BAB 43

3.6K 142 1
                                    

Keputusan Bram untuk menikahi Agni sudah bulat. Ia akan menikahi Agni secepatnya. Ia tidak ingin kehilangan Agni lagi. Ya, inilah wanita yang mampu menghilangkan rasa cintanya kepada Melisa. Rasa itu sudah kuat, hingga akhirnya keputusan untuk menikahi Agni adalah jalan satu-satunya untuk bersama.

Bram kini duduk di hadapan orang tuanya. Di pandangnya kedua orang tuanya, ia hanya ingin menyampaikan maksud dan tujuan kepada beliau.

"Saya ingin menikah" ucap Bram.

Ayah tidak percaya, apa yang Bram katakan. Itu merupakan hal yang paling bahagia yang pernah ia dengar dari putra sulungnya.

"Siapa yang akan kamu nikahi?" Tanya ayah.

"Agni, wanita yang pernah saya bawa kesini" ucap Bram lagi.

Ibu tersenyum mendengar penuturan Bram, wanita yang dibawa Bram kemarin memang cantik dan sangat ramah, "Sudah mama duga, kalian memang pantas bersama Bram" ucap ibu.

"Ayah juga senang melihat kalian akhirnya memutuskan untuk menikah" ucap ayah.

"Kapan kamu akan melamarnya?" Tanya ibu.

"Secepatnya, sebelum saya pindah ke Singapore" ucap Bram.

Ayah mengerutkan dahi, "secepat itu Bram?".

"Iya, secepatnya. Saya tidak perlu pernikahan mewah ayah. Saya tidak ingin semua orang tahu atas pernikahan saya. Saya hanya ingin dihadiri keluarga kita saja".

Ibu menarik nafas, tidak percaya apa yang Bram lakukan. Orang tua mana yang tidak ingin mengadakan pesta pernikahan mewah untuk putra sulungnya. Pernikahan mewah adalah impian semua orang. Dirinya mampu membiayai pernikahan mewah untuk putranya.

Ia juga tahu bahwa putra sulungnya, memiliki tabungan yang lebih dari digit nomor handphone. Bram bisa saja meminjam jasa wedding organizer ternama, mengurus hal ini secara kilat dan cepat. Untuk apa Bram merahasiakan pernikahannya seperti ini, jika ia ingin menikahi Agni.

"Bram, mama ingin kamu mengadakan pesta pernikahan Bram. Mama ingin seluruh karyawan kamu, rekan bisnis mama dan ayah kamu tahu. Bahwa kamu telah menikah".

Bram menarik nafas, "ma, saya tidak akan mengadakan pesta, tolong penuhi permintaan saya. Saya selama ini tidak pernah meminta apapun dari ayah dan mama. Saya hanya perlu menikahi Agni, itu saja" ucap Bram.

Ayah menarik nafas, ia mengelus punggung istrinya. Ia tahu sifat keras Bram seperti apa, ia selalu mengambil keputusan sendiri seperti ini.

"Saya hanya ingin menikah sah, diatas hukum dan agama. Tidak perlu mengumbarnya dengan pesta".

"Bram".

Bram memandang ibunya, ia tahu ibunya menginginkan pernikahan mewah, seperti anak rekan bisnisnya. Bram sama sekali tidak pernah menginginkan seperti itu. Ia hanya ingin, ada dokumen di tanda tangani kedua belah pihak, menjadi saksi pernikahan mereka dan kekuatan hukum yang jelas.

"Saya tidak ingin seperti itu ma, saya tidak suka pesta. Saya hanya ingin ayah dan mama, merestui hubungan saya dengan Agni itu saja".

Ayah menarik nafas, ia memandang Bram, "Ayah dan mama tentu merestui hubungan kamu. Tapi jika hanya kedua belah pihak yang tahu, itu kesannya tidak adil Bram. Wanita mana yang ingin menikah seperti itu Bram, apa yang dikatakan orang tua Agni, jika kita kamu menikahinya seperti itu".

"Agni setuju dengan keputusan saya, dan kami sepakat tidak mengumbarnya".

Ibu memijit kepalanya, ia sungguh tidak bisa menentang keputusan putranya seperti itu, "Oh Tuhan Bram".

"Biarkan saya yang mengurus semunya".

