Minus 8 jam
***
GADIS itu memakai hijabnya, kemudian menuang serum di tanganya dan menepukannya pelan di wajah, membiarkan nutrisi dari si serum meresap sempurna. Di ikuti dengan lipbalm di bibirnya dan selesai.
Salma mendaratkan tubunya di atas tempat tidur, matanya memandangi langit-langit kamar. Sesekali ia teringat kejadian tadi. Azam memang selalu begitu, memanggilnya dengan tiba-tiba, dan kali ini untuk meminta hal yang sama sekali tidak ia kira.
Awalnya ia hanya berbasa-basi pada Azam, bahwa ia akan menerima Azam suatu saat nanti. Sesuai apa yang di minta Azam. Ia kira Azam hanya akan menganggapnya lelucon, ternyata Azam menganggapnya serius. Salma bingung harus mengapakan keseriusan Azam tersebut.
Setelah berbaring ia duduk lagi lalu berbaring lagi hingga akhirnya ia memilih mengungsi di kamar Maryam adiknya, daripada terus memikirkan hal itu.
Ceklek,,,
Suara pintu terbuka, si pemilik kamar kelabakan menyimpan laptop dan earphone di bawah kasur lalu mengambil buku apa saja yang ada di dekatnya.
"Maryam" panggil Salma lirih.
Maryam menatap Salma tajam sekaligus kesal, ia melempar buku kosong ke arah Salma, kakaknya. Yang di lempar buku hanya tertawa dengan memungut buku itu.
"Kaget kak, beneran kaget, salam apa gimana gitu biar gak aku kira umi" rengek Maryam.
"Makanya belajar"
"Kan udah selesai, tapi kalo ketahuan umi nonton drakor di marahin pasti" kata Maryam
"Oh ya, tumben calon pengantin kesini?" tanya Maryam pada Salma yang memang jarang masuk ke kamarnya.
"Kakak punya cerita"
Salma menceritakan kejadian tadi, saat Azam meminta Salma untuk memberinya kesempatan nanti saat pernikahan mereka usai. Tadi sebelum mobil memasuki gerbang, Azam berhenti di depan rumah dan berucap agar nanti setelah sah menjadi istrinya Salma berkenan menerima hal-hal yang mampu Azam lakukan agar Salma menerimanya.
Terkesan aneh. Salma saja tak habis fikir Azam bisa berkata begitu, namun berbanding terbalik dengan Maryam yang cengengesan di depanya.
"Gak salah ceritanya ke anak kecil?"
Salma mendelikkan matanya dan mendapat tawa lagi dari Maryam.
"Enggak kak, canda. Ya bagus dong kak, berarti kak Azam punya sisi romantis yang kak Salma aja gak tau apalagi orang lain"
"Tapi kakak ngerasa aneh" Salma menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal.
Maryam mengangkat kedua alisnya "apa yang aneh kak, kak Azam ganteng, baik, hafidz, Lc, dosen, punya rumah sendiri kata umi kemaren, eh tambah romantis Ya Allah deketin aku sama oppa oppa yang kaya gitu. Kai masuk islam aku juga siap ajarin Islam buat dia, apa Lucas juga gak papa" mata Maryam melihat ke atas dramatis.
"Tau ah" sungut Salma. Adiknya tak pernah berhenti berbicara tentang oppa halusinasinya yang sama sekali tak Salma ketahui.
"Canda kak marah mulu, ya udah di coba aja dulu biarin kak Azam lakuin apapun yang bisa bikin kakak suka sama kak Azam, selama gak nyakitin fisik dan hati kakak kenapa gak dicoba" Maryam bernafas sebentar
"Allah tuh baik banget kak, gak mungkin dong Allah nemuin kakak sama ka Azam gak ada faedahnya, jangan mikirin kak Yudis terus-terusan"
Masalah hati, Salma tak pernah meragukan Maryam, kebiasaan menonton drama Korea dan membaca novel menjadikan adiknya lebih paham masalah asrama ketimbang dirinya, ya meskipun banyaknya jadi korban bucinya novel, tapi Maryam tetap berfikiran lebih dewasa dan anti bingung soal hati dari pada Salma.
