1

101K 5.1K 40
                                    


Jika Allah saja berkehendak kenapa hambanya menolak

***

LANTUNAN ayat suci Al-Quran terdengar dari kamar pojok, itu kamar milik Salma Adinda Humaira, gadis cantik itu sedang membaca kalam Allah, waktu masih cukup fajar. Selesai sholat tahajud Salma sering tak bisa tidur, terkadang selain mengerjakan tugas, membaca ya salah satunya mengaji, selain mengaji sebagai kesibukan di kala pagi, ia juga memiliki cita-cita menjadi hafidzoh. Meski kadang baginya cita-cita itu teralu tinggi.

Ia membuka ponselnya, tak ada kabar apapun disana. Setiap pagi ia mengecek ponselnya, mengharapkan kabar dari orang yang sudah lama tak mengirim pesan apalagi panggilan telepon.

Orang yang sudah mengkhitbahnya sejak tiga bulan lalu terasa seperti di telan bumi. Tiga bulan, cukup lama jika setiap hari ia menantikanya selain itu mereka juga terhubung dalam suatu ikatan yaitu khitbah.

Tetapi lelaki itu belum muncul apalagi berbicara tentang pernikahanya, keluarganya si lelaki saja bungkam dan memilih tak memperdulikan Salma yang sering bolak balik kampus ke rumah keluarga lelaki itu.

Suara adzan yang berkumandang memecah lamunan Salma, setelah menjawab adzan kemudian Salma berdiri menunaikan sholat subuh. Setelahnya semua doa hampir sepenuhnya meminta Allah untuk mengembalikkan Yudistira, calon suaminya yang tak kunjung kembali.

"Salma, sholat subuh nak" pinta wanita paruh baya dengan mengetuk pelan daun pintu warna putih, pintu kamar Salma.

Salma membuka pintu kamar, ia mendapati uminya dengan mukena lajuran warna putih
"iya mi"

Umi Adawiyah, umi Salma tersenyum kemudian menuju ke kamar samping Salma, kamar Maryam adik Salma. Setelah bermunajat pada Allah Salma turun menuju lantai bawah, suara ketikan keyboard menguasai isi ruang tamu, itu pasti abinya.

"Abi masih kerja?"

"Eh Salma, iya nak, sini nak bantuin abi ngetik ini sebentar"

Salma mengangguk arti setuju, kehidupan keluarga Salma memang lumrah seperti keluarga lainya tak ada yang perlu di teriakan pada orang lain tentang keluargnya, umi yang baik, abi yang menyayangi anaknya dan adiknya yang bisa di ajak bertengkar dan bertukar cerita.

Tapi itu tak menjamin hidup Salma merasa senang karena Yudistira yang mengaku siap menikahinya dalam tenggang waktu satu bulan tak kunjung memperlihatkan batang hidungnya, bahkan rasanya seperti semua mimpi indahnya berakhir tak menyenangkan.

***

Salma menarik tas hitam bertulis namanya di pojok kanan bawah, ah itu hadiah dari Yudistira. Di lihatnya pemilik kamar sampingnya sedang menggunakan liptint dan siap pergi ke sekolah.

"Adek, sekolah kok pake make up sih, umii adek pake make up sekolah nih" teriak Salma mengadukan adiknya pada uminya sekaligus menegur Maryam yang tampak segera menyimpan liptint nya.

"Maryam,,, gak boleh pake make up loh" umi Adawiyah mengimbuhi dari lantai bawah.

"Kak, aku cuma make liptint" rengek Maryam, ia melipat wajahnya.

"Emang yang ketahuan cuma liptint coba kalo tadi yang kakak liat bedak, jadi cuma bedak kan" sahut Salma.

Maryam menyinyir tanpa bersuara kemudian mengikuti langkah Salma menuju mobil tempat abi Ali, abi Salma dan Maryam itu menunggu didalam mobil, siap mengantar kedua anak perempuanya itu.

"Ayok cepet" pinta abi Ali agar kedua putrinya bergegas.

"Iya bi" jawab Maryam.

Setelah bergantian mencium tangan uminya, mereka masuk naik ke dalam mobil. Suasana hening, yang ada hanya murotal yang belum lama di hidupkan abi Ali dari radio dan suara mesin mobil.

Khitbahmu Calon ImamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang