28. BLACK FATE

6.8K 664 5
                                    

Tidak ada yang tahu takdir seperti apa yang tengah di jalani masing-masing manusia. Terkadang dunia seolah mendukung, bahkan tertawa atas apa yang tengah merajai meskipun itu hal terburuk sekalipun. Sora beranggapan bahwa hidupnya hanya berkutat pada hal-hal yang tidak manusiawi. Seolah dirinya adalah satu-satunya manusia yang tak pernah di lirik akan takdir baik.

Merenungi tak akan membuat semuanya kembali membaik. Yang ada malah akan semakin menjerumuskan diri lebih dalam lagi. Maka, dia mencoba untuk menjadi gadis yang kuat meskipun dia rapuh. Menjadi gadis yang ceria meskipun terluka.

Hanya sekedar melempar senyum dan memberikan sekantong keresek kepada pelanggan, sejenak membuat dirinya melupakan segala kepahitan hatinya.

Jungkook tak pernah menghubunginya nyaris tiga minggu lamanya. Bahkan pesan yang Sora kirim pun tak ada balasan sama sekali.

Kini Sora menjadi pegawai di sebuah minimarket milik Bibi Eun yang berada tak jauh dari rumahnya. Beruntung, selama itu pula ia tak mendapati panggilan dari Hoseok untuk kembali mendatangi rumahnya dan berakhir di atas ranjang tanpa sehelai benang yang menutupi tubuhnya.

"Selamat datang," ujarnya sembari membungkukkan badannya—menyapa seorang pembeli yang baru saja masuk.

Perempuan dengan kacamata cokelat serta masker itu berjalan ke arah Sora yang sibuk di balik meja kasirnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?"

Perempuan itu melepaskan kacamata dan maskernya. Membuat Sora tertegun karena sosok yang berada di depannya ini adalah Jihye.

"Park Sora-ssi? Bisakah kita berbicara sebentar?"

***

Beberapa kali Sora terdiam dan beberapa kali pula dia salah memasukkan kode harga ke komputer hingga membuat beberapa pelanggan komplain perkara harga yang tidak sesuai dengan yang tertera pada kemasan.

Tidak. Jihye tidak memarahinya atau bahkan menamparnya dengan tangan seperti waktu itu. Jihye tahu semua tentang Sora. Jihye tahu bahwa gadis yang memperkenalkan diri sebagai kekasih Taehyung di hari pernikahannya adalah Sora. Si wanita yang pernah bercinta dengan suaminya beberapa waktu lalu. Jihye juga tahu di malam pertama pernikahannya dengan Jungkook, pria itu pergi beralasan pekerjaan, tapi nyatanya menemui Sora.

Dan kali ini, Jihye menamparnya dengan sederet kalimat yang membuat Sora tercenung dan tak fokus dengan pekerjaannya.

Jam kerjanya telah usai sepuluh menit yang lalu. Dia menutup toko dan berkemas dengan barangnya. Tidak langsung pulang, dia terduduk di  bangku yang berada di depan minimarket. Termenung dengan satu kaleng cola yang dia beli tadi. Dia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, menunjukkan pukul sepuluh lebih dua puluh tujuh menit.

Sora tidak menangis. Bahkan dia juga tak membenci Jungkook atas semuanya. Hanya saja, rasanya hambar. Dia seperti tak bisa merasakan apa-apa. Jika dipikir, selama ini bahkan Sora tak tahu apapun tentang Jungkook. Tidak tahu apa pekerjaan Jungkook. Tak pernah tahu ayah atau ibunya. Tak pernah tahu apa rencana yang tengah disusun hingga dia menikahi Jihye yang jelas-jelas Sora tahu bahwa Jungkook tidak menaruh rasa pada Jihye beralasan pernikahan itu menyangkut orang tua Jungkook. Lalu tiba-tiba dia menghilang tak memberi kabar. Dan tiba-tiba juga istrinya datang menemui dirinya dan mengucapkan sederet kalimat yang membuat dunianya seolah runtuh.

