fourth

291 43 2
                                    

"Gimana progresnya? Ga mau nambah anak?"

Uhuk uhu uhuk

Jihoon yang tengah meminum teh malah tersedak akibat pertanyaan sang mertua, bagaimana tidak? Boro-boro mereka memikirkan masalah anak guanlin meliriknya saja merasa jijik

Guanlin tersenyum lalu merangkul jihoon, membuat wanita 26 tahun itu membeku di tempat. Ini adalah kali pertama guanlin menyentuhnya setelah menikah

"Nanti tunggu aja dikasih sama Tuhan, yaudah kita ke atas dulu. Ini jihoon badannya anget kasian butuh istirahat" lalu dia menarik badan jihoon menjauh dari kedua orang tuanya. Jangan lupakan rengkulan yang masih setia guanlin lakukan

Setelah naik ke kamarnya yang dulu, ia mengunci pintu itu lalu melepas jihoon dengan kasar dan menatap sang istri kembali dengan tatapan remehnya, ia terlihat sangat jijik

"Jangan bahagia dengan ucapan saya tadi, saya hanya ingin semuanya terlihat baik-baik saja. Saya bersupah tidak akan pernah menyentuh dan memiliki anak dari kamu"

Hati jihoon mencolos mendengar ucapan sang suami, meski ia telah mendengarnya ratusan bahkan jutaan kalipun.

"Sekarang, cari cara agar saya tidak tidur satu ruangan dengan kamu. Terserah kamu mau tidur dimana, asal jauh dari pandangan saya" ucap guanlin lalu berlalu menuju toilet

Jihoon turun ke bawah sebentar, tenggorokannya kering karna ingin menangis tadi ia butuh sesuatu yang dingin

Jihoon tengah menuang jus jeruk kemasan pada gelas, dibuat terkejut oleh pelukan mendadak dari belakang

"Bunda~" alin, adalah oknum dibalik itu semua

"Astaga bunda kaget banget ini" ucapnya yang hampir menjatuhkan gelas "kok bangun? Pasti kecapean banget ya?" Jihoon membalikkan badannya, memandang wajah sang anak tiri yang umurnya tak jauh beda darinya itu

"Alin lapar, mau makan nasi goreng bunda" alin membuat raut wajah sedihnya, membuat sang bunda tersenyum dan sedikit mencubit hidung mancungnya

"Yaudah, alin mau nunggu dimana? Di kamar? Atau mau sambilan nonton?" Ucapnya, alin menggeleng

"Alin disini aja, liatin bunda masak" lalu mengambil alih duduk di kursi pantry

Jihoon mulai memasak nasi goreng kesukaan sang anak, ia ingin sekali bertanya pada guanlin apakah suaminya itu mau juga dibuatkan atau tidak. Tapi guanlin pasti sudah tidur

Jihoon bahkan lupa jika tujuannya kesini adalah karena tenggorokannya yang kering

Nasi goreng spesial jadi setelah beberapa menit kemudian, jihoon membawa makanan itu menuju meja makan. Tanpa aba-aba dari jihoonpun, alin mengikuti sang bunda

"Bunda jangan kemana-mana dulu, temenin alin disini" sungguh anak tirinya ini, sudah remaja masih saja bersikap sangat manja begini padanya, ia tersenyum dan mengelus rambut sang anak

Jihoon menatap lekat pada anak 17 tahun yang tengah sibuk mengunyah di depannya ini, benar-benar mirip sang ayah

"Bunda, aaaa~" alin menyuapi jihoon satu sendok nasi tanpa telur, jihoon ingin sekali menolak ia benar-benar tak berselera sekarang namun bisa-bisa nanti anaknya itu akan merajuk

"Bunda tu makan yang banyak, bunda udah kurus banget tau ga?" Alin yang sibuk menyuapi sang bunda sambil memarahinya

Jihoon hanya tersenyum menanggapi ucapan sang anak, ia memang. Setelah pernikahannya, ia hampir tak pernah lagi merasa bahagia, makan saja jarang

Suapan terakhir dihabiskan oleh jihoon, akibat paksaan sang anak kesayangannya itu. Alin bahkan mengambilkan jus jeruk baru untuk sang bunda

"Abis ini bunda langsung tidur ya, besok siapin alin sarapan yang enak lagi" alin memeluk sang bundanya sambil berjalan menaiki tangga menuju kamar mereka lalu melepasnya saat berbelok ke arah kamarnya

"Good night, bun" alin memeluk bundanya lagi, lalu menciumi pipi sang bunda dan berlari sambil tersenyum ke arah sang bunda

Sungguh, jihoon merasa sangat gemas dengan anaknya itu. Sudah remaja tapi bertingkah sangat manja, siapa kira-kira pacar dari sang anak. Jihoon sangat ingin bertemu dengannya

Jihoon masuk perlahan ke dalam kamar, dilihatnya sang suami yang tengah tidur dengan terlelap. Ingin sekali rasanya jihoon menciumi sang suami atau sekedar dipeluk sampai pagi, namun itu semua hanyalah mimpi yang tak akan pernah menjadi kenyataan

Jihoon memikirkan bagaimana ia akan tidur, jika ia tidur di sofa wajahnya dan guanlin akan langsung bertemu, itu tidak mungkin. Ia akan langsung dimarahi

Ia memeriksa lemari, cukup luas namun jika ia menutup pintunya ia akan mati akibat kehabisan oksigen. Tapi bukankah itu yang guanlin inginkan?

Ia berjalan ke arah toilet, cukup luas. Lalu ia mengambil sehelai jaket miliknya dan menyelimuti tubuhnya dan mulai beranjak menuju dunia mimpi indahnya

Jihoon tidur terduduk di wc, di bawah lantai dingin itu


Tbc....

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now