"Mari kita menikah dan hidup bersama".
Agni memandang iris mata Bram, laki-laki itu bukan sedang bercanda, wajah itu begitu serius tidak ada keraguan dari matanya. Agni menelan ludah, atas penuturan Bram. Agni mengangguk dan meraih jemari Bram.
"Ya, mari kita menikah" ucap Agni pelan, menahan isak tangisnya.
"Apakah kamu siap untuk menikah dengan saya, hidup bersama saya dan lepas dari keluaga kamu".
"Bukankah sudah seharusnya, setelah menikah, saya akan menjadi tanggung jawab kamu".
Bram menyentuh rambut Agni, di elusnya rambut lurus itu.
"Dalam waktu dua minggu, saya akan pindah ke Singapore. Apakah kamu bersedia hidup bersama saya disana?" Tanya Bram lagi.
Agni mengerutkan dahi, "Singapore".
"Ya, saya memutuskan tinggal disana. Apakah kamu bersedia, hidup bersama saya".
Agni memijat kepalanya, ia hampir gila memikirkan ini. Bram akan pindah ke Singapore dalam waktu dekat. Untuk memutuskan itu bukanlah hal yang mudah bagi Agni. Ia perlu memikirkan keluarganya, oh Tuhan bagaimana ia harus menyikapi ini. Ia tidak mungkin mengambil keputusan ini begitu cepat, ia harus merundingkan hal ini kepada keluarganya. Ia tidak bisa memutuskan hal ini sendiri, bagaimanapun keluarganya adalah orang terdekat dirinya selama ini.
Orang yang akan menikahinya adalah Bram. Keluarganya pasti akan melarangnya bersama. Ia tidak yakin keluarganya akan melepaskan dirinya begitu saja, apalagi hidup jauh, tidak ada siapapun yang ia kenal disana. Terutama mas Adam akan melarang dan menentangnya. Ia tahu sifat keras mas Adam seperti apa, apalagi berhubungan dengan Bram.
Bram merogoh paspor dari balik saku jasnya. Ia memperlihatkan paspor itu kepada Agni. Wanita itu harus memilih antara dirinya dan keluarga. Jika wanita itu benar-benar mencintainya, wanita itu akan memilih dirinya dan hidup bersamanya. Agni mengambil resiko yang cukup besar jika ingin bersamanya.
"Saya sudah menyiapkan paspor untuk kamu, jika kamu ingin hidup bersama saya".
"Bram...".
"Apakah kamu mencintai saya?" Tanya Bram.
"Ya, Saya mencintai kamu" ucap Agni, air matanya tiba-tiba jatuh dengan sendirinya.
Agni sulit sekali untuk berpikir. Baru saja ia mengalami hal yang begitu berat, pernikahannya hancur berantakan, dan sekarang ia harus menghadapi hal seperti ini.
"Bram".
Bram memasukan lagi paspor itu ke dalam saku jas nya, "Jika kamu memilih saya, saya akan menikahi kamu secepatnya. Saya hanya perlu restu orang tua kamu. Saya juga tidak peduli walau saudara kamu menentang saya, walau ia juga akan membunuh saya. Saya tetap menikahi kamu, dan kita hidup bersama. Memulai hidup baru bersama saya".
Bram menarik nafas, ia lalu melanjutkan ucapannya, "Saya tidak perlu pernikahan mewah, saya hanya menginginkan pernikahan yang sah di mata hukum dan agama".
Agni menepis air matanya, "Bram...".
Bram menangkup wajah Agni dengan jemarinya, agar menatap iris mata Agni.
"Menikah adalah jalan satu-satunya agar kita bersama. Kamu harus menentukan pilihan".
"Oh Tuhan, Bram" Agni tidak tahu lagi akan berbuat apa. Ini merupakan hal yang tersulit untuk dirinya.
Bram melepaskan tangannya, dan ia lalu duduk di sofa, ia memandang Agni di posisi yang sama. Ia tahu bahwa Agni diposisi yang sulit. Ia memang egois hanya menginginkan Agni, tapi tidak untuk keluarganya.
Agni memandang Bram, laki-laki seakan tenang menghadapi semuanya. Sepertinya Bram sudah merencanakan semua untuk dirinya. Agni melangkah mendekati Bram, ia duduk di samping Bram. Jujur hatinya lelah, ia lelah dengan hatinya dan pikiran. Ia tidak ingin terus-terusan seperti ini. Dari hatinya yang paling dalam, ia menginginkan hidup bersama Bram. Walau ia tahu bukan hal yang mudah mencintai Bram. Semua keluarga melarangnya, karena Bram memiliki sifat tempramental yang buruk. Tapi entahlah, hatinya tidak bisa berbohong, ia menginginkan Bram.
Agni melirik cincin yang melingkar sempurna di jari manisnya. Cincin itu adalah cincin pertunangannya. Agni lalu melepaskan cincin permata itu, ia letakkan cincin itu di meja.
Agni memperlihatkan jemarinya kepada Bram. Bram tahu maksud Agni melakukan itu. Agni memperlihatkan jemarinya, bahwa ia tidak memiliki hubungan apa-apa lagi terhadap Alan dan memilih dirinya.
Agni menarik nafas, ia lalu memeluk tubuh Bram. Ia menghirup harum mint dari tubuh Bram yang menenangkan. Bram merasakan tangan Agni memeluknya dengan erat, wanita itu menangis lagi dalam pelukkannya. Bram mengelus punggung Agni, agar wanita itu tenang di dalam pelukkanya.
Agni melonggarkan pelukkanya, "Ya. Saya memilih kamu. Saya akan hidup bersama kamu Bram. Saya tidak perlu memikirkannya lagi" ucap Agni.
Bram mendengar secara jelas Agni, mengatakan hal seperti itu, Agni mengatakan dengan kesungguhan hati dan perasaanya.
Bram menepis air mata Agni, dengan jemarinya, "Terima kasih telah memilih saya, saya akan mencintai kamu, dan menjaga kamu".
"Disana tidak ada satupun yang mengenal kita, kita benar-benar memulai hidup baru. Saya akan mengatakan kepada orang tua saya, untuk menikahi kamu".
"Iya".
"Saya mencintai kamu, saya yakin setelah ini kita hidup tenang. Kebersamaan inilah yang saya inginkan" ucap Bram.
"Satu hal yang harus kamu tahu, bahwa saya tidak ingin kamu menangis seperti ini. Saya tidak ingin kamu menyesal mengambil keputusan terlalu cepat seperti ini. Tapi jika keputusan kamu sudah tepat. Saya bisa apa, saya justru bahagia kamu mengatakan itu. Saya ingin kamu bahagia bersama saya".
Bram menarik nafas, ia mengecup kening Agni. Ia tidak tahu seberapa besar cinta Agni kepada dirinya, hingga mengorbankan apa saja untuk dirinya. Ia akan mmencintai Agni, ia akan mengorbankan apa saja untuk bersama Agni.
"Saya tidak tahu lagi untuk menghadapi kamu, seberapa besar cinta kamu terhadap saya. Saya tidak akan mengecewakan kamu, yang telah memilih saya".
**************
KAMU SEDANG MEMBACA
DENDAM SANG CEO (TAMAT)
Romance"Saya pikir kemeja ini cocok untuk anda" ucap Agni, Agni memperlihatkan kemeja itu untuk Bram. Alis Bram terangkat, ia kembali memperhatikan Agni dan lalu mengambil kemeja dari tangan Agni. Bram sengaja menyentuh tangan Agni. Bram merasakan sentuhan...