"Bram".

"Sudahlah ma, kita ikuti saja mau Bram" ucap Ayah.

***********

Sudah beberapa hari ini, Agni gelisah. Masalahnya ia belum mengatakan kepada kedua orang tuanya, bahwa Bram akan datang ke rumah malam ini. Ada perasaan bimbang ia ingin mengatakan kepada kedua orang tuanya.

Agni berjalan mendakati ibu yang sedang memotong timun. Agni memberanikan diri mendekati sang ibu. Jujur semenjak Alan memutuskan untuk menunda pernikahan itu, Alan seolah hilang begitu saja. Laki-laki itu bahkan tidak pernah menghubungi nya lagi. Padahal berita Alan dan Jenar, sudah sedikit mereda dari media. Ia yakin sebentar lagi, gosip itu akan hilang dengan sendirinya.

"Bu, ada yang ingin Agni sampaikan kepada ibu" ucap Agni.

"Sampaikan lah, ibu akan mendengarkannya".

"Ini hal penting yang harus ibu ketahui. Sebaiknya kita duduk dulu bu" ucap Agni.

"Iya" ibu meletakkan pisau di pantri begitu saja, dan lalu berjalan menuju sofa.

Agni menarik nafas dan mengikuti langkah ibu, ia harus berkata sejujurnya kepada ibunya, prihal kedatangan Bram nanti sore. Ia tidak punya waktu lagi untuk berpikir, bahwa Bram akan datang bersama keluarganya.

Agni menatap ibunya, dan Agni meraih tangan ibunya.

"Bu, nanti sore Bram datang untuk menghadap ibu dan bapak" ucap Agni pelan.

Agni melihat secara jelas, bahwa ibunya tidak suka mendengar nama Bram.

"Untuk apa laki-laki itu datang kerumah kita Agni".

"Bram ingin melamar Agni, bu" ucap Agni pelan.

Kepala ibu berdenyut hebat, melihat putrinya masih memiliki hubungan dengan Bram, dan sulit di percaya bahwa Bram dengan berani, ingin melamar putrinya.

"Agni tahu, bahwa ibu dan bapak tidak akan menerima Bram. Atas prilaku Bram kepada mas Adam. Tapi Bram mencintai saya bu, dengan niat baik Bram untuk datang kesini. Bram ingin menikahi saya membawa orang tuanya kesini".

"Tapi kenapa harus Bram Agni, dari semua laki-laki di dunia ini, kenapa harus Bram. Ibu tahu betul sifat laki-laki itu seperti apa, nanti dia akan menyakiti kita lagi" timpal ibu, beliau sama sekali tidak setuju Agni bersama Bram.

"Bu yakinlah, Bram tidak menyakiti Agni, Bram sangat baik kepada Agni, dan dia sama sekali tidak menyakiti Agni. Bukankah kita sudah dapat melihat secara jelas bahwa laki-laki yang kita anggap baik, santun, seperti Alan. Tapi nyatanya menyakiti Agni, dan membatalkan pernikahan Agni. Alan malah memiliki hubungan dengan Jenar".

"Bu, Bram memang keras, egois, licik dan tempramentalnya sangat buruk. Agni mengakui itu bu, tapi Bram mencintai Agni bu. Bagaimana ia memperlakukan Agni, menjaga Agni, dan Agni merasakan itu semua bu. Agni yang menjalani hidup ini bu. Agni juga mencintainya bu" isak Agni.

"Bu, tolong restui hubungan Agni dan Bram. Agni tidak bisa kehilangan Bram bu, karena Agni mencintainya" air mata Agni jatuh dengan sendirinya.

Ibu menarik nafas, ia tidak kuasa melihat putri kecilnya, mencintai Bram sedemikian dalam seperti ini. Ia bisa merasakan itu, cintalah yang membuat Agni seperti ini.

"Apakah kamu yakin dengan pilihan kamu?" Tanya ibu untuk memastikan Agni.

"Iya, Agni mencintai Bram bu".

"Ibu bisa apa, untuk melarang kamu. Orang tua mana yang tidak ingin melihat putrinya bahagia bersama laki-laki yang ia cintai".

"Ibu akan merestui hubungan kamu".

*************

DENDAM SANG CEO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang