-Ini semua untuknya, bukan untukmu-***
Hari H pernikahan Salma dan Azam tinggal seminggu lagi. Mereka harus mengambil cuti untuk mempersiapkan pernikahan mereka. Sebenarnya yang perlu di persiapkan hanya jas milik Azam karena sisanya sudah sempat Salma dan Yudis persiapkan.
Dering ponsel Salma dan Azam tak kunjung reda. Isi chat Salma dan Azam sama saja, dari anak SMA mereka, dosen kampus, guru SMA semua mempertanyakan pernikahan mereka. Hanya beberapa yang memberi pesan ucapan selamat. Lainya? menganggap Azam sebagai pelarian keluarga Salma.
Salma menjatuhkan tubunya di atas kursi butik, menunggu calon suaminya memakai jas di ruang ganti. Tanganya mengetik beberapa pesan, membalas pesan yang memang memberi selamat. Ia merasa tak perlu merespon pertanyaan dari orang yang mempertanyakan pernikahanya dan Azam.
"Mbak, calon suaminya udah siap"
Gadis dengan hijab merah marun itu mendongakkan kepalanya kemudian mengulum senyum pada pegawai butik. Ia ikut berjalan menuju ke depan ruang ganti.
Azam tampak berbeda dengan setelan jas warna merah marun dan kemeja putih di dalam di tambah peci merah juga. Sangat berbeda, biasanya ia hanya melihat Azam dengan kemeja pastelnya dan celana kantor warna hitam.
"Gimana mbak?"
"Terserah mas Azam, gimana? nyaman gak?" sahut Salma. Meskipun hari ini ia memandang Azam berbeda, itu tak membuat Salma menyalahkan Azam.
"Saya butuh jawaban kamu"
Salma memutar bola matanya, malas. "ya udah itu aja senada sama gaun aku"
"Ini mbak" Salma menunjuk jas dengan ponsel di tanganya.
Si pegawai mengangguk dan menunggu Azam mengganti pakaianya lalu mengambilnya untuk di daftarkan.
Salma masih menscroll chat di ponselnya, tanpa menyadari adanya Azam yang melirik isi chat ponselnya.
"Mau kemana lagi?" tanya Azam pada Salma. Ia harus punya banyak cara untuk membuat Salma menerimanya, tidak mencintainya tak apa. Asal menerima saja Azam rasa sudah cukup.
"Pulang" sahutnya singkat. Ia malas berlama-lama dengan orang yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.
"Abi kamu gak ngebolehin pulang habis ini, gimana kalo ke rumah kita" bohong Azam. Pertama kali ia berbohing pada Salma.
Jemari Salma berhenti bersentuhan dengan ponsel "maksutnya?" ia sedikit kaget dengan ucapan Azam barusan. Biasanya abi Ali akan meminta Salma untuk pulang lebih awal, tapi ini?
"Calon rumah kita" terang Azam.
"Mas udah punya rumah?" tanya Salma. Mengalihkan fikiranya.
Azam mengangguk pelan "tenang di sana ada mbok sama satpam, jadi gak akan mengundang fitnah"
"Terserah mas aja" jawab Salma. Ia enggan membalas pernyataan Azam.
Azam membingkai senyum di bibirnya. Sebenarnya Abi Salma tak pernah melarang Salma untuk pulang. Azam terpaksa melakukan ini, ia harus punya seribu cara untuk membuat Salma membuka diri untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Khitbahmu Calon Imamku
ChickLit(COMPLETED) Salma Gadis keturunan Jawa yang di tinggal oleh tunanganya di H-3 bulan menikah menjadi perbincangan banyak orang. Bahkan hingga H- satu minggu tak ada tanda-tanda Yudhistira calon suaminya datang, setidaknya untuk memutus khitbahnya. H...