twentyfifth

281 47 15
                                    

Jihoon yang baru saja keluar dari rumah sakit langsung dibuat sakit hati lagi setelah apa yang harus ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri untuk kali kedua. Iya, guanlin dengan tidak tahu dirinya mengundang sang kekasih sesaat setelah mereka sampai dan malah bercinta tepat di depan jihoon. Tanpa menutup pintu, semua bisa disaksikan langsung oleh jihoon, bahkan suara erangan yang membuatnya ingin muntah sendiri.

Jihoon tak tahu harus berbuat apa, ingin pergi guanlin menyuruhnya untuk beres-beres, ingin tetap disana dia sudah tak tahan dengan semuanya. Ia hanya bisa menangis, bahkan tanpa menyaksikan suara erangan itu membuat hatinya hancur. Apa ini tandanya ia sudah mulai jatuh cinta pada lelaki yang bahkan tak mencintainya itu? Apa ini semua karma bagi jihoon?

.
..
...
..
.

"Makasih ya, udah minjemin kamar. Soalnya gue udah check out dan bakal ke Korea sekarang, lo cari dah tu anak kesayangan lo" seonho, mendorong-dorong kepala jihoon dengan jari telunjuknya

Jihoon? Ia hanya menunduk, ia ingin melawan namun ia ingat ucapan mendiang sang ayah "jangan jahat sama orang yang jahat sama kita, senyumin mereka. Jika kita melakukan hal yang sama, apa bedanya kita dengan mereka?"

Seonho pergi dengan arogan, tanpa tahu malu. Lelaki itu mengangkat sebuah garis senyum yang angkuh sebelum kekiar dari pintu "pantas ya guanlin ga betah sama kamu, lemah, jelek, bau" lalu dia pergi begitu saja meninggalkan jihoon dengan tangisan yang tak akan pernah usai setelah ini

Jihoon menunduk di depan pintu, menyembunyikan wajahnya pada kedua lututnya. Ia menangis dalam diam, sendirian.

Sesaat setelahnya, suara ketukan pintu berbunyi. Ia tak tau siapa, apa seonho datang lagi untuk mengolok-oloknya?

Jihoon membuka pintu sesegera mungkin tanpa memperhatikan wajahnya yang sudah sangat berantakan dan betapa terkejutnya dia saat menemukan siapa yang berdiri disana dengan keadaan yang tak kalah sama dengannya

Alin berdiri diam tanpa bergerak, jihoon menarik anak kesayangannya lalu memeluknya seerat mungkin. Ia rindu, rindu sekali. Bahkan saat ia hampir menyerah dengan hidup, alin bisa menjadi obat paling sempurna untuknya bertahan

Jihoon baru sadar, bahwa alin tidak sendiri. Disana, berdiri lelaki yang selama ini ia sayangi-- Kang Daniel dan adiknya Woojin

Jihoon melepas pelukannya pada sang anak, lalu menatap daniel dan woojin bergantian. Daniel tersenyum canggung di depan pintu

"Hai" hanya itu, ucapan yang keluar dari mulutnya dihiasi senyuman  khas gigi kelincinya

"Gamau masuk dulu?" Daniel dan woojin kompak menggeleng setelah berpapasan beberapa saat

"Aku tau kalian lagi ada masalah, selesaikan masalah kalian ya. Aku pamit dulu" lalu selanjutnya, daniel dan woojin pergi begitu saja. Jihoon ingin memanggil nama lelaki itu, menahannya agar tetap disini. Berlama-lama bersamanya. Namun ia sadar, semua sudah berbeda.

.
..
...
..
.

"Daddy mana? Alin mau ngomong sama Daddy" ucap alin menggenggam jemari mungil sang bunda

"Daddy kamu ...






Udah balik ke Korea tadi. Mungkin pas kamu balik kamu papasan sama pacar daddy kamu karna setelah dia pergi ga lama kamu ngetuk pintu" hati alin mencolos mendengarnya. Daddy sudah benar-benar berubah

"Yaudah, kita balik ke Korea sekarang yuk? Jangan ke Seoul, kita ke Busan. Ke rumah bunda"  setelah berkata begitu, alin merapikan seluruh pakaian dan barang-barangnya di kamar sebelah lalu pergi bersama bunda menuju Korea, tanpa memberitahu siapapun selain--



Tekotek
( Daniel hyung, Ujin gingsul hyung, Me )

Me
Makasih ya hyung |
Aku pamit |
Hutang budiku besar pada kalian |

Double up dong. Sksksk.
Vomen kalo berani coba, TBC...

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now