tirdteenth

282 39 7
                                    

"It's okay. Bunda atau daddy ga bakal marah kok" guanlin mengusap rambut anak jagoannya "iyakan bun?" Lalu menatap sang istri untuk meyakinkan sang anak

Jihoon hanya mengangguk sambil tersenyum, memeluk sang anak hangat. Mengusap rambut hitam legam itu dengan penuh kasih sayang

"Terima kasih ya, sayang" jihoon menangis disela pelukan itu. Tidak ada yang tahu, jihoon begitu bahagia mengenal anak lelaki ini. Walau banyak kesulitan yang ia rasakan selama ini, namun tak ada sedikitpun penyesalan dalam hidupnya menikah dengan guanlin. Ia bahagia, sangat bahagia

.
..
...
..
.

"Kalian yakin udah mau balik ke rumah kalian?"

"Aku sebenarnya masih mau disini ma, tapi ada beberapa hal yang harus guanlin urus di kantor. Rumah kita kan lebih dekat jaraknya dari kantor, juga sekolahan alin" jihoon mengemasi barang suami dan anaknya, semuanya akan kembali seperti semula lagi. Ia akan mendapat perlakuan tak mengenakkan dari suaminya

"Jihoon bakalan sering kesini kok ma" jihoon memeluk sang mertua

"Gausah hoon. Jauh, kasian kamu kalau harus sering kesini naik taksi"

"Nanti aku ajarin bawa mobil deh" guanlin memeluk sang istri dan juga sang mama

Laki-laki ini benar-benar bisa berakting. Kenapa dia tidak jadi aktor saja?

.
..
...
..
.

"Alin diskors seminggu" suara anak lelaki itu menginterupsi kedua orang tuanya. Jihoon dan guanlin langsung menghentikan kegiatannya

"Kok ga kasih tau daddy?" Guanlin bertanya pada sang anak

"Ini suratnya, sebelum daddy sama bunda sampai di sekolah pak Dongho memberikan ini ke alin" alin menyerahkan surat yang tadi ia terima kepada sang daddy

"Coba gitu kita gausah balik dulu aja ke rumah, kasian oma sendirian"

"Yaudah gapapa, kan alin bisa temenin bunda di rumah" anak itu memeluk sang bunda

Jihoon membalas pelukan anak itu, manja sekali

Guanlin tersenyum, lalu suara sesuatu membuat semuanya terdiam

"Hehe, alin lapar" alin tersenyum memperlihatkan gusinya, mirip sekali dengan daddynya

"Yaudah kamu mandi dulu sana, nanti bunda masakin. Kamu juga mandi dulu aja lin" jihoon setidikit takut berbicara pada guanlin, namun lelaki itu terlihat acuh dan berjalan menuju kamar mengikuti sang anak

Jihoon berjalan menuju dapur, membuka lemari pendingin melihat persediaan makanan mereka. Kosong, untung saja tadi di jalan ia sempat mengingat harus membeli bahan makanan

Ia lalu memasak untuk sang anak dan sang suami, jihoon terlihat begitu gesit menyiapkan semuanya

"Masak apa kamu?" Suara berat guanlin terdengar, membuat jihoon sedikit takut

"I-ini sup iga"

Guanlin menyentuh pergelangan tangan jihoon, lalu menempelkannya pada panci panas yang mengepul

"Gara-gara kamu alin berantem. Puas kamu sudah bikin anak saya jadi seorang preman begitu? Hah?!" Jihoon menahan tangisannya, tangannya seperti terbakar saja, panas sekali

"Awas kamu bilang sama alin tentang ini!!"

Plak

Pantat jihoon ditampar keras oleh guanlin, lelaki itu. Sudah kembali menjadi dirinya sendiri, yang begitu membenci jihoon

.
..
...
..
.

"Loh, bun tangan bunda kenapa?" Alin melihat tangan sang bunda yang melepuh

"Tadi bunda pegang pancinya tanpa alas, bunda lupa" jihoon memperhatikan tangannya yang malang, bagaimana ia bekerja nanti jika tangan kanannya melepuh sakit begini?

"Bunda hati-hati dong"

"Lin mau kemana? Makan dulu?!!!"

"Ambil kotal P3K buat bunda"

"Lagi-lagi kamu tahan alin buat makan. Puas?" Guanlin mencubit paha sang istri, jihoon meringis menahan tangisnya


Tbc...

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now