15

64.3K 3.5K 19
                                    


LAGI, Salma mendapat memo kecil lagi setelah satu minggu yang lalu. Rasanya hubunganya dengan Azam juga tidak bertumbuh dan stuck di tempat itu saja. Salma menarik notes itu, kali ini dengan warna biru.

Salma menutup pintu kamarnya lalu mencari mbok Marni di belakang. Nihil, mbok Marni tidak ada di sana.

"Nyari mbok?" tanya lelaki yang entah muncul darimana itu.

"Eh iya" jawab Salma gugup, ia segera menyimpan notes yang masih di genggamanya itu ke dalam tas.

"Mbok Marni bakal sering libur, hari ini badanya sakit jadi mesti kerumah sakit"

Salma membulatkan bibirnya "yang nganter siapa?"

"Anaknya" jawab Azam.

"Ayo makan dulu, tadi saya masak nasi goreng" imbuhnya, lalu membimbing Salma berjalan ke meja makan.

Gadis itu terkesima "kamu masak? lagi?"

Azam mengiyakan dan membuka tudung saji. Di sana ada nasi goreng dan krupuk. Selalu begitu, tiap pagi ketika mbok Marni tidak berangkat Salma keduluan start untuk masak. Meskipun ia belum menerima Azam, ia tak mau membengkalaikan tugasnya dan memasak adalah tugas istri.

"Besok-besok kalo mbok Marni gak berangkat biar aku aja yang masak, malamnya kamu bisa kasih tau aku" jelas Salma. Jemarinya sibuk memasukkan sesuap demi sesuap nasi ke dalam mulutnya.

"Caranya?"

Ah iya, bahkan saat Azam pulang saja Salma tidak tau. Kadang jika ia tau ia akan pura-pura tidak tau dan memilih tidur.

"Whatsapp, kamu bisa kirim pesan ke saya" jawab Salma cepat.

"InsyaAllah nanti saya kirim pesan"

"Kalo nggak kamu bisa ketuk pintu kamar aku"

Azam mengangguk paham "nanti sore bisa ikut saya?"

"Kemana?"

"Jenguk mbok Marni"

Salma mengingat jadwalnya hari ini, dan jam terakhir adalah jam Azam jadi tidak ada alasan untuk berkata tidak dan menolak ajakan Azam itu.

"Iya" jawab Salma dengan menganggukan kepalanya, kemudian ia memasukkan nasi goreng kedalam mulutnya lagi.

"Nanti langsung ya, setelah kelas kamu kita kesana"

"Iya" jawab Salma sekenanya.

Lalu mereka melanjutkan aktifitas makan yang belum selesai. Pagi ini mereka berangkat bersama, sekalian karena Azam hari ini Azam tidak perlu menyiapkan materi apapun di kampus.

Perjalanan mereka selalu saja hening. Di dalam mobil hanya ada suara murotal atau sesekali jika Azam sedang berbaik hati lagu pop menjadi pengganti murotal. Azam sendiri bingung harus membicarakan apa dengan Salma, karena Salma juga hanya akan menjawab singkat.

Mobil memasuki parkiran khusus dosen, Salma keluar dari mobil Azam setelah mencium tangan suaminya itu. Sudah tidak ada tatapan mencela atau tatapan heran dari dosen dan mahasiswa. Azam ikut menuruni mobil dan berjalan tepat di samping Salma.

Kadang beberapa mahasiswa merasa iri, karena Salma beruntung bisa kuliah bersama dengan suami. Sangat menarik tentunya karena ini masih baru di kalangan mahasiswa.

"Nanti jangan lupa ya" ucap Azam lalu menepuk pundak Salma. Diikuti tangan Azam mengelus pucuk kepala Salma.

Padahal hanya untuk mengingatkan nanti untuk pergi menjenguk mbok Marni tapi modus Azam pada istri sendiri. Salma memegangi pucuk kepalanya, rasanya ada sengatan listrik yang sepersekian detik masih belum hilang dari sentuhan Azam tadi.

Khitbahmu Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang