16

59.7K 3.4K 36
                                    


DINDING meja belajar Salma mulai penuh dengan note dari Azam. Sangat banyak, setiap hari bahkan notes untuk tugasnya hampir tak kebagian tempat. Salma mulai mengambil note itu satu persatu dan memindahnya kedalam kotak yang sempat ia beli kemarin bersama Faiyah.

Kotak warna merah bata itu terisi dengan note milik Azam untuk Salma. Sesekali Salma membacanya satu persatu, ia yakin jika sekarang ia membuka pintu pasti di daun pintunya sudah ada notes yang berisi kata-kata seperti ini. Seakan Azam tak pernah kehabisan quotesnya. Yang meski kadang receh bagi Salma atau kadang Salma ingin tertawa sendiri.

"Mbak ayo makan" panggil mbok Marni dari luar kamar. Iya, hari ini ia harus masuk kuliah lagi, lagi dan lagi~

Entah kapan ada libur, ia berharap ia segera skripsi dan lekas selesai. Semuanya.

"Iya mbok" jawab Salma cepat. Ia tidak mau membiarkan mbok Marni menunggu.

Salma keluar kamar dan melihat mbok Marni meletakkan piring di meja makan "gimana mbok udah sehatan?"

"Alhamdulillah mbak" sahut mbok Marni, senyumnya memperlihatkan bahwa wanita baya itu sudah lebih baik keadaanya.

Salma memutar tubuhnya dan melihat sekeliling, melihat majikanya mencari sesuatu mbok Marni seakan tau apa yang di cari perempuan di depanya.

"Mas Azam tadi pergi dulu mbak, katanya ada dokumen yang ketinggalan di sekolah"

Salma menggaruk tengkuknya yang tak gatal, kemudian ia menarik kursi dan membalik piring yang sudah selesai di tata mbok Marni.

"Makan bareng yuk mbok" ajak Salma. Ia tak biasa makan sendirian, kecuali jika memang benar-benar tidak ada orang lain selain dirinya.

Mbok Marni menolak cepat, tapi tangan Salma cekatan menarik tangan mbok Marni agar mau sarapan denganya, Salma mengukir seulas senyum agar mbok Marni mau makan denganya.

Akhirnya mbok Marni luluh dan ikut duduk tepat disamping Salma.

Hanya suara piring dan sendok yang beradu, sisanya hening. Setelah selesai makan Salma lalu mengambil tasnya dan berangkat ke kampus dengan taksi online yang sudah di pesanya tadi pagi.

***

Sebuah pesan teks masuk, nomor asing itu lagi. Nomor asing yang selalu mengganggunya sejak pernikahanya dengan Azam. Salma fikir, orang disana sedikit menyesal dengan keputusanya karena meninggalkan Salma. Tapi jika begitu, kenapa ia tak langsung bertemu saja. Kenapa hanya pesan teks?

Namun tunggu, kali ini berbeda, pesan itu dari Mulan. Sahabat Yudis yang sempat beberapa kali Salma cemburui. Ah itu dulu, waktu itu saja. Salma harap ia tak melakukan hal yang sama.

Mulan meminta Salma untuk menemuinya, Salma seperti memiliki sesuatu yang tak seharusnya ia fikirkan. Apa Yudis sudah menikah dengan Mulan? Jika mengingat dulu, Mulan salah satu yang Salma cemburui dalam hati karena terlalu dekat dengan Yudhis.

Salma lekas menepis semua itu dan memasukkan ponselnya kedalam tas.

"Kamu emang dapat notes terus dari Azam?" tanya Faiyah yang lebih excited dari pada dia.

Kedua alis Salma naik beberapa detik memberi jawaban dengan isyarat.

"Enak ya, kaya oppa korea, sweet banget" sahut Faiyah, ini salah satu kesamaan Faiyah dan Maryam. Sama-sama menyukai seputar per K-pop an.

Salma menggeleng pelan "kamu mau?"

Faiyah mengangguk anggukan kepala "mauu"

"Nikah makanya"

Khitbahmu Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang