44. HEALING

7.7K 647 20
                                    

Play MV jusseyo :)




Mungkin terkadang, perkataan kebanyakan orang ada benarnya. Namun, sering kali mereka tidak melihatnya sendiri—bahkan mengalami sendiri. Kebenaran dan semua perubahan yang terjadi.

Menerka-nerka—menganggap bahwa apa yang telah retak tak akan bisa diperbaiki kembali seperti semula. Ada benarnya memang. Semua yang telah retak pasti tak akan kembali utuh seperti sedia kala. Namun, masih bisa diperbaiki, dirancang dan ditata, hingga menyerupai awal mula, meskipun tidak sesempurna aslinya. Apa yang telah membekas dengan sebuah keburukan, pasti semua kebaikan yang telah di torehkan akan seketika sirna. Seribu kebaikan akan lenyap saat satu kesalahan itu timbul. Benar, bukan?

Hanya saja, bukan berarti si pendosa tak berhak memiliki sisi baik setelah semua yang telah dilakukan. Bukan berarti si pendosa akan selamanya menjadi orang buruk selama mereka mau memperbaiki diri dan juga memperbaiki apa yang telah ia rusak. Termasuk kepercayaan sekalipun.

Jimin adalah pria yang pernah berada di posisi itu di saat usianya masih belasan tahun. Ia melihat dirinya dalam diri Jihye saat ini. Memang semua tindakan yang Jihye lakukan telah melewati batas wajarnya hingga menghilangkan nyawa yang tak berdosa. Apa yang membuat Jungkook berubah pikiran; karena ia melihat Jimin. Pria itu pernah berada di posisi Jihye. Jungkook melihat tatapan Jimin saat Jihye tengah menjalani pengobatan mental pada sebuah pusat rehabilitasi.

Tatapan yang menyimpan banyak luka terselip di sana. Jungkook melihat Jimin yang tengah menatap Jihye dari balik ruangan berbatas kaca, dimana Jihye meronta dan memberontak ingin menyakiti dirinya sendiri setelah tahu bahwa apa yang dilakukannya tak pernah membuat bahagia atas dirinya sendiri, pun juga menyakiti banyak orang. Yang ada dipikiran Jihye di saat-saat seperti ini hanyalah bagaimana menyakiti dirinya sendiri karena perbuatan buruknya. Menghukum diri sendiri dengan menyakiti diri sendiri.

Jungkook melihat sendiri tangan Jimin yang bergetar saat menyaksikan Jihye dengan kondisi mental yang tidak baik. Maka Jungkook ada di sana, berdiri di sisi Jimin dan memegang salah satu bahu pria itu. Menimbang-nimbang, jika langkah yang akan ia ambil setelah berpikir panjang selama beberapa hari terakhir adalah keputusan yang tepat.

"Hyung, katakan padaku, bahwa apa yang akan aku lakukan kali ini tak akan mengecewakan siapapun. Keputusan yang akan aku ambil, tidak akan sia-sia, 'kan?"

Jimin menoleh, menatap Jungkook yang berdiri di sisinya. Menerka-nerka apa maksud kalimat yang Jungkook lontarkan. Jimin paham bahwa Jungkook membaca raut wajahnya yang begitu kentara. Karena pria yang tengah berdiri di sisinya ini adalah orang yang juga tahu bagaimana perjuangan hidup Jimin melalui masa-masa kelamnya dulu saat mereka bertemu dalam jaringan mafia itu saat usia mereka masih sangat muda.

Jimin kembali memandang lurus ke arah Jihye berbatas kaca. Menghela napas dalam sebelum menjawab bahkan bertanya pada Jungkook.

"Terlihat jelas, ya?"

"Jimin Hyung.."

"Jungkook.. apakah dulu aku juga terlihat semenyedihkan itu?"

"Hyung!"

"Apa? Apa? Berisik sekali, Jeon. Katakan, apa maksudmu tentang keputusan yang kau lontarkan satu menit lebih tiga detik yang lalu? Keputusan apa?"

Jungkook menghela napas sambil menengadah. Menyelipkan kedua tangan di saku jaket yang pria itu kenakan.

"Keputusan untuk tidak memenjarakan Jihye. Aku akan mencabut semua tuntutan itu. Karena.. yang dibutuhkan Jihye saat ini bukanlah jeruji besi melainkan teman yang akan membawanya dalam kesembuhan. Dan aku, akan membagi waktu untuk Jihye dan Sora. Aku akan membantu Jihye dalam menjalani terapinya."

NIGHTMARE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang