Aku senang sekali karena vote nya bisa melampaui 😌
Next chapter coba 10 vote lagi ahhhhhh 🌝Baiklah. Sesuai janji aku up nih 👌🏻
Selamat membaca 💜•
•
•
•Mengetahui bahwa Jungkook tak pulang semalam membuat Jihye gusar lantaran dia nyaris tidak tidur hanya demi menunggu kepulangan sang suami. Mentari masih enggan untuk menampakkan sinarnya, tetapi Jihye sudah mengguyur tubuhnya dengan air hangat dibawah shower setelah rasa mual itu kembali menghampirinya tiba-tiba.
Jihye keluar dengan balutan bathrobe dan gelungan handuk pada rambutnya yang basah. Duduk didepan cermin rias sembari mengeringkan rambutnya menggunakan hairdryer.
Pesan itu ia dapat tiga puluh menit yang lalu. Sinting. Pikir Jihye. Jarum jam belum sepenuhnya menunjuk di angka enam dan pria itu memaksa untuk bertemu Jihye, bahkan mengancam akan datang ke rumah Jungkook yang sekarang juga menjadi rumahnya. Jihye tak boleh membiarkan Jungkook tahu tentang pria ini. Tidak boleh.
Maka dengan gerakan jari yang lincah, Jihye segera menekan tombol dial di layar pintarnya dan langsung diangkat.
"Kau gila? Ini masih pagi. Jangan membuatku naik pitam!" cecarnya.
"Tidak jadi sekarang. Temui aku di Cafe Runaway pukul 10."
Panggilan itu langsung diputus satu pihak hingga membuat Jihye melempar ponselnya ke lantai yang terlapisi karpet berbulu tebal.
Tampak Jihye sedang menyesap segelas orange juice ditemani sepiring pancake berbalut selai madu, untuk pengganti sarapannya yang tadi sempat kembali dia muntahkan.
Pintu itu terbuka dan otomatis menyentuh lonceng penanda adanya pelanggan masuk. Presensi pria yang telah ditunggu Jihye itu tampak berjalan dengan angkuhnya mendekati Jihye lantas duduk dihadapan Jihye berbatas sebuah meja.
Jihye mengacuhkannya dan sibuk memotong pancake yang sangat disukainya beberapa hari ini.
"Dia datang ke pernikahanku," ucap Jihye tanpa melihat si pria.
"Aku tahu."
Jihye langsung meletakkan pisau kecil serta garpu yang berada di tangannya. Matanya menyorot tajam pada pria itu.
"Darimana kau—"
"Aku ada disana."
Jihye lansung mennggebrak meja, tetapi pria itu masih tetap duduk dengan santai, seperti tak ada beban sama sekali.
"Sudah kukatakan, jangan datang! Bagaimana kalau Jungkook dan kakak-kakaknya tahu tentang kita?"
"Aku tidak bodoh, Hye! Aku memiliki caraku sendiri dan bahkan kau saja tak mengenaliku ketika aku menjabat tanganmu."
"Jangan bilang kau—"
"Ya itu aku. Menarik bukan? Make up itu merubah wajahku hingga aku sendiri tak bisa mengenali jika itu adalah diriku."
Jihye mendengus kasar dan kembali fokus pada pancake nya. Pria itu mengudarakan tangannya sebagai tanda para pegawai cafe untuk menerima pesanan di meja nya. Tepat setelah pegawai itu pergi, pria itu membuka suara dan membuat Jihye kembali menghentikan kegiatannya.
"Seseorang menculiknya tepat sebelum aku berhasil membawanya."
"Gila! Sudah kukatakan jangan bertindak bodoh! Sudah kukatakan bahwa Jungkook dan kak—"
"Bagaimana kabarmu dan calon anak—"
"Berhenti memotong ucapanku! Kau berniat menculik Sora? Kau gila?"
"Ya. Katakan aku gila. Dan itu semua karena kau!"
Jihye telak terdiam dan hanya bisa membuang napas jengah. Pria itu bangkit dan kembali memakai topi serta maskernya.