Dia melamun cukup lama. Memandangi langit yang terlihat hitam pekat tanpa ada satu bintang terang yang berada di atas sana. Bahkan bulan yang biasanya akan berbentuk bulat sempurna, kini tertutup awan hitam tebal—seolah semesta ikut merasakan kepedihannya—atau memang mendukung takdir pahit yang menanungi hidupnya.

Dering telepon membuyarkan lamunannya. Ditariknya ponsel pintar itu dari dalam tas selempangnya lantas menemukan nama Hoseok yang tertera disana.

Sora menghela napas. Menengadah beberapa saat dan menghirup oksigen yang serasa habis dalam rongga dadanya, sebelum akhirnya mengangkat panggilannya. Dia tahu, bahwa sebentar lagi dia akan kembali masuk dalam kubangan iblis.

Duduk di sebuah sofa kamar yang empuk—berhadapan dengan Hoseok yang tengah menyilangkan kakinya dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.

Sora hanya terdiam memandangi satu gelas koktail yang di suguhkan padanya. Rasanya dia tidak berniat sama sekali meneguknya. Karena percuma saja, dia tak akan bisa merasakannya. Semuanya hambar. Termasuk dunianya.

"Tuan Jung, bisakah kita segera saja menyelesaikannya? Aku lelah. Ini sudah malam dan kau meneleponku untuk kemari."

Hoseok malah tersenyum, menampilkan deretan gigi rapinya. Menarik kakinya yang semula di silangkan, kini di sejajarkan. Hoseok menepuk pahanya beberapa kali sebagai isyarat Sora untuk duduk di pangkuannya.

Sora hanya menghela napas dan kemudian melepas tas selempang yang menggantung di bahunya. Menanggalkan jaketnya lalu berdiri dan berjalan mendekati Hoseok tanpa minat sama sekali. Entah setan apa yang tengah bersarang di tubuhnya hingga membuatnya segila ini.

Tidak menunggu untuk di paksa dan tidak perlu menunggu untuk disuruh, dia melepas sendiri kancing kemejanya satu per satu sembari tungkainya berjalan pada Hoseok. Menanggalkannya di lantai, lantas mendaratkan pantat sintalnya pada paha si pria. Bergelayut manja layaknya jalang yang butuh di sentuh.

"Apa kau begitu ketagihan dengan sentuhanku, Nona Sora?"

Sora bergeming dan langsung mendaratkan bibirnya pada bibir Hoseok. Melumat kecil dan menuntun Hoseok berbaring pada sofa itu. Menduduki perut keras Hoseok tanpa melepas pagutannya. Park Sora menjadi gadis liar yang mendominasi. Dia sendiri tidak tahu apa yang tengah di lakukannya sekarang.

Dia hanya—hanya terlalu membenci keadaan saat ini.

Tanpa dia sadari, di tengah cumbuannya, dia menumpahkan satu tetes liquid bening yang lepas kendali dari pertahanannya— sarat kepedihan yang kini mulai berkerabat dengannya.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Sora memungut kembali pakaiannya yang tercecer di lantai lalu memakainya. Sejenak melirik Hoseok yang sudah pulas di atas ranjangnya. Dia bergegas untuk pergi dari sana. Memberanikan diri untuk menapakkan kaki pada aspal seorang diri. Dia berjalan gontai menyusuri aspal di malam hari yang cukup dingin.

Dia menghubungi taxi dan selang beberapa saat, taksi itu datang. Sora langsung masuk dan bergegas pulang ke rumah dengan semua bercak keunguan yang kembali Hoseok ciptakan di tubuhnya.

[]

Annyeong yeorobunnn!!
Gak kerasa part nya udah sebanyak ini haha
Aku gak sabar pengen cepet namatin work ini. Karena setelah tamat, ada KEMUNGKINAN work ini akan aku unpublish 👌🏻

Ayo vote minimal 10 jangan lupa! supaya besok aku bisa publish part selanjutnya yang lebih greget 😜

Ayo vote minimal 10 jangan lupa! supaya besok aku bisa publish part selanjutnya yang lebih greget 😜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

September 30, 2019

NIGHTMARE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang