23. CONVERSATION

9.1K 824 8
                                    

Kaki jenjang berbalut celana kain berwarna hitam itu berjalan menghampiri kamar tempat wanitanya terlelap. Tangan kekar itu terulur guna meraih kenop pintu dan mendorongnya secara perlahan. Hal pertama yang dilihatnya adalah, punggung mungil Sora dengan balutan selimut tebal berwarna hitam. Jungkook berjalan mendekat dan turut berbaring disamping Sora. Merengkuh tubuh mungil itu kedalam pelukannya dan mengusap surai kecoklatan itu perlahan dengan penuh damba.

"Maafkan aku." Hanya kata itu yang mampu terucap dari belah bibir Jungkook.

Sora nampak menggerakkan tangannya. Melilit pinggang Jungkook dengan erat. Kepalanya disandarkan pada dada bidang kekasihnya itu. Berharap sosok dalam dekapannya ini adalah satu-satunya kekuatan atas kerapuhannya.

Jungkook nampak terkejut kala kemeja putihnya itu perlahan basah. Sora menangis dalam pelukannya. Tangisan tanpa suara adalah curahan dari rasa sakit yang sudah tak bisa dibendung.

Jungkook mendorong lembut kepala Sora. Memindai wajah cantik kekasihnya yang telah berurai air mata. Mata sayu itu membuat Jungkook terluka. Air matanya membuat hati Jungkook tersayat.

Perlahan, ibu jari itu mengusap lelehan liquid yang membasahi pipi merona Sora. Dan setelahnya, mengecup mata bulat Sora yang sudah basah karena tangisannya. Reflek, Sora pun menutup matanya. Merasakan ranum itu mendarat lembut tepat di kelopak matanya. Telapak tangannya yang besar mengusap di pipi kanan Sora dengan penuh afeksi.

"Aku tak bisa berjanji untuk tak membuatmu memendam rasa sakit karenaku. Hanya untuk saat ini. Tetapi, aku ingin kau bersabar. Kumohon, percayalah padaku. Setelah semua usai, aku akan menjadikanmu satu-satunya. Menebus semua rasa sakitmu dengan kebahagian utuh. Hanya ada kau dan aku. Aku mencintaimu. Kuharap kau bisa mengerti."

Sora mengangguk dengan sirat pedih pada kedua sudut bibir yang tertarik keatas. Sungguh, Sora benci terlihat lemah seperti ini. Sora benci menitikkan air mata karena rasa cinta. Jika dia tahu mencintai Jungkook akan sesakit ini, dia lebih memilih untuk tak bertemu dengan lelaki dihadapannya ini.

Sora juga ikut mendaratkan telapak tangan kecilnya itu ke pipi Jungkook. Mengusap lembut dengan ibu jarinya, lantas mengecup bibir Jungkook beberapa saat sebelum berucap lirih.

"Aku percaya padamu, sayang."

***

Seokjin benar-benar tidak tahu situasi apa yang tengah terjadi diantara adik-adiknya ini. Selama dia di Venice karena urusan pekerjaan, dia hanya tahu kabar bahwa Jungkook nekat membunuh CEO dari Fogue Departemen Store dan berujung dia membantu Jimin membereskan semuanya. Seokjin tak tahu alasan jelasnya, hingga kabar lain sampai pada telinganya—tentang pernikahan Jungkook dan Jihye. Terkejut? Sangat! Bahkan Seokjin hafal bagaimana adiknya itu menolak mentah-mentah ketika sang ayah menyuruhnya menikahi Jihye guna merebut saham keluarga Shin untuk semakin melebarkan sayapnya pada ranah bisnis yang menjanjikan. Dan sekarang? Adiknya itu telah resmi menjadi suami dari Shin Jihye.

Dan hal lain yang membuatnya cukup merasa diabaikan sebagai seorang kakak adalah, tentang hubungan Jungkook dan Sora. Selama ini, Jungkook tak pernah memberi tahu Seokjin tentang kekasihnya itu. Sama sekali. Maka, ketika Jimin menjelaskan siapa itu Sora dan bagaimana Jungkook terhadap Sora, agaknya Seokjin mulai paham tentang asmara kedua insan itu. Seokjin hafal Jungkook. Jungkook itu tidak akan main-main dengan wanita, saat dia telah nekat membunuh seseorang demi melindungi wanita itu. Dulu, Jihye juga pernah berada di posisi Sora. Dulu, Jihye adalah gadis yang di prioritaskan Jungkook sama seperti Sora. Tetapi itu dulu, sebelum Jihye menghancurkan kepercayaan Jungkook hingga dirinya menjadi orang yang dibenci Jungkook nomor dua setelah ayahnya.

Kini ketiganya telah duduk ditepi kolam dengan sekaleng cola dalam genggaman masing-masing. Hening, tak ada satupun yang berbicara. Hingga Seokjin memecah suasana sunyi itu dengan sebuah pertanyaan yang membuat keduanya memberikan atensi penuh pada pria dengan kacamata yang tersemat di pangkal hidungnya.

"Apa kalian berpikiran sama sepertiku?" Tanya Seokjin tanpa memandang Jimin pun juga Taehyung.

"Kurasa, aku dan Taehyung juga memikirkan hal yang sama sepertimu, hyung," balas Jimin.

"Jihye tahu tentang rencana kalian dan—"

"Dan Jihye membuat kesepakatan dengan mengikat Jungkook serta iming-iming saham tambang berlian keluarga Shin yang tengah diincar Jungkook untuk menekan ayahnya," sahut Taehyung kelewat enteng.

Jimin memetikkan jari tengah dan ibu jarinya hingga menimbulkan bunyi decak sebelum menyahut pernyataan Taehyung.

"Dan itu terbukti ketika Jungkook diam saja tak mengejar Sora saat dia tahu bahwa Sora melihat apa yang tengah dilakukannya dengan Jihye di kamar mandi tadi. Jungkook jelas paham jika Sora sangat terluka. Padahal, Jungkook itu sangat tergila-gila pada Sora. Hampir setiap bertemu denganku dia selalu mencurahkan bagaimana kecintaannya pada Sora. Bahkan bocah tengil itu nekat membunuh Yoon Gyeom hanya karena kelainan sex si CEO itu yang dilampiaskan pada Sora. Dan hyung juga melihat sudut bibir Taehyung itu adalah bukti bahwa bocah tengil itu tidak main-main dengan Sora."

"Benar. Kurasa otak kalian cukup tanggap dalam mencerna keadaan. Pantas saja Namjoon selalu mempercayakan tugas besar kepada kalian berdua. Kalau bicara soal adu kekuatan dan ketangkasan, jangan ditanya. Kelinci berotot itu selalu di nomor satukan oleh Namjoon," kekeh Seokjin yang kemudian menggundang tawa bagi ketiganya.

Ada jeda beberapa saat karena ketiganya tengah sibuk meneguk minuman berkarbonasi itu guna menyegarkan kerongkongannya, sebelum Seokjin berucap lagi.

"Jim, Tae. Besok, pastikan kalian mengajak Jungkook menemuiku di wine cellar. Pukul sepuluh pagi."



[]

Semoga masih ada yang setia buat vote dan dukung cerita ini ^^




September 16, 2019

NIGHTMARE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang