fiftyfive

285 46 1
                                    

Kadang hidup itu sesuai dengan apa yang kita harapkan, dan itu membuat kita bahagia. Pasti. Namun, tak selamanya seperti itu. Hidup itu seperti roda yang berputar kadang di atas kadang pula di bawah dan kita harus selalu siap akan hal itu







"Halo kak, masih ingat aku ga?" Lami menggenggam tangan jihoon, tangan yang selalu hangat

"Maaf ya kak, aku baru bisa kesini sekarang. Aku malu kak sama kakak, sama jisung apalagi sama diri aku sendiri" entah mengapa lami langsung menangis saat itu

Setiap orang yang datang ke sini pasti akan menangis, seperti ada seseuatu yang memaksa mereka untuk menangis jika sudah disini. Padahal seharusnya jika sedang seperti ini harusnya mereka memberikan energi positif kepada jihoon. Namun siapa yang bisa walau hanya berpura-pura untuk tersenyum melihat keadaan jihoon sekarang ini? Malaikat ini tak pantas berbaring kesakitan disini sendirian

"Aku mohon kak, kakak bangun. Aku mau berterima kasih kepada kakak karena telah menyelamatkan hidupku. Aku mau memeluk kakak, dan jadi orang kayak kak jihoon" lami mempererat genggaman tangannya pada jihoon seiring dengan derai air matanya yang terus keluar

"Kakak harus bangun, kakak harus sehat lagi. Aku mau belajar banyak dari kakak, aku sekarang lagi kuliah di jurusan kedokteran juga. Mau menolong banyak orang tanpa pamrih kayak kak jihoon" lami memandangi jihoon yang sedang terlelap itu, wajah yang kini kian tirus dan pucat

Lami baru saja ingin beranjak dari sana karena tidak kuat lagi melihat jihoon seperti ini kaget, pasalnya entah dia yang berhalusinasi atau memang baru saja jihoon menggerakkan jemarinya pada lami

"Sung! Jisung!!"

.
..
...
..
.

Alin berlari sambil berlinangan air mata, belum sempat pulang untuk mengganti baju. Bekas keringat yang masih ada di baju dan dahinya masih setia disana, pagi ini sebelum pertandingan dimulai ia mendapat kabar bahwa tadi jihoon menggerakkan tangannya

Guanlin tiba, di depan kamar rawat inap jihoon sudah banyak yang menunggu termasuk daddy. Guanlin menghampiri sang anak, lalu memeluknya

"Kabar itu benar dad?" Alin berusaha untuk menenangkan laju jantungnya. Guanlin hanya mengangguk, semoga jihoon bisa segera bangun

"Kok bisa? Maksud aku, bunda lagi sama daddy?" Wajah guanlin muram, ia yang selama ini selalu menemani jihoon tak pernah diberi respon oleh sang istri, sedangkan lami yang baru pertama kali datang langsung diberi respon. Apakah itu menandakan bahwa jihoon benar-benar tak menginginkan keberadaan guanlin disini? Apa ini tandanya guanlin harus segera pergi?







Tbc...

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now