(6)

283 42 3
                                    

--- ă†êr Råïñ ---
#6






02.15 WIB

Tokk tokk tokk!
Tokk tokk tokk!

Suara beruntun ketukan pintu dari Raya mengganggu pemilik rumah yang sedang tidur, gerakan tangan Raya yang tidak sabar menunggu pintu dibuka.

"Woy! Gue pulang! Gak ada yang bukain pintu!?" teriak Raya kesal karena pintu tak kunjung dibuka.

Raya kembali mengetuk pintu dengan keras dan sesekali mengetuk pintu itu dengan kakinya.

Ceklekk~

Pintu dibuka oleh seorang nyonya muda yang tidurnya terganggu karena Raya.

"Gini kek dari tadi," ucap Raya lalu masuk menghiraukan istri muda Ayahnya itu.

"Kamu dari mana? Jam segini baru pulang!?" tanya Ayahnya saat Raya baru masuk.

Raya berhenti berjalan lalu menghadap ke arah Ayahnya.

Raya berkacak pinggang sambil tersenyum remeh.

"Lohh Ayah kesambet apa? Gak biasanya nanya-nanya ke Raya? Masih ingat Raya, Yah?" ucap Raya.

"Jaga ucapan kamu Raya!" ucap Ayahnya yang tidak suka dengan nada bicara putri satu-satunya itu.

"Raya jaga ucapan? Emang penting buat Ayah? Terus kalo Raya jaga ucapan, emang bisa ngembaliin kehidupan keluarga yang dulu!?" tanya Raya sambil melirik nyonya muda kesayangan Ayahnya.

"Apa! Kamu lihat-lihat saya!?" celetuknya.

"Ehh pelakor diam ya, gak usah ikut campur!" balas Raya dengan gayanya yang cukup santai.

Plakk!

Ayahnya menampar pipi kanan Raya.

"Kamu gak punya sopan santun ya! Kalo ngomong gak pernah baik, didikan Ibu kamu kayak gini!"

Raya memegang pipinya lalu menatap tajam Ayahnya dan berani menunjuk Ayahnya tepat di depan wajah.

"Heh! JANGAN BERANI NYALAHIN IBU!" suara Raya meninggi, ya dia sangat marah kali ini.

"Kalo bukan karena Ibu! Raya udah mati! Raya masih hidup cuma buat nemenin Ibu yang hidupnya dirusak oleh Ayah! Ini bukan salah Ibu, Raya kayak gini itu karena Ayah! SADAR!" ucap Raya dengan penuh penekanan dan mata yang memerah menahan air mata karena menatap tajam Ayahnya.

"Ayah yang buat hidup Raya sama Ibu hancur! Ayah senang-senang sama banyak orang dan gak pernah ngelirik anak sama istrinya yang gak pernah senang dengan kehidupan yang sekarang!"

"Hey! Kamu..." sahut istri Ayahnya bentak oleh Raya.

"DIAM LO!" Raya kembali menatap tajam Ayahnya.

"Tahu gak!? Raya gak pernah bisa ngakuin Ayah sebagai Ayah Raya, kenapa!? Karena kenyataannya Ayah itu gagal buat bahagiain keluarga! Cuma bisa ngancurin! Buat Ibu depresi!"

After Rain(✔)🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang