33. THE TRUTH

6.8K 693 15
                                    

Sora benar-benar mengobrak-abrik rumahnya setelah tiba. Tak memedulikan jam yang menunjuk pada angka empat pagi. Bahkan, dia pun tahu, bahwa Taehyung sedari tadi sudah menguap sembari ikut membantu apa yang tengah dicarinya.

"Taehyung kau sebaiknya tidur di kamarku. Aku akan mencarinya sendiri. Lagipula kau pasti lelah karena menyetir berjam-jam."

"Tidak. Aku akan membantumu." Taehyung hendak meraih kotak cokelat di rak atas, tetapi lebih dulu di cegah oleh Sora.

Sora menggeleng sambil memegangi tangan Taehyung. "Tidak. Kau harus tidur sekarang."

Taehyung pada akhirnya hanya menuruti Sora, karena dia juga benar-benar merasa lelah dan matanya sudah panas ingin segera memejam dan berbaring.

"Baiklah aku tidur di kursi sana saja. Bangunkan aku jika kau butuh bantuan."

Sora mengangguk dan setelahnya membiarkan Taehyung terpejam di kursi kayu yang ada di sudut ruang tamu rumah kecilnya.

Taehyung menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Sora.

"Ehh, bolehkah aku meminjam guling atau bantal? A-aku tidak bisa tidur jika tidak memeluk sesuatu," ucapnya dengan malu sembari menggaruk tengkuknya yang padahal tidak gatal.

Sora terkekeh dengan hal itu, lantas mendorong tubuh Taehyung untuk masuk dan tidur di kamarnya.

"Sudah kubilang tidur saja di kamarku tidak apa-apa. Sudah cepat sana," celetuknya dengan mendorong pelan tubuh Taehyung untuk masuk ke kamarnya.

Tepat setelah Taehyung benar-benar pulas, Sora menemukan apa yang ia cari. Dia mengambil kotak yang sudah usang dengan banyak debu di atasnya.

Selain kaset berisi rekaman itu, dia juga menemukan sebuah kertas berwarna kecoklatan karena terlalu lama di simpan dalam box kayu kecil.

Untuk Puteriku, Park Sora.

Nak, ini ibumu.
Aku sengaja menulis ini untukmu. Jika kelak kau menemukannya. Tolong baca baik-baik.

Berikan rekaman ini pada keluarga dari perempuan yang dilukai Park Jinho. Aku menuliskan alamatnya di balik kaset itu. Park Jinho sudah mencelakai wanita itu dan membuatnya kehilangan nyawa. Bahkan saat itu, dia juga tengah mengandung sama seperti aku mengandungmu.

Aku benar-benar menyesal karena telah menyembunyikannya selama ini . Aku hanya tidak ingin kau lahir tanpa seorang ayah. Selama ini ibu tak pernah menikah dengan Park Jinho. Aku hanya memanfaatkan Jinho untuk berpura-pura menjadi ayahmu selama ini. Ibu menyimpan rekaman ini dan bersembunyi di sini supaya Jinho tak di tahan polisi. Ibu hanya memikirkanmu saat itu.

Akan tetapi, kumohon jangan pernah membencinya. Ibu menyayangi Jinho karena dia adalah teman masa kecil ibu.

Jika kau ingin tahu siapa ayah kandungmu, carilah dompet usang yang ibu sembunyikan di balik almari. Ada alamat yang tertera di kertas yang terselip di sana. Ibu khawatir jika ayahmu masih mencari ibu sejauh ini. Katakan padanya dan berikan cincin yang aku simpan bersama dengan kertas itu.

Aku bersyukur karena kau sudah hadir dalam hidup Ibu. Kau adalah kekuatan bagi Ibu. Maafkan ibu karena ketika kau membaca surat ini, mungkin ibu sudah pergi jauh dan tak lagi bisa menemuimu. Aku benar-benar menyayangimu, Puteriku, Malaikatku. Hiduplah dengan baik dan berbahagialah. Ibu percaya bahwa kau adalah wanita kuat seperti ibu.

Ibu sangat menyayangimu.

14 Februari 1998
Song Hwa In

Sora menangis di sudut ruangan itu. Mengisak tanpa suara karena takut membangunkan Taehyung. Dia hanya bisa menangis dan meringkuk sembari memeluk surat itu. Hingga dia terlelap dengan air mata yang masih tersisa di bulu mata lentiknya.

