Gadis itu membuka amplop yang tadi ada di dalam lokernya, beberapa kali ia membolak-balikkan amplop, mencari nama si pemilik amplop sebelumya. Namun nihil, ia tak menemukkan petunjuk apapun disana. Menimbulkan banyak tanya didalam benaknya, siapa yang mengirim amplop sepagi ini.
"Apa tuh?" tanya Faiyah dengan menyenggol lengan Salma, sahabat Salma di saat pertama ospek.
"Gak tau, kayak lamaran kerja gitu kelihatnya, ya gak sih?"
"Ya kan kamu gak ada lowongan kerja, masa ngirim lamaran kerja ke kamu sih"
Salma mengedikkan bahunya, kemudian menarik isinya dari dalam amplop putih. Sesegera mungkin menjawab keingin tahuan-nya dan Faiyah. Setelah memutar benang amplop beberapa kali, Salma menemukkan sebuah nama di pojok kanan bawah. Yudistira Arbianysah.
"Ya Allah Sal itu mah anak kampus sebelah, anak kedokteran ganteng itu kan, aku ngefollow dia mulai smp tau"
Mata Salma menyapu seisi perpusatakaan mencari si pengirim amplop. Ia baru mendengar nama Yudistira hari ini dan belum pernah sekalipun ia melihat lelaki yang bernama Yudhistira itu.
"Kamu tau kan Sal?" tanya Faiyah membuyarkan lamunan Salma.
Salma tergerak "eh iya, eh gak tau, tapi beberapa hari lalu sempet ada yang ngirim pesan, bilangnya Yudistira"
"Tapi aku kira cuma orang iseng" imbuh Salma.
"Coba aja dulu Sal..., Yudhistira bukan orang sembarangan kok, setahuku juga dia gak pernah nge-posting cewek kecuali temenya sama keluarganya" rayu Faiyah, ia tak mau sahabatnya itu menyia-nyiakan kesempatan emas ini.
Salma tersenyum tipis lalu melirik Faiyah, mengingat kembali celotehannya yang panjang kali lebar. Hampir seluruh ucapan Faiyah adalah menjunjung tinggi Yudhistira. Bukan semakin yakin, Salma semakin ragu dengan orang yang bernama Yudhistira itu.
Hari pertama berurusan dengan nama Yudhistira saja, disampingnya ada hawa yang memuji Yudhistira setengah mati, apalagi diluaran sana.
***
Berkali-kali Salma meyakinkan dirinya sendiri untuk menerima ajakan taaruf itu, berkali-kali juga ia dibuat ragu dengan banyaknya perempuan yang tak segan memuji Yudhistira di sosial media. Ia yakin hidup dengan orang yang memiliki banyak penggemar bukanlah hal yang mudah.
Sudah tiga hari ini ia menyimpan surat itu di dalam nakas samping tempat tidurnya, berharap surat itu bisa di rahasiakan dari umi abinya selama mungkin.
Ia tau merahasiakan hal sepenting ini dari orang tuanya adalah hal yang tidak baik, namun ia masih betah hidup sendiri dan menjalani masa bahagianya sebagai remaja. Salma tau umur remajanya tidak akan lama lagi dan ia harus memiliki rencana masa depan.
Tapi itu tak membuat Salma memikirkan hal itu, justru yang ia fikirkan adalah menyelesaikan masa remajanya sebaik mungkin tanpa memikirkan asmara apalagi pernikahan.
Sayangnya sepandai pandai tupai melompat akan jatuh juga, begitu juga surat itu, ia kira uminya tak akan tertarik pada amplop polosan itu. Namun ia salah, baru saja ia yakin bahwa ia aman karena berhasil menyimpan surat itu selama tiga hari.
Namun saat pulang kuliah Salma mendapati suratnya terbuka dan tergeletak begitu saja di atas meja depan ruang tv.
Saat mendapati surat itu terbuka begitu saja, rasa panik menghantuinya, ia memperpelan suara langkahnya, mengendap-endap berjalan mendekati surat itu sembari waspada memperhatikkan sekitar, setelah merasa aman, ia menarik surat itu dengan cepat dan memasukkanya kedalam tas.
Beruntung tak ada abi ataupun uminya disini, jika ada itu akan menjadi masalah besar.
"Mau kemana cantik?" tanya uminya yang keluar dari kamar dengan memakai hijab.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbahmu Calon Imamku
ChickLit(COMPLETED) Salma Gadis keturunan Jawa yang di tinggal oleh tunanganya di H-3 bulan menikah menjadi perbincangan banyak orang. Bahkan hingga H- satu minggu tak ada tanda-tanda Yudhistira calon suaminya datang, setidaknya untuk memutus khitbahnya. H...