22

59K 3.2K 10
                                    

"Hidupkanlah, hidupmu. Jangan terbebani banyak pikiran. Karena Allah mempunyai rencana terbaik untukmu"

{Syaikh Dr. Ahmad 'Isa Al Ma'sharawy}

***

Salma seakan tak membutuhkan apapun lagi setelah mobil Azam terparkir di depan rumah sakit. Tanpa Azam, ia berlari ke ruang bugenvile1 - 17, bahkan ia sama sekali tak memperdulikan lift, ia hanya ingin cepat sampai di ruang itu. Bertemu dengan abi nya.

Di lobi rumah sakit ia melihat Ilham, sepupunya yang sedang memeluk Maryam adiknya. Salma hanya melihatnya sebentar, lalu berlari ke ruang yang ingin ia tuju tanpa memperdulikan Maryam, ia hanya ingin Abi nya.

"Umi" lirih Salma. Kemudian ia ikut berjongkok di depan uminya.

Sekali lagi ia memanggil uminya, meminta kesadaran uminya pulih "umiii"

Umi Adawiyah menunduk, melihat anak pertamanya dengan tatapan yang sulit di artikan kemudian umi Adawiyah mendekap anaknya dengan erat. Ia berharap anaknya tak merasakan apa yang ia rasakan.

"Salma" panggil umi Adawiyah berusaha menguatkan Salma sekaligus dirinya sendiri.

"Abi gak papa kan mi?" Salma berusaha merubah pertanyaanya menjadi pernyataan.

"Abi didalam nak,,," jawab Umi Adawiyah dengan melirik pintu warna abu muda itu

Salma berdiri setelah melepas pelan pelukan uminya, ia mengintip dari kaca kecil di pintu kamar rumah sakit, tempat abinya di rawat inap. Baru beberapa menit ia membalikkan badan seorang dokter keluar dengan melepas stetoskopnya.

"Gimana dok, gimana, abi gak papa kan?" tanya Salma tergesa.

"Dok jawab jangan diem aja, dok aku mohon"

Keluarga Salma yang ada disana sontak menangis, begitu juga Salma. Kakinya lemas, tubuhnya hampir saja terjatuh jika Azam tak menangkapnya dari belakang.

"Mas, abiii" lirih Salma di tengah tangisnya.

"Abiiii, abiii mas, kenapa pergi gitu aja" buka Salma berspekulasi seorang diri tapi mimik wajah dokter memperlihatkan bahwa kabar bahagia tidak sedang berpihak pada keluarganya.

"Mass, abii" Salma meronta ingin melihat jasad yang ada didalam. Azam tidak berniat melarang Salma masuk, tapi dengan melihat kondisi Salma sekarang tidak mungkin ia akan tenang jika melihat jasad abinya.

Salma yang kehilangan tenaganya merasa lemas, lalu beberapa saat kemudian ia kehilangan kesadaranya. Sejak tadi ia terus menahan rasa pusing karena tak enak badan dan sekarang ia harus menerima kabar yang tak ia inginkan. Salma terlalu lemah untuk ini semua.

Azam tersentak, ia berusaha membangunkan Salma. Namun nihil. Lelaki itu memilih membopong Salma kedalam salah satu ruangan dan meminta dokter untuk memeriksa keadaan istrinya.

Tangan Azam hampir tak terlepas dari tangan Salma sejak dokter selesai memeriksa Salma.

"Sal,," panggil Azam pelan.

"Kamu harus bangun, kamu gak mau kehilangan kesempatan terakhir melihat abi Ali kan, ayo Sal bangun" pinta Azam lagi, tanganya tak henti menggenggam tangan Salma.

Khitbahmu Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang