BAB 41

3.7K 150 1
                                    

Agni mendengar secara langsung Alan menunda pernikahannya. Agni membuka lemari miliknya. Ia mengambil jaket kulit yang menggantung disisi lemari. Agni perlu menenangkan hatinya, ia sudah hampir gila memikirkan hubungannya dan Alan.

Agni menarik nafas, ia mengambil dompet dan ponselnya di nakas. Ia tidak ingin hanya berdiam diri di kamar meratapi kesedihannya. Ia perlu udara segar, agar ia bisa tenang kembali. Ia harus kuat menjalani semua ini. Agni membuka hendel pintu, ia memandang beberapa pasang mata menatapnya.

"Saya sepertinya membutuhkan udara segar, saya ingin menenangkan hati saya" ucap Agni.

"Ya" ucap Adam, ia membiarkan Agni pergi begitu saja.

Agni melangkah menuju pintu utama, tidak ada satupun yang berani mencegahnya. Agni berjalan menjauhi area rumahnya. Agni mengusap air matanya yang jatuh dengan sendirinya. Agni berjalan menuju trotoar, ia tidak tahu kemana arah tujuannya. Ia hanya ingin menenangkan hatinya, sungguh ia sudah letih seperti ini.

Langkah Agni terhenti memandang sebuah mobil disana, ia tahu betul siapa pemilik mobil itu. Sang pemilik mobil, keluar memandangnya dengan intens seolah sudah menunggunya. Laki-laki itu membuka hendel pintu mobil untuk dirinya. Laki-laki itu sepertinya sudah tahu, bahwa ia akan menjemputnya.

Agni melangkah mendekati Bram, ia bisa melihat secara jelas wajah tampan itu, rahang itu telah ditutupi bulu-bulu halus. Bram memang tampan seperti itu. Agni menahan air matanya agar tidak menangis di hadapan Bram. Bram mempersilahkan Agni masuk ke dalam mobilnya. Agni lalu duduk dan memasang sabuk pengaman. Bram hanya diam ia lalu menutup pintu itu kembali.

Sedetik kemudian mobil menjauhi area halte. Bram melirik Agni disampingnya. Ia tidak ada satu katapun untuk ia ucapkan kepada Agni, terlihat jelas bahwa wanita itu sedang terpukul.

Sepanjang perjalanan, hanya hening hanya hembusan nafas terdengar. Agni menyandarkan punggungnya di kursi, pikirannya sudah lelah. Ia tahu bahwa Bram lah di balik masalah ini. Bram sukses membuat pernikahannya batal.

Bram membawa Agni ke apartemen. Agni tahu bahwa Bram menyuruhnya masuk. Agni melangkah masuk ke dalam, dan Bram menutup pintu itu kembali. Bram berjalan mendekati Agni, ia menatap iris mata Agni. Wanita inilah yang ia rindukan. Bram menyentuh rambut lurus itu, mata itu sedikit bengkak, ia tahu bahwa Agni habis menangis seharian.

"Saya tahu kamu adalah orang dibalik masalah ini. Kamu sengaja membatalkan pernikahan saya" ucap Agni, ia dengan berani memandang iris mata Bram.

Agni menahan emosinya, ia berjalan mendekati nakas, ia mengambil vas bunga disana, ia lempar vas bunga itu ke lantai. Agni sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Terdengar sangat jelas, suara pecahan kaca itu, hingga pecahan kaca itu menjadi kepingan puzel.

"Kenapa kamu membatalkan pernikahan saya, Bram?" Ucap Agni.

"Kamu puas melihat saya seperti ini" ucap Agni menahan geram.

"Kamu jahat Bram, kamu sudah menghancurkan hidup saya" ucap Agni.

"Kenapa kamu seperti ini, terhadap saya" Agni terisak, tangisnya pecah.

Bram menyentuh wajah cantik Agni, terlihat jelas wajah itu penuh emosi. Bram membiarkan Agni melepaskan emosinya. Ia sungguh tidak suka melihat wanita ini menangis, dan memang inilah yang harus ia lakukan. Ia tidak menginginkan wanita ini menikah dengan siapapun.

"Ya, sayalah orang dibalik semua ini" ucap Bram.

"Apa salah saya terhadap kamu Bram".

Bram menarik nafas, ditatapnya dengan intens, "bukankah saya sudah membuktikan bahwa saya bisa, membatalkan pernikahan kamu".

"Oh Tuhan, kamu sungguh keterlaluan Bram".

"Ya saya memang tidak ingin pernikahan itu terjadi" ucap Bram lagi.

"Iya kenapa, kenapa kamu melakukan itu terhadap saya !" Teriak Agni.

"Saya hanya tidak ingin kamu menikah dengan Alan atau siapapun itu".

Agni hampir gila melihat tingkah Bram seperti ini, Bram tidak ingin dirinya menikah dengan siapapun. Apa yang Bram pikirkan terhadap ddirinya. Agni ingin sekali membunuh Bram.

"Kamu tidak ingin melihat saya dengan siapapun, lantas laki-laki mana, yang pantas menikahi saya?" Ucap Agni, ia menarik kerah kemeja Bram, menyadarkan laki-laki itu.

"Apakah hanya kamu, yang pantas saya nikahi" Tanya Agni.

Agni melepaskan cekalannya, ia lalu duduk di sofa. Ia mengatur nafasnya, ia tidak tahu apa yang harus ia perbuat.

"Apakah kamu mencintai saya" tanya Agni.

"Saya tanya kepada kamu, apakah kamu mencintai saya?" Tanya Agni sekali lagi, ia menegakkan lagi tubuhnya mendekati Bram yang mematung di tempat.

"Apakah kamu mencintai saya".

Bram hanya diam, ia masih tidak mengerti dengan hatinya. Agni menanyakan kembali, prihal apakah ia mencintai dirinya apa tidak. Ia hanya tidak ingin menjauh dari wanita itu, ia hanya tidak bisa melepaskan Agni kepada laki-laki lain.

"Apakah kamu mencintai ...".

Bram dengan cepat melumat bibir tipis itu, sebelum wanita itu melanjutkan kata-katanya. Wanita inilah yang ia inginkan. Ia hanya tidak ingin kehilangan Agni. Ia menginginkan Agni disisinya dan bersamanya. Bram melumat Bibir tipis Agni, hingga wanita itu kehabisan nafas. Bram melepaskan kecupannya dan ia memandang wajah cantik Agni.

"Ya, saya mencintai kamu, saya ingin kamu bersama saya" ucap Bram.

Agni tidak percaya apa yang di dengarnya, Bram menyatakan cinta kepadanya. Jantung Agni maraton ketika Bram mengucapkan itu kepadanya.

"Saya ingin kamu hidup bersama saya Agni. Saya ingin kita hidup bersama".

"Bram".

"Mari kita menikah, dan hidup bersama".

************

DENDAM SANG CEO (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang