Seperti sedang mengalami perjalanan waktu, jihoon melewati ruang demi ruang yang ada di rumah itu lalu pikirannya membawa akan kenangan yang pernah ia lalui di rumah yang kini tak terurus, walau hampir semua kenangan yang ada disini tidak menyenangkan, jihoon tetap tersenyum. Setidaknya ia pernah berkeluarga, walau berakhir tak bahagia seperti yang selalu ia harapkan
Jihoon ingin tinggal kembali kesini, bahkan orang tua guanlin menyuruh mereka tinggal disini agar tidak menyewa apartemen namun alin tak mau. Terlalu banyak kenangan yang ia lalui disini, dan hanya akan membuatnya semakin terluka
Jihoon perlahan menaiki tangga, ia harus ekstra hati-hati karena perutnya yang semakin membesar membuatnya sedikit kesulitan. Ia sampai, di depan kamarnya dan guanlin. Ingin masuk, namun ia takut menghabiskan banyak waktu disini. Lagipula, tak ada yang bisa ia kenang hanya penderitaan dan tangisan.
Jihoon sekalipun tak pernah menyesal menikah dengan guanlin, walau kelakuan guanlin seperti itu ia tetap bersyukur. Setidaknya, ia bisa mengenal anak laki-laki bernama alin yang sekarang tak pernah pergi atau menyakitinya
Jihoon membuka pintu kamar alin, betapa kagetnya ia melihat seseorang yang sejak tadi menganggu pikirannya.
"Guanlin?!"
Disana terbaring lemah sesosok manusia yang selama ini menjadi alasan jihoon menangis setiap malamnya, sosok yang begitu ia cintai sekarang. Guanlin kaget, bangun dengan kikuk melihat jihoon. Ia bahka sempat mencubit tangannya, ia pikir ini hanya mimpi namun cubitan itu meninggalkan rasa sakit
"J-ji?"
"Kamu ngapain disini? Ah-- lagi mau kesini? Seonho mana?" Sebenarnya hati jihoon sakit, namun ia mencari bahan saja untuk berbicara agar tidak terlalu kentara canggungnya
Sambil mencari barang milik alin, jihoon mencoba berpikir apa yang harus ia bicarakan pada lelaki yang sudah menjadi mantan suaminya ini
"Kamu ngapain kesini ji?" Guanlin bangkit, duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan jihoon. Ternyata jihoon memang secantik itu, lalu guanlin menggeleng
"Aku nyari sepatu basketnya alin, kamu liat ga?" Jihoon berbalik, merapikan anak rambutnya yang membuat guanlin merasa bahwa jihoon memang cantik alami
"Lin? Guanlin?" Tanpa sadar, jihoon sudah berada di depan guanlin mengibaskan tangannya di depan wajah tirus guanlin
"A-ah, bentar. Kamu duduk aja biar aku yang cari" guanlin bangkit menjauh, agar menghindar dari jihoon entah mengapa jantungnya bekerja lebih cepat dari biasanya
Guanlin sibuk mencari, "nah ini" guanlin berbalik dan betapa terkejutnya dia melihat jihoon yang tengah kesakitan memegang perutnya. Guanlin membuang sembarang sepatu lalu menghampiri jihoon
"Ji.. kamu kenapa?" Jihoon malah tersenyum sedetik kemudian membuat guanlin heran
"Bayinya nendang" jihoon mengelus perut besarnya "kamu mau pegang?"
Guanlin mendekat, duduk di samping jihoon. Ia tahu ia memang tidak tahu diri namun ia ingin sekali merasakannya. Seketika, senyuman terulas di wajah guanlin, lalu ia berjongkok di depan jihoon berbicara pada perut jihoon
Tbc...
Kalian komen dong, jangan vote aja. Aku mau tau gimana menurut kalian ceritanya, gaya bahasa atau alurnya. Plis aku lebih suka kalian komen dari pada vote, gasih pokonya komen juga jangan di anggurin. Buat yang baca aja tolong hargai dong dengan klik sekali doang ga banyak. Makasihhhh😭😭😭😭😭
Vomment
👇👇👇👇
YOU ARE READING
GS | Being Perfect Wife ( Panwink )
Fanfiction"jangan karena anak saya suka sama kamu, saya bakal terima perempuan kayak kamu" - Lai Guanlin 38 tahun Hight story ranking #1 in laji #5 in panwink