fourtynine

299 42 4
                                    

Waktu memang tak bisa ku ulang, tapi andai bisa waktu memberiku kesempatan sekali saja untuk menebus semua dosaku. Aku ingin, aku saja yang terbaring di sana. Kesakitan, sendirian-- bukan kamu yang selama ini telah menanggung segala dosaku. Maafkan aku! - LGL


...


Bagai dihantam oleh ratusan beton besar, hati guanlin hancur, ia tak pernah mengharapkan itu terjadi. Jika saja bisa, biarlah ia yang terluka jangan jihoon. Wanita berhati malaikat itu sudah cukup menanggung segalanya bahkan untuk hal yang tak ia lakukan

"Jihoon kecelakaan, setelah kembali dari rumah kalian" ucap ibu kepada guanlin yang telah meneteskan air mata sejak tadi

"Ini semua salah alin, andai alin ga nyuruh bunda buat ngambil sepatu ini semua ga bakal terjadi" alin sama menangis, namun ia lebih histeris. Ia menyalahkan dirinya sejak tadi, andai saja ia tak menelpon bunda, bunda tidak akan menyetir kesana

"Ini takdir Tuhan, jangan ngomong kayak gitu" guanlin merengkuh jagoannya, alin bergeming

"Tau apa daddy tentang takdir Tuhan?" Dua kali dihantam oleh beton guanlin rasanya, ini semua salahnya. Bahkan anaknya sudah tak sudi berada di dekatnya

"Ga boleh kayak gitu, minta maaf lo!" Suara berat nan tegas itu berasal dari om jisung

"Tapi om?"

"Lin, bokap lo juga ga pernah mengharapkan ini kalau bisa. Lo mikir deh, kalo bokap lo ga peduli sama keluarganya apalagi sama kak jihoon dia ga bakal datang kesini lari-lari dengan keadaan kakinya yang begitu" seketika semua orang menatap kaki guanlin, tak ada yang memperhatikan memang. Kaki yang baru diperban oleh jihoon beberapa waktu lalu

Alin sebenarnya rindu akan daddy, ia tak pernah mengaharapkan keluarganya seperti ini, setiap malam ia selalu berdo'a kepada Tuhan untuk mengembalikan keluarga kecilnya seperti dulu, ia tak pernah benar-benar sebenci itu pada sang daddy.

Alin memeluk sang daddy, melepaskan segala beban yang selama ini ia pikul, melepaskan segala kerinduan dan keresahannya. Daddy datang, berlarian di koridor hanya karena bunda.

"Maafin alin, dad!"

.
..
...
..
.

"Kamu belum tanda tangani surat cerai kamu?" Guanlin bahkan tak pernah berniat menceraikan jihoon, bahkan sejak dulu. Sejak hari dimana ia mabuk lalu tidur dengan jihoon

"Syukurlah, kalau begitu. Kalau masih bisa diselamatkan rumah tangga kalian, selamatkan. Setiap keluarga pasti memiliki cobaan, sebisa mungkin kita harus bisa melewati badai itu" ibu berbicara, pantas saja jihoon memiliki hati sebaik itu, ia bahkan lahir dari rahim malaikat lainnya

"Tapi aku udah berdosa sama jihoon, aku tak pantas diampuni"

"Kamu bukan Tuhan nak, yang bisa meng-klaim diri kamu berdosa atau tidak. Sekarang ibu jelasin dulu ya pelan-pelan" guanlin mengangguk, entah itu kabar buruk atau kabar baik yang akan ia hadapi namun terlepas dari semuanya, ia berharao jihoon dan bayinya baik-baik saja di dalam sana







Tbc...




Vomment
👇👇👇👇

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now