14

62.7K 3.5K 55
                                    

"NOTES"

***

SATU note terpasang manis di depan pintu kamar Salma, di daun pintu itu terdapat kertas warna pink. Salma berulang kali membacanya, tapi ia tak pernah paham maksud memo yang di tempel di pintunya itu.

Gadis dengan gamis biru tua itu mencari si pemilik tulisan. Rumahnya sepi tak ada seorangpun di sana, mbok Marni yang biasanya sudah berdiri di dapur juga tidak ada di tempatnya. Di tudung saji ada sebuah memo lagi, ini tentang mbok Marni yang hari ini izin dan si pemilik tulisan yang izin pergi lebih dulu karena keperluan di kampus.

"Saya berangkat ke kampus dulu, jangan lupa makan sebelum berangkat ke kampus. "

Salma membaca notes yang ada di tudung saji itu didalam hati. Lalu ia membuka tudung saji. Di dalamnya ada menu sarapan seperti biasanya.

Kemudian ia beralih ke tempat pakaian kotor. Pakaiannya juga sudah kosong, ia beranjak ke tempat jemur baju. Semua baju sudah ada di sana tinggal menunggu kering. Ini semua sudah di kerjakan Azam, seorang diri?

Lalu ia mencari piring kotor, di sana juga sudah bersih semua. Kenapa lelaki ini begitu mahir dalam bersih-bersih sedang Salma yang perempuan saja jam segini baru selesai berkemas.

Ia langsung mengambil tas dan bergegas berangkat ke kampus, ia tak mau telat. Dan ia harus bertemu dengan Azam, ia tak mau merepotkan Azam. Azam seorang lelaki dan ini bukan tugasnya juga.

Salma mengunci pintu rumahnya. Namun baru satu langkah kakinya menuju gerbang, sebuah pesan asing masuk ke whatsappnya.

Hai, gimana kabarmu Sal?  mawaddah kan sama suami mu?

-Yudis-

Pesan itu, lagi. Salma menatap ponselnya nanar, sebagian dirinya juga ingin melemar ponselnya saat itu juga.


***

Kampus terasa lenggang dan sepi. Tak seperti biasanya. Sejak satu bulan pernikahanya dengan Azam, pembicaraan orang-orang juga mulai mereda bahkan sudah tak ada yang menjelek-jelekkan dirinya, Azam maupun Yudhistira. Justru sekarang banyak yang merasa iri dengan Salma yang memiliki suami Azam.

Fikiran Salma kacau, seja mata kuliah dimulai tak ada satupun ilmu yang meresap ke dalam otaknya, bahkan untuk lewat saja tidak.

Otaknya terlalu fokus pada pesan yang masuk pagi tadi. Salma kembali membuka pesan chatnya. Nomor asing itu masih berada di urutan paling atas di daftar pesanya.

Ia membuka pesan itu lagi. Lalu memencet gambar telepon di ujung kanan atas, berharap si pemilik nomor aktif. Salma memang tak berniat membalas. Tapi ia harus menelpon si pemilik nomor, ia harus mendapat alasan yang jelas untuk pembatalan pernikahanya secara sepihak.

"Dor" Faiyah menepuk pundak Salma. Ponsel di tangan Salma mendarat keras di lantai, menjadikan Faiyah panik. Takut jika harus mengganti ponsel. Takut jika ponsel Salma rusak. Lebih takut lagi jika si pemilik marah.

Saat Faiyah mengambil ponsel Salma pesan teks Yudistira terbuka, Faiyah yang melihat hal itu membulatkan mata tak percaya sedangkan Salma meletakkan ujung jari telunjuk di bibirnya dan membawa Faiyah ke taman kampus.

"Kok bisa?" tanya Faiyah.

"Sejak kapan?" imbuhnya lagi

"Kamu gak selingkuh kan?" terka Faiyah merujuk ke pertanyaan.

"Enggaklah, astaghfirullah jangan" sahut Salma dengan nada sedikit keras.

Faiyah mengelus dadanya bersyukur "kenapa bisa?"

Khitbahmu Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang