya Adam. Adam lalu duduk di sofa, ia menatap Agni.
"Jujur saya ingin menikahi Agni, Dam. Tapi situasi sekarang sulit sekali saya jelaskan. Sepertinya kita menundanya sementara waktu. Saya ingin di hari pernikahan saya tenang, tanpa adanya masalah ini".
"Brengsek, kamu tidak memikirkan perasaan Agni".
"Saya mencintainya Dam, percaya saya. Saya yakin ada seseorang yang sengaja ingin mengacaukan pernikahan saya dan Agni".
"Oh Tuhan, kamu membatalkan pernikahan ini" ucap Adam.
"Saya tidak membatalkannya Dam, saya hanya menundanya sebentar saja hingga berita ini mereda".
"Ya".
Adam menyudahi panggilannya, Adam mengalihkan tatapannya kepada Agni. Agni menangis dalam diam, ia membalas tatapannya. Agni mendengar secara langsung bahwa Alan menunda pernikahan dirinya. Agni menegakkan tubuhnya dan berjalan menuju kamar miliknya. Ia ingin sendiri dan menenangkan hatinya.
*************
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM SANG CEO (TAMAT)
Romance"Saya pikir kemeja ini cocok untuk anda" ucap Agni, Agni memperlihatkan kemeja itu untuk Bram. Alis Bram terangkat, ia kembali memperhatikan Agni dan lalu mengambil kemeja dari tangan Agni. Bram sengaja menyentuh tangan Agni. Bram merasakan sentuhan...