"Karena aku sudah melihatmu, aku pamit. Makanlah semua yang sudah kupesan tadi. Anakku harus tetap sehat didalam sana."
***
Sora menggeliat kecil ketika matanya perlahan terbuka dan merasakan pening di kepalanya. Dia terbangun di sebuah kamar yang cukup besar dan—mewah. Sora bangun sembari memegangi kepalanya dan mendapati seorang pria muda tengah duduk di sofa menatapnya.
"Sudah bangun, nona?" tanya pria itu sambil berjalan mendekati Sora.
"Kau siapa? Mau apa kau?"
Pria itu tetap berjalan mendekati Sora yang terlihat sedikit ketakutan. Meraih selimut dan meremasnya.
"Tenanglah. Aku hanya ingin bernegosiasai denganmu," ucapnya sambil meraih laci di sisi ranjangnya dan mengeluarkan sebuah amplop berwarna cokelat.
Pria itu duduk di bibir ranjang dengan map cokelat yang ada di tangan kanannya. Membuka pengaitnya, lalu mengeluarkan sebuah foto berukuran sedang dan diberikan pada Sora.
Sora mengerjap kala melihat foto yang diberikan oleh pria itu.
"Dia ayahmu, 'kan?"
Sora masih terdiam dan meremas selimutnya. Tubuhnya bergetar dan rahangnya mengeras. Melihat Sora yang tampak geram, pria itu tersenyum dengan kembali memasukkan map cokelat itu ke dalam laci.
"Rentenir itu sudah tak pernah mengubungimu?"
Benar. Sora sempat heran karena sudah beberapa hari terakhir ini dia sama sekali tak mendapati telepon atau pesan dari para rentenir yang menagih hutang ayahnya. Ternyata, ada orang baik yang sudah membantu ayahnya membayar semua hutang.
"Aku Jung Hoseok. Aku yang membantu ayahmu melunasi semua hutangnya."
Sora tertegun dan membelalakkan matanya. Dengan cepat, gadis itu meraih tangan Hoseok dan menggenggamnya dengan kedua tangannya yang kecil.
"Terimakasih banyak, Tuan Jung. Sungguh, kau benar-benar pria yang baik. Aku akan mencicil sedikit demi sedikit untuk menggantinya. Tetapi, bisakah aku bertemu ayahku?"
Hoseok tertawa lalu menarik perlahan tangannya yang digenggam oleh Sora. Hoseok bangkit dari ranjang. Memasukkan kedua tangannya didalam saku celana.
"Nona Sora, aku perlu meralat ucapanmu. Aku bukanlah pria yang baik. Aku memang menolong ayahmu tetapi aku juga memiliki perjanjian dengannya. Aku membayar hutangnya, dan dia bersedia menjadi anak buahku tanpa bayaran sepeserpun. Dan asal kau tahu. Keparat itu membawa kabur sejumlah uangku. Anak buahku sedang berusaha mencarinya. Well, aku membawamu kemari karena aku ingin bernegosiasai denganmu. Jika kau berani menolak ataupun mengadu pada kekasihmu, maka ayahmu dan gadis bernama Kang Sohee, serta neneknya yang penyakitan itu kupastikan akan lenyap dari dunia ini."
Pria itu mendekat dan menumpu ranjang dengan satu tangan serta lututnya, sedangkan tangan satunya mengusap surai Sora.
"Jadilah jalangku, gadis manis."
[]
Gimana? Sudah emosi belum? Haha
Penasaran gak sama yang lagi ngomong sama Jihye itu?Terimakasih sudah mampir dan bersedia vote untuk chapter ini. See you 💜
September 21, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
NIGHTMARE ✔️
FanfictionJeon Jungkook. Pria tampan anak konglomerat yang jatuh cinta pada sosok Park Sora. Gadis asal Busan yang bekerja sebagai gadis sewaan di club elite kota Seoul di kawasan Gangnam. Park Sora tidak menginginkan pekerjaan itu tetapi keadaan yang menunt...