third

298 41 0
                                    

Suara deru langkah kaki membangunkan jihoon dari tidurnya, entah sudah berapa lama wanita 26 tahun ini tidur setelah menangis sepuasnya di bawah guyuran air tadi pagi, ia bangun. Merasakan pusing yang amat sangat ketika badannya berjalan perhalan menuju pintu

Sudah pukul tiga sore, ia belum memasak untuk suami dan anaknya. Langkah itu semakin dekat, jihoon membuka pintu yang menyambungkan kamarnya dan juga kamar sang suami, lalu dilihatnya lah sang suami-- guanlin yang tengah berdiri menatapnya seperti marah

"Ka-kamu udah pulang, lin? Ini masih sore, biasa--"

"Kenapa kalau saya pulang? Kamu ga suka? Inikan rumah saya, hak saya mau pulang kapan saja" baiklah sepertinya jihoon salah lagi kali ini

"Kemasi barang-barang kamu!!" Ucap guanlin lalu pergi meninggalkan jihoon yang berdiri membeku di ambang pintu, apakah guanlin mengusirnya? Apa inilah saatnya guanlin melepas jihoon?

Guanlin kembali masuk membawa beberapa bajunya yang sudah di laundry-- dia benar-benar tak ingin jihoon menyentuhnya-- lalu berkemas juga

"Kenapa masih diam? Kemasi barangmu! Kita akan menginap di rumah mama dan papa selama seminggu. Alin juga udah disana sepulang sekolah, jadi kamu kemasi juga barang-barang alin. Cepat!"

Jihoon merasa lega, pasalnya apa yang ia pikirkan sama sekali tidak terjadi. Beruntung. Ia pikir akan dibuang dan ditendang keluar oleh suaminya ini

Jihoon bergegas mengemasi baju yang dirasa pantas untuk dipakai disana selama seminggu, lalu setelahnya ia berlalu melewati ruang kamar gualin dan menuju kamar sang anak

Jihoon menelpon sang anak, bermaksud bertanya apakah ia juga harus membawakan sepatu dan keperluan sekolah lainnya agar sang anak tidak harus bolak balik dari rumah orang tua guanlin ke rumah kediaman mereka

"Halo sayang, ini bunda bawakan sepatu juga?"

....

"Buku sama keperluan sekolah kamu yang lain?"

....

"Dimana kamu simpennya? Oke kalo gitu, sampai ketemu disana ya sayang, bunda loves you!"

Jihoon sedikit tertawa, anak tirinya itu memang sudah remaja namun dia masih sangat manja kepada jihoon

Jihoon segera mengambil semua keperluan sang anak, termasuk bola basket dan sepatu olahraganya lalu segera keluar karna sedari tadi guanlin sudah membunyikan klakson mobilnya

Jihoon masuk ke dalam mobil, ia bingung harus duduk dimana. Guanlin pasti tak ingin duduk bersebelahan dengannya, namun kalau jihoon duduk di belakang, bukankah itu lebih tidak sopan lagi?

"Masuk!" Perintah guanlin, akhirnya jihoon memilih duduk di depan

Tak ada obrolan yang terjadi sepanjang perjalanan mereka, hanya ada suara dengusan dari guanlin yang mungkin merasa risih akibat duduk bersama wanita menjijikkan seperti jihoon

Jihoon hanya duduk menengang di sebelah guanlin, ia kedinginan akibat ac mobil yang dinyalakan. Ingin memberitahu guanlin rasanya tidak mungkin, berakhirlah dia yang menahan dingin sekarang

"Kenapa kamu? Mau buang air?" Tanya guanlin pada jihoon, jihoon menghadap sang suami lalu tersenyum sambil menggeleng

"Tidak usah sok imut kamu, menjijikkan!"

Lalu setelahnya keduanya diam tanpa sepatah katapun hingga mereka sampai di sebuah mansion besar milik keluarga Lai

Kedatangan mereka disambut hangat  oleh tuan dan nyonya lai

"Kamu sakit hoon? Kok pucet" nyonya lai memeriksa sang menantu kesayangan "badan kamu anget ini. Guanlin! Kamu bisa gasih urus istri kamu dengan baik!"

Baiklah, mati sudah jihoon. Ia akan dimarahi habis-habisan nanti oleh sang suami

"Alin mana bun?" Jihoon mengalihkan pembicaraan, "udah tidur di atas, kecapean belajar dia. Ayo masuk, bibi tolong bawakan barang menantuku ke kamarnya"

Mereka berempat-- Tuan lai, nyonya lai, jihoon dan juga guanlin sedang menikmati teh mereka sore ini. Berbicara seputar rumah tangga yang baru dibangun oleh anak dan menantu kesayangannya yang membuat guanlin ingin sekali rasanya pergi saja dari sana

"Gimana progresnya? Ga mau nambah anak?"

Uhuk uhu uhuk

Tbc...

GS | Being Perfect Wife ( Panwink )Where stories live. Discover now