SAPUAN make up menghiasi wajah Salma, yang belum benar-benar bisa di tutupi adalah kantung mata sisa tangis semalam. Harusnya setelah kelelahan menangis ia tak tertidur, ini yang sulit memang. Memisahkan antara tangis dan tidur. Setelah menangis pasti kebanyakan orang memilih tidur karena menangis itu melelahkan. Bukan tangisnya, tapi masalah dalam tangis itu.
2 perias dengan 1 orang lainya menata gaun yang sudah merekat rapi di tubuh Salma memandang takjub dengan kecantikan Salma, tapi tidak denganya, justru ia memandang dirinya aneh dan terlalu berlebihan.
Bulu mata palsu membuat matanya terasa sangat berat untuk membuka mata, lipstik dengan dua kali pulas dan fondation yang di lapis dua kali. Rasanya wajah Salma seperti kue yang di padu dengan cream manis.
"Aduh mbak Salma ini lho buk, cantik banget" ucap salah seorang perias begitu umi Adawiyah masuk ke dalam kamar. Di ikuti ibu-ibu lain yang Salma kenal, itu umi Hindun dan Agnes.
"Iya dong calon mantu umi" sahut umi Hindun tersenyum manis, ia merasa bangga memiliki menantu secantik Salma.
Salma meringis kecil "tante bisa aja" jawabnya, menutupi ketidaknyamananya terhadap acara nanti.
"Kok masih tante, umi dong kan mulai hari ini kamu sah jadi mantu tante"
"Iy- iya mi" ucap Salma mencoba memanggil umi Azam dengan sebutan umi.
Tatapan sayu terlihat dari cara pandang umi Adawiyah ke arah Salma, itu mengingatkan Salma pada pesan singkat dari nomor asing yang paling membekas semalam. Meski seharusya ia tak mengingat hal itu lagi rasa itu tak bisa ia tahan. Memorinya seakan beradu dengan hatinya.
Hatinya meminta untuk terus mengingat, sedang hatinya? mencegah sekuat tenaga.
"Oh ya hari ini kan sekalian resepsi tapi belum ada penerima tamu, kamu ada teman yang mau jadi penerima tamu gak nduk?" tanya umi Adawiyah pada Salma. Tergesa-gesa, setelah sempat keluar dari ruangan ini.
"Maryam mi?" tanya Salma.
"Iya kan ada empat, selain Maryam sama Agnes dan Tiara sepupu Azam"
Salma teringat sahabatnya Faiyah, ia segera mengirim chat pada sahabatnya yang beruntung di bawah usernamenya tertulis tulisan online. Setelah berdebat beberapa saat akhirnya Faiyah bersedia menjadi penerima tamunya, meski ia yakin Faiyah dan Maryam akan bertengkar.
"Udah mi, temen Salma mau on the way"
"Oh otw ya?" umi Hindun mempraktikkan gaya bicara anak sekarang.
Gadis itu tersenyum dan hampir tertawa. Begitu juga perias dan penata busananya.
Setelah beberapa jam merias akhirnya mereka selesai dengan pengantin wanita, tinggal memasang mahkota warna putih dengan beberapa berlian dan tindik palsu di hidung Salma. Gadis itu bisa di bilang lebih mirip boneka hidup, meski ia merasa aneh tapi semua orang sibuk berdecak kagum.
Akhirnya waktunya benar-benar tiba. Salma menuruni anak tangga dan menaikki mobil. Bersiap diri menuju masjid yang sudah di siapkan untuk akad nikah, di lanjutkan resepsi di gedung yang sudah di dekorasi sesuai keinginan Salma dan Yudhistira, kala itu.
Entah kenapa degup jantung Salma berpacu begitu cepat, seakan ini mendebarkan padahal semalam tidak. Salma memegangi tanganya yang berkeringat, di dalam mobil ber AC saja rasanya begitu panas. Tak seperti biasanya.
Aneh.
***"Saya terima nikah dan kawinya Salma Adinda Humaira binti Ali Muhtarom dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai"
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbahmu Calon Imamku
ChickLit(COMPLETED) Salma Gadis keturunan Jawa yang di tinggal oleh tunanganya di H-3 bulan menikah menjadi perbincangan banyak orang. Bahkan hingga H- satu minggu tak ada tanda-tanda Yudhistira calon suaminya datang, setidaknya untuk memutus khitbahnya. H...