3

79.5K 4.4K 34
                                    

"Iya Salma udah makin dewasa sekarang" adu perempuan yang berstatus sebagai seorang ibu.

"Lha mana Salma kok nggak keluar?" ibu-ibu lain menyahuti, mencari sosok yang sedang di adukan ibunya bahwa ia sudah makin dewasa.

"Bentar lagi keluar, udah lama ya mbak gak ketemu, tau anak kita satu yayasan malah bakal sering silaturahmi gini kan, enak" sahutnya.

Tawa keduanya pecah, serempak. Entah apa yang di bicarakan dua wanita paruh baya itu. Mendengar namanya di bicarakan, Salma lekas memakai hijabnya. Seperti biasa, dirumah ia hanya memakai baby doll atau biasa orang sebut baju tidur dan hijab langsung masuk.

Salma menuruni anak tangga, seorang wanita paruh baya mendongak dan tersenyum padanya ketika mendengar suara langkah kaki dari tangga, ia membalas senyum itu kemudian mencium punggung tangan ibu-ibu yang duduk tepat di samping uminya.

"Salma tante" ucap Salma memperkenalkan diri.

"Wah anak Turki ya emang, hidungnya MasyaAllah nak,,, beli tambahan dimana?" tanyanya mencairkan suasana.

"Bisa aja mbak, orang cuma keturunan Jawa sama Sunda kok sampe Turki" sahut umi Salma mengeles.

Sudah banyak yang salah mengira bahwa Salma memiliki darah keturunan Turki, karena kulitnya yang putih dan hidungnya yang mancung, dengan kornea mata berwarna cokelat ditambah lagi rambut alis yang cukup tebal.

"Ini tante Hindun,  anaknya satu yayasan sama Maryam"

"Oh,,, di SMA nya juga di tempat Salma dulu atau Maryam tan?" tanya Salma mencoba melanjutkan pembicaraan.

"Sama kamu dulu, tapi jarak beberapa tahun kali yaa"

Salma mengangguk mengerti. Lwbih benarnya sok-sok an tau. Lalu ia berdiri hendak meninggalkan kedua teman lama yang lama tak bertemu itu. Mungkin. Karena dari tawa mereka tampak begitu.

"Eh Salma mau kemana?" tanya umi Salma menghentikan langkah Salma yang hampir memijak tangga pertama.

"Ke kamar mi"

Umi Salma berjalan ke arah Salma lalu membisikki Salma sesuatu, lebih tepatnya meminta Salma membeli es buah, lontong dan makanan lainya, yang mau tak mau Salma harus membawa motor karena banyaknya pesananya umi.

"Ya udah Salma berangkat, assalamualaikum" ucap Salma begitu mendapat uang di dalam sakunya.

"Waalaikumsalam" sahut uminya dan tante Hindun bersamaan.

Jemari Salma merogoh uang di dalam sakunya dan memilih memegangnya, ia takut jika jatuh. Sederhananya begitu. Saat berjalan ke anak tangga depan rumah, seorang laki-laki tengah duduk di sana dengan memperhatikan layar ponsel.

Dari paras belakanganya lumayahanlah...

Eh, astagfirullah  Salma menepuk kepalanya menyadarkan dirinya sendiri.

Lalu ia melangkah cepat sembari berucap permisi. Tapi, tunggu. Orang itu,,,

"Bapak ngapain disini?" tanya Salma melihat Azam duduk di teras rumahnya, sedikit kaget melihat Azam dirumahnya.

Mengingat ponselnya dan Azam ada di rumahnya ia yakini lelaki itu hendak melaporkan dirinya pada uminya "jangan laporin ya pak" pinta Salma memelas.

Tak ada jawaban dari si pemilik nama Azam, Salma melihat telinga lelaki itu. Ada headshet di telinganya. Tindakan kurang ajar yang secara tidak langsung.

Salma menarik paksa headshet itu, padahal ia tau itu tidak sopan "jangan di laporin ya pak sayanya" pinta Salma lagi. Memasang wajah memelas yang sudah di runtuhkanya tadi.

Khitbahmu Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang