Bram memandang Agni dari kejauhan. Wanita itu menepati janinya. Agni mengenakan celana jins dan sweater hitam. Apapun yang Agni kenakan terlihat sangat menarik. Bram menghentikan mesin mobil tepat di depan halte. Bram membuka kaca mobil, dan Agni menyadari kehadirannya, ia lalu membuka hendel pintu duduk.
Bram mendekati tubuhnya dan mengecup puncak kepala Agni. Di tatapnya wajah cantik itu. Agni membalas tatapannya, lalu memeluk tubuh Bram, ia pasti akan merindukan pelukan ini. Bram membalas pelukan Agni. Pelukan itu sedikit berbeda dari biasanya. Sedetik kemudian Agni melepaskan pelukkanya.
Bram menutup kaca jendela itu lagi. Bram meninggalkan area halte. Agni melirik Bram, laki-laki itu masih fokus dengan setir mobilnya. Bram lebih tampan seperti ini, dari pada baju kaku yang sering ia kenakan itu. Kaos polo hitam itu sangat pas di tubuhnya, Bram melirik Agni yang sedang memperhatikannya dari tadi.
"Kamu memperhatikan saya" ucap Bram seketika memecahkan kesunyian.
"Iya" ucap Agni.
"Apa yang kamu perhatikan".
Agni tertawa, ia memandang Bram, "Kamu lebih pantas mengenakan pakaian itu, dari pada jas kaku yang sering kamu kenakan setiap hari di kantor".
"Tergantung siapa yang memakainya, Agni" ucap Bram.
"Kamu ada masalah?" Tanya Bram. Ia memperhatikan raut wajah Agni, wajah itu terlihat berbeda dari biasanya.
"Tidak".
"Tapi, kamu terlihat tidak bersemangat hari ini, kenapa?".
Agni mengalihkan tatapannya ke arah jendela, ia menarik nafas. "Lain kali jangan pernah mengantar saya pulang lagi" ucap Agni.
Bram mengerutkan dahi, "Kenapa?".
"Lebih baik bertemu di luar saja, saya hanya tidak ingin mas Adam tahu hubungan kita" ucap Agni.
Alis Bram terangkat, mengingat nama Adam emosinya memang tidak bisa terkendali. Itulah niat awal dirinya, bahw Agni berada di belakangnya. Dari awal ia ingin Adam tahu, Agni bersamanya. Agni tidak bisa ia lepas begitu saja. Jika Adam tidak bisa melepaskan Melisa, ia juga tidak bisa lepaskan Agni.
"Iya" ucap Bram, ia tidak bertanya lagi. Bram hanya tidak ingin Agni menjauh kepadanya.
"Kita mau kemana?" Tanya Agni.
"Saya akan mengajak kamu kesuatu tempat" ucap Bram.
Suasana di dalam mobil menjadi hening, tidak ada yang memulai percakapan. Agni memberanikan diri menghidupkan music agar tidak terlalu hening seperti ini. Agni menekan tombol power pada Tv audio mobil Bram. Agni mencari lagu favoritnya, ia mendapati apa yang ia cari, Agni membesarkan volume pada lagu itu, suara alunan music terdengar. Agni lalu menyandarkan punggungnya di kursi.
Beberapa menit kemudian, Bram memarkir mobilnya di salah satu cafe. Agni berjalan mengikuti langkah Bram. Genggaman tangan Bram sangat erat di jemarinya. Agni tersenyum memandang pemandangan cafe yang dipilih Bram, konsep cafe yang dipilih Bram seperti berada di Sydney. Pemandangan pantai mutiara yang tenang dan langit luas. Sungguh ini merupakan tempat yang romantis di area outdoor seperti ini.
Agni merasakan hembusan angin laut menerpa wajahnya. Bram dan Agni memilih duduk di salah satu kursi yang menghadap laut. Agni bahkan bisa melihat air laut dengan jarak dekat seperti ini.
"Saya suka laut" ucap Bram.
"Saya juga suka laut".
"Kehidupan itu seperti laut, jika kita tidak berhati-hati maka kita akan di gulung ombak dan gelombang. Kemudian hilang ditengah lautan" ucap Bram.
"Ya kamu benar, pantai dan laut jelas berbeda" ucap Agni.
"Banyak orang lebih menghabiskan waktu di pantai. Tapi sadarlah ternyata laut lebih banyak menyimpan pesona indah di dalamnya" ucap Bram, ia mengelus punggung tangan Agni.
"Kita juga tidak bisa menyeberangi lautan, jika tidak memiliki keberanian yang kuat dan kamu akan melupakan pantai".
Bram tersenyum melirik Agni di sampingnya, "kamu tahu, kita akan melewati laut ini bersama-sama. Saya tidak peduli ada badai menghadang kita disana. Kamu tetap bersama saya" ucap Bram, ia menunjuk laut.
Agni tersenyum dan mengangguk, ada perasaan senang ketika ia berbicara tentang laut kepada Bram.
"ya, kita hadapi bersama" ucap Agni.
Bram memegang jemari Agni, dan ia lalu mengecup puncak kepala Agni. Harum stroberi inilah yang selalu ia rindukan.
"Kamu akan tetap bersama saya, jangan pernah pergi dari saya" ucap Bram serius.
"Iya, saya akan tetap bersama kamu Bram" ucap Agni.
Sementara di ujung sana, ada beberapa pasang mata memandangnya. Ia tidak percaya apa yang dilihatnya dan sepasang mata lagi memotret kebersamaan mereka.
***********
Melisa menarik nafas, ia masih sulit percaya apa yang di lihatnya saat ini. Melisa tidak sengaja mengikuti Agni dari belakang. Melisa tahu, Bram masih ingin menghancurkan hidup Adam. Bram mulai mendekati Agni. Semalam ia sudah curigai adik iparnya itu, bahwa terlihat jelas Agni begitu gugup ketika ia menanyakan tentang siapa yang mengantarnya. Melisa tahu betul siapa pemilik mobil itu. Melisa sudah mengenal Agni sudah cukup lama, Agni sama sekali tidak bisa berbohong.
Melisa tahu bahwa Bram masih ingin menghancurkan Adam dengan cara mendekati Agni, laki-laki itu beigtu licik. Oh Tuhan, Agni masih terlalu polos untuk Bram. Bram laki-laki brengsek menghalalkan segala cara, untuk menghancurkan kebahagiaanya.
Melisa dengan cepat berjalan meninggalkan area cafe. Ia akan segera memberitahu Adam. Adam harus tahu semua apa yang di lihatnya saat ini.
***********
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM SANG CEO (TAMAT)
Romance"Saya pikir kemeja ini cocok untuk anda" ucap Agni, Agni memperlihatkan kemeja itu untuk Bram. Alis Bram terangkat, ia kembali memperhatikan Agni dan lalu mengambil kemeja dari tangan Agni. Bram sengaja menyentuh tangan Agni. Bram merasakan sentuhan...