38. CONVENIENCE

8.7K 721 80
                                    

Jadi setengah part ini akan menceritakan hari dimana setelah Jihye diculik dari rumah sakit. Alurnya mundur(hanya setengah) bacanya pelan-pelan saja. Oke?

Happy Reading💜

Jihye mengerjap lambat kala mendapati sinar matahari yang dengan kuasanya pancari mata Jihye. Pun dengan kepala yang masih sedikit pening, Jihye berusaha duduk, lantas bersandar pada dashboard ranjang tempat dimana ia baringkan diri selama—entah. Jihye tidak tahu pasti berapa lama dia tidur. Yang dirasakan Jihye kini hanyalah—lapar.

"Lebih baik tidur saja selamanya," ujar seseorang yang kini tatap Jihye dingin. Bersandar pada dinding dengan batang nikotin yang tengah diapit jarinya.

Seolah tak gentar, Jihye berusaha bersikap biasa. Melipat tangan di depan dada dengan posisi yang masih sama.

"Lama tidak berjumpa, Min Suga-ssi."

Baiklah, Yoongi memang memperkenalkan dirinya pada Jihye dengan nama Min Suga, dulu. Itu sebabnya, sampai saat ini Jihye selalu panggil Yoongi dengan Suga—Min Suga.

Yoongi yang kini tengah bersandar pada dinding menghadap jendela teralih perhatian. Ia buang puntung rokonya, lantas ia injak hingga tak berbentuk lagi.

"Shin Jihye. Wah.. bagaimana ya aku menjelaskannya? Sebenarnya kau ini apa?"

"Apa kau buta? Aku ini manusia. Apa aku terlihat seperti cerberus?" kekehnya.

"Kurasa itu cocok untukmu. Apa gelar manusia itu cocok untuk orang sepertimu? Kau itu ingin dimanusiakan tapi tidak bisa memanusiakan manusia. Pantas saja kau mengalami kecelakaan setelah kau menabrak pria itu. Itu hukuman untuk iblis sepertimu. Aku cukup bersyukur saat Tuhan mengambil bayimu. Aku hanya kasihan, bagaimana jika dia terlahir nanti dan menyadari betapa busuknya sang ibu," tekan Yoongi dengan nada khas dirinya. Dingin tetapi menusuk.

Jihye hanya tersenyum remeh lantas menyingkap selimut dan menuruni ranjang.

"Jadi kau tahu bahwa aku hendak menghilangkan nyawa seorang keparat? Kau memang pria cerdas, Min Suga-ssi."

Jihye berjalan mendekati Yoongi yang kini tak memedulikan Jihye. Ia lebih memilih membuang pandangannya pada luar jendela. Jika bukan karena permintaan hyung nya, Yoongi tidak akan mau terkurung dalam satu ruangan yang sama dengan Jihye hingga wanita itu tersadar.

"Berikan aku makanan, aku lapar," ujar Jihye.

Yoongi melirik, dan sesaat kemudian pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok yang tidak ingin Jihye temui sementara waktu. Namun, menghindar pun tak bisa Jihye lakukan.

"Bisakah aku berbicara empat mata dengannya? Terima kasih sudah membantu. Sekarang kau bisa pergi. Aku akan menghubunginya sebentar lagi."

"Lagipula aku sudah muak berlama-lama di sini. Auranya sungguh seperti neraka. Aku pergi. Jangan biarkan iblis itu berulah lagi," pinta Yoongi sembari berjalan keluar dan menutup pintu.

Menghela napas sejenak, Jihye kembali duduk di sofa yang ada di dekatnya. Menyilangkan kaki pun juga tangannya.

"Ah, ternyata kau yang menculikku. Lalu, apa hubunganmu dengan si kulit pucat itu? Mengapa dia bisa berada di sini, Cha Hyun Bin-ssi?"

Hyun Bin tak mengindahkan, ia hanya sibuk mengeluarkan makanan dari papper bag cokelat yang dibawanya. Meletakkan berbagai lauk pauk karena Hyun Bin tahu, bahwa Jihye tak sadarkan diri nyaris dua hari lamanya.

"Makanlah."

Hyun Bin kembali beranjak, ia langkahkan tungkainya ke luar kamar—berdiri di tepi balkon di dekat jendela. Ia menghubungi seseorang yang membantu dirinya untuk membawa kabur Jihye dari rumah sakit.

NIGHTMARE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang