sixteenth

304 39 1
                                    

"Habis dari mana kamu?" Suara guanlin langsung menyambut jihoon yang menenteng beberapa belanjaan

Jihoon membeku di tempat, haruskah ia menjawab? Sedangkan belanjaan ini sudah menjadi alasannya

"Bahagia banget yang baru ketemu laki-laki. Siapa dia?" Suara guanlin terdengar dingin, namun juga ada rasa penasaran disana

"Itu... itu... daniel" tanpa menjawab guanlin langsung pergi melewati jihoon

"Saya akan bertemu seonho, chat saya jika sarapan sudah siap, tadi alin bilang ingin sarapan bersama masakan kamu"

.
..
...
..
.

Jihoon berjalan menuju mini market yang berada tepat di depan hotel mereka, tadi alin yang ternyata sakit meminta jihoon memasak untuk sarapan mereka bertiga. Ia bertiga, karena semalam guanlin langsung kembali ke kamar mereka dalam keadaan yanh berantakan. Entah apa yang dia lakukan semalam saat jihoon menghubunginya

Setelah memilih beberapa bahan makanan, jihoon membayar dan berjalan keluar kembali menuju hotel setelah berterima kasih kepada kasir

"Jihoon? Park jihoon?" Jihoon terkejut mendengar suara itu, suara yang sudah lama tak ia dengar

"Da... daniel?" Lelaki itu, lelaki yang jihoon cintai berdiri di depannya dengan senyuman yang tak pernah berubah

"Ah ternyata benar, aku tadi pikir hanya mirip. Gimana kabar kamu?" Daniel menghampirinya, wanginya masih sama seperti beberapa bulan yang lalu

Jihoon meneteskan air matanya, terlalu rindu kepada lelaki itu namun ia tak bisa berbuat apa-apa. Menyetuhnya saja ia tak bisa

"Asataga jangan menangis, duduk dulu. Aku ambilkan air minum sebentar" daniel bergegas masuk ke dalam mini market tempat jihoon keluar tadi, tak berapa lama ia kembali dengan sebotol air mineral ditangannya

"Minum dulu" daniel menyerahkan air itu kepada jihoon dan jihoon tak berkutik ditempatnya. Ia hanya menatap wajah yang sangat ia rindukan itu

"Jangan nangis, astaga. Nanti orang mikir aku yang bikin kamu nangis" daniel membelai rambut jihoon, ia ingin sekali memeluk wanita yang sangat ia cintai itu, namun ia tak bisa berbuat apa-apa

"Maaf" jihoon menundukkan kepalanya "maaf karena aku..." jihoon menangis hingga terisak, menggenggam erat botol oemberian daniel tadi, berharap agar ia bisa menahan tangisnya. Namun tak bisa, ia sudah terlalu merasa bersalah pada lelaki itu

"Sudahlah, tidak usah minta maaf. Bukan salahmu, salahku yang tak pernah datang ke rumah dan melamarmu sampe aku keduluan lelaki itu. Siapa namanya? Guanlin? Dia sangat tampan, bagaimana dia? Apakah dia menjagamu? Ku harao begitu, karena jika tidak aku akan menghajarnya sampai babak belur"

Perkataan daniel membuat jihoon semakin menyesal, andai ia tolak saja perjodohannya dengan guanlin dulu, mungkin hidupnya tidak akan semenyedihkan ini

"A-aku baik-baik saja, dia juga menjagaku. Bagaimana kabarmu? Kau baikkan?"

Daniel tersenyum "aku ingin berkata aku baik, tapi aku tidak baik-baik saja setelah itu, aku mendengar kabar kamu menikah lalu aku pindah kesini dengan maksud melupakanmu tapi takdir memang mempermainkan kita. Dia malah mempertemukan kita kembali disini. Suamimu mana? Aku ingin bertemu dia, tidak usah takut aku akan datang memperkenalkan diri sebagai sahabatmu bukan orang yang pernah mencintaimu" daniel tersenyum ke arah jihoon, lalu ia melihat jam tangannya

"Astaga aku harus pergi sekarang, aku harap kita bisa bertemu lagi. Sampai jumpah jihoon-ssi" lalu daniel pergi begitu saja

"Semoga kamu bahagia terus niel, kamu lelaki baik" lalu jihoon menghapus air matanya dan berlalu pergi dari sana

Tbc...

Btw incest bikin story baru, cek coba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Btw incest bikin story baru, cek coba

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now