seventh

272 44 0
                                    

"Udah ya, dia bakal papa pecat nanti kamu gausah nangis lagi" tuan lai memberikan teh hangat pada menantu kesayangannya, jihoon menggeleng

"Ga gausah dipecat pa, diakan gatau kalau jihoon istrinya guan-guanlin. Ji-jihoon gapapa ko pa" jihoon menghapus air matanya dan memaksakan senyuman kepada dirinya, ia tak mungkin membiarkan mertuanya itu memecat seorang pegawai hanya karena dirinya

Tuan lai tersenyum, ini yang ia suka dari menantunya, ia baik lebih dari baik menurutnya

"Yasudah guanlin kayaknya sudah selesai rapat, kamu ke ruangan dia ya, belok kiri dari ruangan papa, nanti langsung ketemu kok. Papa ga bisa antar, maaf ya papa harus ketemua sama client"

Jihoon mengangguk, "terima kasih pa, hati-hati"

Jihoon melangkah keluar dari ruangan bersama sang mertua tampan, lalu di depan pintu jihoon membungkuk padanya, dan mereka berpisah arah

Jihoon masih setia menenteng beberapa makanan yang mungkin sudah mendingin ditangannya, semakin mendekati ruangan guanlin jantungnya berpacu semakin kencang saja

Lalu di depan pintu ruangan itu, ia menarik napas sebentar, mencoba menetralisir detak jantungnya. Namun tetap saja, ia semakin menjadi-jadi saja. Ia memberanikan diri mengetuk pintu, ia ingin bertanya pada asisten di depan ruangan guanlin, namun kemana perginya sang asisten ini?

Jihoon masuk, dan betapa terkejutnya ia melihat adegan di dalam sana. Dimana guanlin tengah bersetubuh dengan orang lain, jihoon hampir saja menjatuhkan semua yang ia bawa jika saja ia tak mengingat itu adalah buatan sang mertua

Air matanya tanpa diperintah turun, orang di bawah kungkungan guanlin masih mendesah dengan nikmatnya. Jihoon membeku, tak tau harus berbuat apa. Bagaimana bisa suaminya melakukan hal seperti ini?

"Ngapain kamu disitu?" Guanlin, tanpa menoleh ke arahnya bertanya, masih setia dengan adegan panasnya

"I-ini a-aku"

Guanlin terdengar menarik napasnya, ia menghentikan kegiatannya, lalu mencium seseorang yang tadi sibuk mendesah dibawahnya dengan hangat. Jihoon kembali menangis

Orang yang tadi, berjalan menuju sebuah ruangan sepertinya toilet lalu guanlin membersihkan kejantanannya menggunakan sehelai tisu lalu berjalan menuju sang istri

Dada jihoon rasanya ingin meledak saja, ia tak tahu harus berbuat apa lagi sekarang. Apa ini adalah saat yang tepat untuknya pergi? Ia sudah tak tahan lagi

"Permisi pak"

"Keluar sana, jangan biarkan siapapun masuk kesini" ucapnya dingin pada orang yang tadi ia manjai

"Baik pak, buk permisi" ucapnya tanpa tau malu

"Ngapain kesini?"

"I-ini mau bawa ini disuruh mama" jihoon menyimpan bekal yang ia bawa ke atas meja, tanpa mengangkat kepalanya. Ia masih menangis

"Kenapa menangis?" Dingin sekali

"I-ini salah, Lin" ucap jihoon mencoba berani

"Salah? Apa yang kamu tahu? Kamu Tuhan?"

"Bu-bukan begitu lin. Jangan karena kamu benci pada satu wanita lalu kamu menganggap semua wanita di dunia ini sama. Lantas kamu berbelok dan bercinta seperti tadi dengan laki-laki. Itu salah lin" ucap jihoon dengan satu tarikan napas; entah apa yang membuatnya berani sekali berkata seperti itu pada sang suami

Plak

"Keluar kamu!" Guanlin menampar jihoon dengan sangat keras, lalu keluar dari ruangan dan membanting pintu membuat jihoon tremor, hal yang selalu terjadi jika ia sedang ketakutan


Tbc...

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now