Setelah kecelakaan yang menimpa Jihye usai perceraiannya dengan Jungkook, gadis itu dirawat selama dua hari di rumah sakit sebelum akhirnya menghilang—lebih tepatnya, seseorang yang mengaku sebagai kerabat Jihye dari London menawarkan untuk membawa Jihye ke luar negeri serta merawatnya mengingat Jihye tak memiliki siapapun lagi di Negeri Ginseng ini.
Awalnya, Jungkook sedikit curiga, karena seseorang yang mengaku kerabat Jihye itu hanya meninggalkan sebuah pesan pada perawat untuk disampaikan pada Jungkook. Jihye pergi dengan seseorang itu tanpa Jungkook ketahui. Ia hanya menemukan kamar yang kosong dengan seprai yang tersingkap. Akan tetapi, kecurigaan itu lenyap begitu saja kala ia mendapat sebuah pesan dari Seokjin jika memang benar Jihye telah dibawa pergi oleh kakak sepupunya. Setidaknya Jungkook merasa lega. Bagaimanapun, pria itu masih memiliki rasa iba terhadap gadis Shin itu.
Sepulangnya dari rumah sakit, Jungkook menyempatkan untuk mengunjungi Columbarium—tempat dimana abu ibunya bersemayam dengan balutan guci keramik berhias burung merpati. Jungkook membuka almari kaca itu—meletakkan seikat bunga krisan di sisi guci sang ibu lalu mengeluarkan sebuah kotak kaca berukuran kecil.
Jungkook menghadiahkan pada sang ibu sebuah gelang yang sangat cantik. Gelang dengan bandul sepasang merpati. Jungkook memang tak pernah tahu apa yang menjadi kesukaan sang ibu, tetapi mengingat bagaimana banyak barang yang ditinggalkan sang ibu hampir semuanya memiliki hiasan burung merpati, agaknya Jungkook mengerti bahwa sang ibu sangat menyukai burung ini—burung yang konon katanya adalah sebuah lambang ketulusan.
Selang beberapa detik, ia mendengar suara yang sangat ia hafal. Suara yang bohong jika ia tak merindukannya karena nyaris satu minggu ia tak mendengarnya.
Jungkook berjalan mendekati sumber suara tersebut, ia cukup terkejut manakala mendapati Namjoon berada di sana, memeluk Sora yang tengah menangis pilu di hadapan guci abu yang Jungkook tahu bahwa itu adalah guci abu milik ayah Namjoon—Kim Soowon.
Jungkook hendak mendekat, namun langkahnya kembali ia urungkan ketika ia mendengar sederet kalimat yang membuatnya terpaku.
"Oppa, aku butuh ketenangan. Tolong bawa aku pergi kemanapun. Selamatkan aku dari situasi ini. Aku benar-benar lelah dengan semuanya."
Maka sejak saat itu, Jungkook mengetahui bahwa Kim Namjoon adalah kakak tiri dari Park Sora setelah mengulik informasi dari beberapa informan yang telah ia tugasi.
Setidaknya, Sora akan aman bersama Namjoon Hyung.
-
-
-
-
Jungkook menunggu dengan gusar. Dia bersumpah tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika sesuatu yang buruk terjadi pada Sora pun juga nyawa kecil dalam kandungan gadis yang teramat ia cintai itu. Jungkook sangat meyakini jika apa yang tengah tumbuh dalam rahim Sora adalah miliknya—benihnya.
Ia menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangan yang memiliki noda darah yang telah mengering. Ya, Sora mengalami pendarahan ringan saat perjalanan ke rumah sakit.
Sungguh. Rasa penyesalan itu seperti mencambuk jiwanya. Seharusnya saat itu ia langsung menarik Sora dalam pelukannya. Seharusnya saat itu ia tak biarkan Sora pergi begitu saja dengan Namjoon. Tetapi, mengingat keduanya saat itu memang tengah berada pada posisi yang sama-sama kacau, Jungkook mengurungkan niatnya untuk menemui Sora hingga lima bulan lamanya. Mereka sama-sama ingin berdamai dengan keadaan tanpa pernah menyadari bahwa mereka telah membuat kubangan luka pada hati mereka sendiri.
Dan sekarang, saat ia mengetahui bahwa Sora-nya tengah mengandung, dia merasa menjadi laki-laki paling brengsek. Jungkook menarik-narik surainya secara acak dengan emosi yang membalut jiwanya, hingga ia tak menyadari bahwa kini Namjoon tengah berdiri di hadapannya. Namjoon lantas menarik kerah kemeja Jungkook. Matanya menyorot tajam dengan kepalan tangan yang siap ia daratkan pada pipi kanan Jungkook. Akan tetapi, Sohee lebih sigap untuk melerai keduanya. Ia memeluk Namjoon dan meredam emosi pria itu.
"Tenanglah Joonie. Redam emosimu. Ingatlah Sora!"
Perlahan, Namjoon menurunkan kepalan tangannya serta cengkraman pada kerah Jungkook. Pria Jeon itu hanya terdiam sendu. Meluruh di lantai dengan air mata yang mulai berderai dalam diam. Ia tidak akan melawan jika Namjoon memang benar-benar akan memukulinya saat ini juga. Ia merasa pantas mendapatkan semuanya.
Sohee menghela napas lantas membawa Namjoon untuk duduk di kursi tunggu. Gadis itu menepuk-nepuk pundak Namjoon—menenangkan pria itu.
"Kau perlu bicara dengannya," ujar Sohee lirih dengan mata yang menatap Jungkook yang tengah meluruh di lantai. Menyandarkan punggungnya pada dinding.
Pria itu teramat kacau. Namjoon pun menyadari bagaimana kacaunya Jungkook. Ia hanya terbawa emosi jika menyangkut Sora. Namjoon tahu bahwa tidak ada yang bisa disalahkan. Mereka hanya tidak mengerti situasi macam apa yang tengah mengusutkan benang takdir mereka.
Maka dengan menghilangnya punggung Sohee di ujung lorong, Namjoon mendekat ke arah Jungkook. Berjongkok di hadapan pria itu dan menepuk bahunya pelan.
"Maafkan aku."
Jungkook mendongak. Matanya memerah dan sembab. Ia hanya menatap kosong pada Namjoon.
"Hyung, mengapa kau tak bilang padaku bahwa Sora-ku mengandung? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku merasa menjadi pria paling bajingan telah membiarkan dia menanggung semuanya sendiri. Seharusnya aku mendatangi kalian saat itu. Seharusnya aku tidak menjadi pengecut yang membiarkan kalian pergi."
Jungkook menarik tangan Namjoon lantas mengayunkan tangan Namjoon ke arah pipinya.
"Pukul aku, Hyung. Pukul aku sepuasmu. Aku pantas mendapatkannya."
Namjoon dengan sigap menarik tangannya dan mencengkram kedua bahu Jungkook yang telah ia anggap sebagai adik kandungnya itu
"Tidak! Tidak begitu, Jungkook! Aku tidak menyalahkan siapapun. Aku paham situasi kalian. Hanya tolong, perbaiki hubungan kalian. Sora membutuhkanmu."
Pintu ruang UGD terbuka. Membuat Jungkook dan Namjoon bergegas berdiri menghampiri sang dokter.
"Bagaimana keadaan Sora-ku dan bayinya, Dok?" Tanya Jungkook buru-buru.
"Nona Sora baik-baik saja, bayinya juga baik-baik saja. Untung saja, anda cepat membawanya ke rumah sakit tepat waktu. Sekarang dia sudah sadar. Kalian bisa menjenguknya. Hanya saja keadaannya masih sangat lemah. Suami dari Nona Sora..." Sang dokter melirik Namjoon dan kemudian beralih menatap Jungkook.
"Saya, Dok," tukas Jungkook.
"Bisa tolong ikut ke ruangan saya sebentar? Saya perlu menyampaikan beberapa hal."
"Hyung, temui Sora. Aku akan segera kembali."
Namjoon mengangguk dan bergegas ke ruangan Sora.
Tanpa pernah mereka sadari bahwa ada sepasang mata yang tengah menguntit mereka dari kejauhan. Sudut bibirnya terangkat hingga terulas sebuah seringai yang begitu licik.
"Menarik," monolognya sebelum berbalik dan pergi dari tempatnya berdiri. Mengeluarkan ponsel pintar dari saku mantelnya lantas menghubungi seseorang.
"Do your job, babby."
[]
Aku mau menyapaaa seluruh pembacaku yang menunggu cerita ini update!!!!
Kalian apa kabar? Baik semuaaaa kann?Makasih udah nunggu cerita ini!
Aku up satu chapter ini buat hadiah karena kalian udah support cerita ini.
Jangan lupa comment dan vote!Btw, hari ini ulang tahun Taehyung aku mau up satu cerita baru tentang Taehyung. Ditunggu ajaaa pokoknyaa ya jangan lupa ramaikan!
Lysm💜
December, 30 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTMARE ✔️
FanfictionJeon Jungkook. Pria tampan anak konglomerat yang jatuh cinta pada sosok Park Sora. Gadis asal Busan yang bekerja sebagai gadis sewaan di club elite kota Seoul di kawasan Gangnam. Park Sora tidak menginginkan pekerjaan itu tetapi keadaan yang menunt...