"InsyaAllah jika Allah berkehendak hati tak akan lari karena takdir sudah tertitik"
***
BEBERAPA buku mendarat di rak atas, tepatnya meja kerja sekaligus meja Rias Salma, di ikuti alat make up dan printilan hijab yang sangat jarang di sentuh. Kemudian ia berpindah ke almari baju, gadis itu menggantung beberapa gamis dan pakaian penting lainya. Dan meletakkan baju rumahan di almari sebelahnya.
Setelah pernikahanya 2 hari yang lalu, Salma akhirnya pindah ke rumah pribadi Azam yang sekarang juga menjadi rumahnya. Meski dengan sedikit paksaan dari kedua orang tua Azam dan Salma, akhirnya Salma rela jauh dari orang tuanya. Orang tua mereka beralasan agar mereka segera memiliki Azam junior. Begitu katanya.
"Mbok bantu mbak Salma?" tanya seorang wanita paruh baya yang mengintip dari celah pintu kamar Salma yang terbuka sedikit.
"Gak usah mbok, ini sebentar lagi juga selesai" sahut Salma dengan meletakkan salah satu tumpukan baju.
"Kalo boleh tanya kenapa mbak Salma naruh barang disini? kan kamar mas Azam ada diatas"
Salma hanya tersenyum tak berniat menjawab pertanyaan pembantu Azam, takut jika mbok Marni mengadu pada mertua maupun orang tuanya. Ia memilih berbeda kamar karena ia belum menyukai Azam, ia tidak mau memaksakan dirinya sendiri apalagi memikirkan orang lain saat bersama Azam.
"Gak papa mbok" jawab Salma singkat.
"Oh ya ada handuk gak mbok Salma lupa bawa" tanya Salma, berharap wanita yang akan menemani keseharianya itu tak menanyakan hal-hal lainya, yang sulit ia jawab.
Pembantu Azam mengangguk kemudian permisi mengambilkan handuk untuk Salma. Selanjutnya Salma melanjutkan membersihkan barang-barangnya yang tinggal sedikit. Sebentar lagi kegiatanya berkemas barang akan selesai. Namun Salma belum mendapati Azam turun dari kamarnya.
Ah, entahlah mungkin suaminya lelah. Batin Salma, menenangkan diri sendiri karena ia juga merasa itu bukan urusanya.
Salma memilih mengambil wudlu dan sholat, adzan sudah 20 menit yang lalu, dan ia sudah menunda sholatnya sekitar 20 menit. Salma sebisa mungkin menunaikkan ibadah sholatnya tepat waktu, dalam diri Salma ia memiliki kepercayaan tentang menunda sholat sama dengan menunda kebaikan dari Allah yang sudah di persiapkan oleh Allah.
Setelah salam terakhir dari sholat 4 rakaatnya suara ketukan pintu membuatnya beralih fokus dari dzikirnya.
"Sebentar" ucap Salma sembari menarik bawahan mukenanya.
Ia memutar knop pintu dengan masih memakai mukena.
"Salma lagi ngapain?" tanya Azam basa-basi. Meski ia tau bahwa Salma pasti selesai sholat, bisa dilihat dari mukena yang masih melekat di tubuh Salma.
"Habis sholat, kenapa mas?"
"Bisa ikut saya?" tanya Azam.
"Kemana?" ucap Salma, kembali bertanya.
"Beli bahan makanan" jawab Azam.
"Mbok?" Salma mengingat wanita yang memasakkan makanan untuk Azam dan dirinya, tentu bahan makanan akan dipilih oleh mbok Marni kan, harusnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbahmu Calon Imamku
ChickLit(COMPLETED) Salma Gadis keturunan Jawa yang di tinggal oleh tunanganya di H-3 bulan menikah menjadi perbincangan banyak orang. Bahkan hingga H- satu minggu tak ada tanda-tanda Yudhistira calon suaminya datang, setidaknya untuk memutus khitbahnya. H...