"Gimana kak? Toh juga kak Azam bakal serumah sama kakak, coba aja lihat apa yang di lakuin kak Azam buat bahagiain kakak"
Salma menarik nafas dan menghembuskannya keras "tau ah, aku tidur sini ya dek ngungsi sehari"
"Iya, bentar lagi juga gak tidur di rumah ini hahaha" tawa Maryam menggema puas. Senang teman bertengkarnya akan pergi dan hempas.
Salma membelakangi Maryam sembari berfikir, haruskah?
***
Pernikahan tinggal menghitung jam, sejak hari itu Salma dan Azam tak pernah bertemu dan mereka juga sangat jarang bertukar sapa di chat apalagi telepon. Sesekali hanya saat Azam mengirim pesan, selain itu tak pernah. Apalagi Salma. Kalian bisa tebak sendiri apa yang di lakukanya bukan?
Setelah pertanyaan hari itu Salma masih belum memberi jawaban apapun kepada Azam. Meski terhitung dari sekarang pernikahan mereka kurang 8 jam tak menjadikan Salma gugup atau apapun, justru gadis itu merasa santai. Hanya sesekali hatinya perih masih mengingat Yudistira yang tak kembali.
Umi Salma mengetuk pintu dari luar, membawa beberapa alat make up, gaun dan perhiasan untuk esok. Gadis itu melirik sejenak, lalu ia kembali sibuk dengan ponselnya.
"Sayang, kok nggak tidur, deg-deg an besok ya?"
"Ngapain deg-deg an mi, rasa aja gak ada" sahut Salma asal. Memprotes uminya secara tidak langsung.
"Gak boleh gitu, kalo abi denger bisa marah lho"
"Kenyataankan mi" imbuh Salma sebelum merubah posisi tubuhnya, membelakangi uminya. Ia menghela nafas pelan.
Umi Adawiyah duduk di ujung tempat tidur, menyusul anaknya yang besok sudah menjadi milik orang lain"meskipun nanti kamu belum cinta sama Azam, umi mohon ya nak tetap jadi makmum yang baik dan mengikuti syariat Islam karena setelah kamu menikah nanti Azam itu Surga bagimu"
"Iya mi, Salma tau tempat kok" jawab Salma "udah ah mi Salma mau tidur" Salma menghindar lagi, untuk kesekian kalinya.
Tangan umi Salma menarik selimut untuk menutupi anak gadisnya, terdengar isakan dari uminya. Umi Adawiyah- umi Salma sebenarnya sedih karena perjodohan ini, tapi ia juga tidak bisa melawan suaminya sendiri. Apa yang di keluar dari mulut suaminya, apapun itu tidak bisa ia tentang. Sama sekali.
Setelah melihat wajah anak gadisnya sepersekian detik, umi Adawiyah memencet saklar lampu dan menutup pintu. Merasa uminya sudah pergi Salma ikut menangis, ia sendiri tidak tau apa yang membuatnya ikut menangis. Yang pasti ada perasaan mengganjal yang tak bisa ia jelaskan.
Ponsel Salma bergetar memperlihatkan notifikasi dari nomor tak di kenal
"Selamat atas pernikahan besok, semoga kamu bisa mendapat imam yang lebih baik"
-Yudistira-
Salma menghentikan tangisnya dan menggunakan punggung tanganya untuk mengusap bulir air mata yang tersisa. Tunggu, apa yang ia lihat ini tidak salahkan? Siapapun tolong yakinkan Salma.
Salma lekas memencet tombol bergambar telepon dan menghubungi nomor asing itu. Namun sayang yang ada hanya suara, yang menunjukkan nomor itu tidak aktif. Tangis Salma kembali pecah kali ini di ikuti sesenggukkan yang tak mau berhenti.
Ini gak adil.
Ucap Salma disela tangisnya.
Haruskah lelaki itu hadir ditengah rumitnya masalah yang ia hadapi kini. Setidaknya jadilah pencegah pernikahan besok, bukan jadi pengucap selamat di pernikahan yang tak diinginkan Salma besok.
Salma mohon.
Kali ini saja...
***
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbahmu Calon Imamku
ChickLit(COMPLETED) Salma Gadis keturunan Jawa yang di tinggal oleh tunanganya di H-3 bulan menikah menjadi perbincangan banyak orang. Bahkan hingga H- satu minggu tak ada tanda-tanda Yudhistira calon suaminya datang, setidaknya untuk memutus khitbahnya. H...