-
-
-
-

Taehyung terbangun karena suara gelas pecah di dapur lantas melihat Sora yang langsung berlari menuju ke kamar mandi. Taehyung langsung bangkit dan menggedor pintu kamar mandi.

"Kau kenapa, Ra? Kau baik-baik saja?"

Tidak ada suara apapun selain keran air yang menyiram sesuatu di dalam.

"Ra. Buka pintunya. Kumohon."

Sora memutar gagang pintu itu dan menemukan Taehyung yang langsung menangkup kedua pipinya.

"Kau baik-baik saja?" Sora mengangguk dan saat itu juga Taehyung memeluknya.

"Sykurlah. Aku khawatir padamu."

"Taehyung aku menemukannya."

Pria Kim itu lantas merenggangkan pelukannya dan mengikuti Sora yang berjalan menuju kamarnya.

Memasukkan kaset itu ke dalam pemutar kaset yang terhubung ke televisi kecil di kamarnya. Lantas memutarnya dan Taehyung serta dirinya melihat apa yang ada di dalamnya.

Taehyung tercekat dengan apa yang dilihatnya. Rekaman yang berlangsung selama tujuh menit itu sukses membuat hati Sora berdenyut nyeri. Tangannya terulur dan menekan tombol off pada remot yang ada di depannya.

"Dia ayahku. Yang membunuh ibu Jungkook adalah ayahku. Dan ibuku menyembunyikannya selama ini."

Taehyung merengkuh Sora yang mengisak. Menepuk punggung gadis itu dengan lembut, berusaha memberikan afeksi ketenangan untuk Sora.

"Sstt.. Tenanglah, jangan menangis."

"Taehyung bolehkah aku meminta bantuanmu?"

"Apapun, Ra."

Sora beranjak. Berdiri menatap halaman rumahnya bermandikan cahaya matahari pagi—membelakangi Taehyung yang masih terduduk di ranjang Sora.

"Aku akan memberikan sendiri rekaman itu pada Jungkook." Sora menghela napas lantas berbalik menatap Taehyung dengan wajah sayu.

"Dan setelah itu. Aku akan pergi. Jangan pernah mencari tahu lagi tentang keberadaanku."

"Kau akan kemana, Ra? Tidak! Aku tidak akan membiarkan kau pergi kemanapun!"

Taehyung beranjak dan pergi dari kamar Sora. "Taehyung tunggu!"

Sora mengikuti Taehyung yang nampak gusar. Berjalan masuk ke dalam mobilnya yang terparkir di halaman rumah Sora.

Sora duduk di samping kursi kemudi dimana Taehyung berdiam diri.

"Taehyung. Aku harus melakukannya. Aku tidak ingin semuanya jadi rumit. Aku tahu Jungkook pasti akan membenciku setelah dia melihat rekaman tadi. Maka dari itu, meskipun aku pergi, dia pasti tak akan mencariku."

Taehyung masih terdiam di tempatnya, hingga Sora menyentuh tangan Taehyung.

"Dengarkan aku. Kau pun juga Jungkook pernah baik-baik saja tanpa kehadiranku. Jadi, ketika aku pergi, tolong. Tolong kembalilah seperti sebelum kalian mengenalku."

Menghela napas, Taehyung lantas menoleh dan menatap Sora.

"Tapi, bagaimana jika setelah Jungkook tahu itu dan ternyata dia tidak membencimu?"

Sora menggeleng dan menatap lekat hazel itu. Berucap yakin dengan keputusannya.

"Aku tahu seperti apa Jungkook. Dia bisa membenci siapapun yang menyakitinya, sekalipun itu orang yang dia cintai. Aku tahu bahwa Jihye dulu pernah dicintai Jungkook sebelum dia teramat membencinya. Dan juga..." Sora menjeda ucapannya, menghirup udara di sekitarnya karena mendadak dia merasa sesak. "Jihye tengah mengandung anak Jungkook."


[]

Come back again. Maaf karena kemarin belum bisa up padahal vote sudah tembus. Tunggu nanti malam aku akan up lagi chapter selanjutnya, doakan aja selesai sore ini dan nanti malam bisa di up 😊

12 vote jangan lupa 💜

October 18, 2019

NIGHTMARE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang