seventhteen

270 40 0
                                    

"Bundaaaaa" alin memeluk jihoon yang sedang menyiapkan makanan dari belakang. Jihoon tersentak kaget, anak itu selalu saja begitu

"Jangan ngagetin, ini nanti kalo bunda jantungan gimana?" Jihoon mematikan api, membalik badannya dan memeluk anak tiri kesayangannya. Jihoon mendongak, anak itu tidak ada bedanya dengan sang ayah, maksudnya tingginya

"Masak apa bun? Daddy mana?" Alin melepas pelukan sang bunda, mencari sang daddy yang sedang "senam pagi" dengan kekasihnya

"Udah keluar tadi, nge-gym kali. Bunda telpon dulu"

"Eits gausah bun, alin aja yang telpon. Bunda lanjut masak aja" setelah berkata begitu, alin langsung berlari kecil menuju kamar besarnya. Hotel mewah ini, mirip seperti apartemen saja

"Katanya sakit, dasar" jihoon mencibir sang anak

.
..
...
..
.

Alin meraih ponsel dengan semangat, sakit begini ia hanya ingin dimanja, makan bersama, atau tidur seharian dipeluk oleh bunda dan daddy nya. Padahal mereka ke Jepang untuk liburan, alin malah sakit begini.

Ia membuka lock hpnya lalu mencari kontak sang daddy dan menekan tombol telpon

"Daddy..."

"Sayang, ini.."

"Dad, suara siapa itu? Daddy lagi dimana?"

"Dad!"

"Malah dimatiin" alin mengambil jaket hoodienya, lalu bergegas mencari sang daddy.

"Loh, lin mau kemana? Ayok kita sarapan!" Jihoon memanggil sang anak yang sedang tergesa-gesa

"Mau cari daddy bun, ada yang ga beres sama daddy kayaknya"

Jihoon menahan sang anak, jangan sampai guanlin ketahuan sama alin. Tidak, jihoon tak ingin anaknya kecewa mengetahui kelakuan sang ayah. Cukup jihoon, alin jangan

Jihoon menarik tangan sang anak, alin malah menghempaskan tangan jihoon dengan keras membuat jihoon sedikit kaget

"Bun, astaga. Alin ga sengaja" ah bagus. Jihoon harus pura-pura menangis mungkin? Agar alin tetap disini

Jihoon memang kaget tadi, tidak menyangka alin akan begitu meskipun tidak disengaja. Tapi menangis juga boleh, mungkin jihoon bisa meluapkan semua kesedihannya

"Ayo bun, duduk dulu alin ambil minum" alin bergegas mengambilkan air untuk sang bunda. Bagaimana tidak, dia sendiri saja begitu terkejut dengan kelakuan tak disengajanya, apalagi sang bunda yang begitu ia sayangi dan hormati

.
..
...
..
.

"Capek ya?" Seonho memeluk sang kekasih manja di atas badan kekar guanlin, mereka baru saja bercinta

Guanlin hanya menangguk lalu menciumi seluruh wajah seonho, lelaki yang sangat ia cintai itu

"Mau kemana kok bangun? Aku udah nyaman ni!" Guanlin memeluk tubuh mungil seonho, tak ingin melepas tautan antara mereka

"Aku bikinin sarapan dulu"

"Aku gabisa" wajah keduanya sedih "kamu taukan anak aku lagi sakit, dia mau sarapan sama aku"

"Sama si jalang itu juga?" Guanlin mengangguk "maaf ya"

Seonho bangun dari atas tubuh guanlin "jangan marah" guanlin merubah raut wajahnya menjadi sangat imut, membuat seonho gemas

"Aku ambilin kopi dulu, setidaknya minum kopi sebelum pergi" lalu seonho berjalan menjauh

Saat tersenyum menunggu senho, hp guanlin bergetar itu adalah alin. Anak itu pasti mencarinya

"Daddy..." suara anaknya terdengar sangat bersemangat

"Sayang, ini.." tanpa diduga, seonho datang

"Dad, suara siapa itu? Daddy lagi dimana?" Guanlin dengan cepat mematikan handphone-nya

"Maaf sayang, aku harus kesana sekarang. Alin denger suara kamu tadi" guanlin mencium sang kekasih lalu berlari secepat mungkin setelah memakai pakaian olahraganya




Tbc....

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now