Pukul 05.08 seperti biasa, Jihoon bangun pagi sekali untuk menyiapkan keperluan suami serta anak tirinya
Mulai dari menyiapkan pakaian dan kebutuhan hingga menyiapkan sarapan pagi
Diambilnya bahan dari lemari pendingin lalu dicucinya hingga bersih. Ia tak ingin memasak sesuatu yang rumit, hanya nasi goreng sosis yang kebetulan adalah favorit mereka bertiga-- guanlin, jihoon dan alin-- anak guanlin dari pernikahan pertamanya
Dengan telaten jemari lentik wanita berusia 26 tahun itu mengiris dan memotong bahan hingga memasukkan semuanya ke dalam wajan
Lalu setelahnya, ia menggoreng telur untuk suami dan anaknya. Karena jihoon sendiri alergi pada telur
Setelah semuanya selesai-- termasuk membuatkan kopi untuk suaminya, jihoon beranjak dari dapur, berjalan menuju lantai atas lalu berbelok menuju kamar sebelah kanan-- kamar milik guanlin
"Lin" suara halus dan lembut jihoon mengiringi dirinya yang tengah menepuk pelun bahu suaminya itu "bagun lin, udah jam lima" yang tengah tertidur lelap itu mengerjapkan matanya, menyesuaikan netranya untuk menerima cahaya yang masuk
"Ia udah bangun, keluar sana!" Bentaknya pada jihoon
Jihoon tersenyum miris, sudah terbiasa dengan keadaan ini selama tiga bulan belakangan
Jihoon beranjak dari kamar sang suami, lalu berjalan menuju area kiri-- kamar sang anak tiri
"Alinnnn~" jihoon menciumi pipi anak lelaki itu, meskipun bukan anak kandungnya namun jihoon sangat sayang pada anak tirinya ini
Alin mengerjapkan matanya, benar-benar mirip ayahnya ucap jihoon
Lalu alin memeluk leher jihoon posesif, "alin masih ngantuk bun" ucapnya tanpa melepas pelukan itu
"Alin mau terlambat sekolah lagi?" Seketika alin bangun, anak lelaki berusia 17 tahun itu seketika mengingat kejadian dimana dia di hukum oleh guru akibat terlambat saat memberikan makanan pada kucing yang ia temui di jalanan
"Sekarang bangun, alin mandi baju udah bunda siapin semua di atas meja belajar. Terus turun buat sarapan bareng ya" jihoon sedikit mencium kembali pipi anak remaja itu lalu keluar dengan raut wajah yang sangat bahagia
Jihoon hampir saja terjatuh saat berpapasan dengan guanlin di tangga, membuatnya menunduk penuh
"Jauh-jauh sana! Jangan karna anak saya suka sama kamu, kamu pikir saya akan menerima perempuan seperti kamu"
Hati jihoon mencolos mendengar rentetan kalimat yang keluar dari mulut sang suami, meskipun telah mendengarnya ratusan kali semenjak menikah tiga bulan lalu ia tetap saja merasa sakit
Jihoon memang seorang yang berasal dari desa, tidak modis, hanya wanita rumahan biasa tapi apakah pantas seorang suami mengatakan hal demikian pada sang istri?
Baru tiga bulan, jihoon sudah ingin menyerah jika saja tidak memikirkan alin, ibunya dan kedua mertuanya
Jika kalian bertanya bagaimana bisa jihoon menikah dengan guanlin jawabannya adalah saat keluarga Lai pergi berlibur ke kampung halaman jihoon, sebuah kecelakaan terjadi. Ibu guanlin beserta alin mengalami luka yang sangat parah beruntunglah jihoon yang tengah mengendarai sepedanya menemukan mereka. Karena di desa seperti itu jarang sekali ada mobil yang lewat
Jihoon yang notabene seorang dokter langsung menolong mereka semua dengan pertolongan pertama, beruntunglah semua bisa diselamatkan. Akibat dari kejadian itu, orang tua guanlin malah menjodohkan jihoon dengan guanlin
Jihoon tak mampu lagi membendung air matanya, ia menunduk makin dalam saat langkah suaminya semakin menjauh
"Bun" alin menyentuh bahu sang bunda yang naik turu "are you crying?"
Jihoon segera menghapus air matanya, bagaimana bisa dia dengan bodohnya menangis saat alin masih ada di rumah seperti ini
Alin membalikkan badan jihoon, bundanya tengah menangis entah karena apa lalu selanjutnya ia menghapus air mata itu, memeluk sang bunda yang tengah merasa sangat tersakiti itu dengan elusan punggung yang hangat
Tbc...
YOU ARE READING
GS | Being Perfect Wife ( Panwink )
Fanfiction"jangan karena anak saya suka sama kamu, saya bakal terima perempuan kayak kamu" - Lai Guanlin 38 tahun Hight story ranking #1 in laji #5 in panwink