37

60.7K 3K 9
                                    

SETELAH membeli beberapa buah untuk kebutuhan dirumah, Azam membawa mobilnya menjelajah jalanan kembali, hingga sampaildi rumahnya.

Ia mengemudikan mmobilny ke garasi. Tak seperti biasanya, saat ia memasuki rumah tak ada teh atau makanan yang siap dipanaskan Salma.

Azam mengernyitkan dahinya, juga tak ada suara tilawah yang biasa Azam dengar. Kakinya melangkah menuju kamarnya.

Benar saja. Disana ada Salma sedang sholat dengan duduk dan kedua kakinya sejajar lurus.

Ia tersentak, kenapa Salma sholat dengan duduk. Lalu ia memasuki kamar mandi mengambil air wudhu kemudian menyusul sholat di belakang Salma yang sudah menyelesaikan sholatnya lebih dulu hingga takhiyat akhir.

Setelah selesai sholat Salma melihat kebelakang, menatap wajah suaminya yang begitu teduh ketika bermunajat pada Allah. Ia rindu wajah itu.

Salma lalu mengangkat kedua tanganya, mulai meminta kepada Allah untuk kesembuhanya, untuk kedua orangtuanya, untuk suaminya dan mengadukan rasa syukurnya pada Allah yang selama ini sering ia abaikan.

Begitu juga Azam setelah sholat ia berdzikir dan berdoa kepada Allah dan mengadukan semua yang ia adukan. Meski sebenarnya ia tak begitu khusyuk, ia masih memikirkan mengapa Salma harus sholat dengan duduk.

"Salma" panggil Azam setelah melipat sajadah dan meletakaanya di atas meja kecil.

"Iya mas" jawab Salma. Ia masih duduk ditemani mukena lengkap yang membalut tubuhnya. Kebiasaan ketika selesai sholat malas melepas mukena karena terasa begitu sejuk.

"Kamu kenapa sholatnya duduk?" tanya Azam.  Lalu jongkok di samping istrinya. Memperhatikan Salma dari atas sampai bawah, mencari tempat istrinya yang terluka.

Salma diam, memikirkan kemana perginya ponsel suaminya. Harusnya jika memang ponsel itu masih ada, barang sejenak suaminya akan membuka pesan teks dan telpon yang tadi sudah ia kirim padanya.

"Hp kamu dimana mas?"

Pertanyaan Salma membuat Azam berdiri dan meraih tasnya, mencari benda pipih yang sengaja ia simpan didalam sana. Saat Azam memencet tombol lookscreen sebuah 5 panggilan dan 6 pesan, tak terbalas dan tak terjawab.

Ia kembali pada posisi semula, jongkok di samping Salma. Dengan Salma yang mulai melepas mukenanya, kali ini ada hijab yang menyelimuti mahkota indahnya.

"Maaf Sal, aku gak tau" ucap Azam sungguh-sungguh.

Salma hanya tersenyum tipis, bahkan untuk mengecek ponsel, atau menjawab pesan teksnya saja Azam tak memiliki waktu.

"Gak papa" jawa Salma, asal. Untuk kedua kalinya. Ia tak mau terlihat childish, dan ia harus menahan amarahnya sendiri.

Seingat Azam di caption instagram, Azam pernah melihat tidak apa-apanya wanita adalah ada apa-apa yang di sembunyikan serapi mungkin.

Azam menyentuh tangan Salma, menghentikkan aktifitas melipat mukenanya. Sambaran tangan itu membuat Salam melemah. Ia melihat mata Azam beberapa saat, lalu menunduk sebentar.

Siapapun juga tidak ingin di tinggal sesibuk ini, bahkan dulu uminya akan merajuk jika abinya tidak pulang tepat waktu dan tidak mengabari

"Salma, maaf" ucap Azam lirih.

