twentyfourth

269 39 7
                                    

"Udah siap lo?" Daniel memegang pundak kiri alin, mereka sudah sampai di depan hotel. Dengan alin yang takut untuk bertemu orang tuanya sendirian, memaksa daniel dan woojin ikut dengannya karena kemungkinan-kemungkinan buruk mungkin terjadi nantinya

Alin hanya mengangguk, memberanikan dirinya walau ia masih belum 100% siap. Mau tidak mau, siap tidak siap ia harus segera menyelesaikan ini

Ketiganya keluar dari mobil, dipimpin alin berjalan menuju lobi hotel dan naik ke ke lantai atas menggunakan lift. Kerja jantung alin seakan bertambah beberapa kali lipat saat lift semakin menuju ke atas, dengan suara dentingan dari lift mereka telah sampai disana. Di lantai dimana kamar mereka huni

Saat dijalan, alin berpapasan dengan seseorang yang sangat familiar namun ia tak bisa mengingat. Ia hanya menatap orang tersebut dan berhenti berjalan membuat woojin yang sibuk mengagumi indahnya hotel mewah ini menabraknya

"Lo kenapa sih? Masih takut?" Ujar Woojin sedikit kesal

"Tu orang kaya ga asing, tapi aneh gue ga bisa ingat" alin mencoba mengingat namun tetap saja ia tak bisa

"Udahlah gaada waktu, ayo buruan!" Daniel mendorong bada alin "nomor berapa?"

"307" lalu ketiganya berhenti di depan kamar dengan nomor 307 yang tertera di pintu

Alin mengetok pintu, tak lama bunda muncul dari sana. Alin terkejut melihat keadaan bunda, bunda sama terkejutnya dengan alin. Dengan segera jihoon memeluk anak tiri kesayangannya itu, hingga ia baru sadar bahwa alin tidak sendiri

"Daniel?" Jihoon terngaga, tak percaya dengan semua ini. Bagaimana bisa?

"Hai!" Daniel melambai dengan canggung

"Yaudah aku sama ujin pamit ya, kalian selesaikan masalah kalian. Semoga cepat kelar" daniel mengusak rambut alin dan tersenyum pada jihoon

"Terima kasih ya" jihoon sebenarnya masih ingin berlama-lama dengan daniel tapi ini bukan waktu yang tepat

.
..
...
..
.

"Bunda kenapa selama ini ga kasih tau alin?" Alin sudah menangis, mendengar cerita jihoon yang ternyata selama ini menyimpan kepedihannya sendiri

"Bunda cuma gamau alin kecewa sama daddy" jihoon mengusap kepala sang anak yang menangis di pelukannya

"Maafin alin, andai alin ga maksa bunda buat nikah sama daddy bunda pasti sudah bahagia sama Daniel hyung" jihoon tersenyum dan menggelengkan kepalanya

"Bukan salah kamu, ini pilihan bunda. Ini garis hidup bunda yang sudah direncanakan Tuhan"

"Kenapa sih bunda baik banget, daddy udah nyakitin bunda kenapa bunda bertahan?"

"Kenapa bunda bertahan?" Jihoon bertanya balik, membuat alin mengendurkan pelukan mereka dan menatapa wajah sendu sang bunda "jawabannya simple bunda sudah berjanji pada Tuhan untuk tetap bersama daddy kamu apapun yang terjadi. Sedih, senang, sakit ataupun sehat, itu janji bunda sampai akhir hayat bunda nanti" alin semakin menangis, memeluk sang malaikat yang kebetulan dikirim Tuhan untuknya. Ia sangat bersyukur, namun disaat yang sama ia merasa sedih. Karena semua kesedihan ini ditanggung sendiri oleh sang bunda

"Daddy mana? Alin mau ngomong"

"Daddy kamu..."

Tbc...

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now