Salma yang sudah melepas tangan Azam sedari tadi lekas melipat mukena lagi. Lalu ia berusaha berdiri. Azam yang mulai menyadari kaki Salma yang terluka langsung mengangkat Salma menuju ke atas kasur.

Mengangkatnya, bukan lagi memapah. Salma terkejut, pipinya seperti kepiting bakar rasanya. Namun ia menahan rasa salah tingkahnya, bukan tempatnya sekarang untuk salah tingkah.

"Kamu kenapa?" tanya Azam sekali lagi, ia tak mau dianggap tak memperdulikan istrinya.

Salma menghela nafas kasar lalu memulai berbicara, ia menghadapkan padanganya sepenuhnya pada Azam.

"Gak papa" jawab Salma. Masih tak bisa menceritakan segalanya. Kelu, setidaknya ia harus bisa memprotes suaminya, sesuai rencananya tadi, tapi tidak bisa. Ia hanya diam lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran tempat tidur.

Membuka ponsel, melihat jadwal yang besok sudah ditentukan untuk cafenya besok. Besok, hari dimana acara Syifa akan di adakan di cafenya, dan sepertinya ia harus absen.

Azam menyingkap sedikit rok yang di pakai Salma hingga ke betis, tepat dimata kaki ia melihat lebam yang dilihat dari warnanya pasti sakit.

Tanpa pikir panjang, Azam turun kebawah menuju kedapur. Ia mulai menuang separuh air panas dan air dingin kedalam baskom. Lalu membawanya kembali ke dalam kamar.

Tak sampai disitu, Azam mulai mengompres kaki Salma dengan handuk yang sudah dicelupkan kedalam baskom. Meski terlambat, ia mau menebus kelalaianya kali ini.

Salma meringis kecil. Ia sedikit luluh melihat Azam yang tampak sungguh-sungguh. Selesai mengompres Azam mengurut kaki Salma dengan balsem. Sesekali ia memandangi Salma dengan tak tega.

Bahkan, laptop dan dokumen yang sudah Azam persiapkan di atas meja, sekarang sama sekali tak terjamah. Ia terus menemani Salma hingga istrinya itu tertidur.

***

Pukul 23.05

Suara rintihan terdengar jelas, rumah yang hanya di tinggali tiga orang dengan satunya adalah pak Agus tukang kebun. Membuat suara itu semakin jelas.

Azam membuka matanya, ia terduduk separuh menumpu tubuhnya dengan siku. Mencari asal suara yang tengah malam sudah membangunkanya.

Ia melihat Salma, meringkuk dengan memegangi tubuhnya, dan Salma adalah alasan asal suara itu ada. Salma menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Azam memegang dahi Salma pelan, beralih pada dahinya, memastikan suhu tubuh Salma. Azam tersentak, suhu tubuh Salma meninggi. Lelaki itu kembali kedapur, mengganti air kompresan tadi dengan yang baru.

Ia menarik kursi di sampingnya lalu menunggu panas Salma mulai menurun, ia telaten mengganti handuk dikepala Salma. Sesekali ia juga mengoles balsem di lebam Salma. Azam mengelus kepala Salma pelan, merasa bersalah karena kelalaianya.

Kemudian ia membuka ponselnya, karena tertunda saat mengerjakan dokumen tadi. Di ponselnya tertera pesan dari Salma.

Dengan jelas Salma memberitahu bahwa ia jatuh saat sedang bekerja tadi. Namun karena terlalu mementingkan pekerjaan membuatnya tak memiliki waktu untuk Salma.

Azam menatap Salma nanar "Maaf Sal" lirih Azam.

Kemudian menyandarkan kepalanya disandaran kursi. Memejamkan matanya, berusaha tidur meski otaknya sama sekali tak mau memberi respon untuk matanya agar segera terlelap.

Ia hanya ingin menebus kesalahanya dan merawat Salma hingga sembuh. Atau setidaknya hingga esok tiba.

***
TBC

Khitbahmu Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang