(12)

222 41 3
                                    

--- ǟʄtɛʀ ʀǟɨռ ---

#12

Votment⚡













Laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi semampai dengan wajah oke tengah berjalan cepat menuju parkiran, sesekali membalas sapaan orang-orang yang mengenalnya di kampus. Ia buru-buru karena tidak mau sang pacar menunggu dengan bosan yang melanda.

"Al, buru-buru amat." ucap temannya dari fakultas lain.

Aldi melihatnya tanpa berhenti berjalan.
"Iya, pacar nunggu."

"Cielahhh makanya kuliahnya semangat pengen pulang terus!" sahut temannya yang lain.

Aldi hanya tersenyum tanpa membalas godaannya.

Sampai parkiran, ia melihat Raya yang tengah duduk di batu dan fokus bermain game diponselnya.

Senyuman Aldi terukir melihat gadis itu, ya gadis yang seperti anak kecil tetapi hidupnya membuat ia terpaksa harus menjadi gadis dewasa.

"Kayaknya keasikan nunggu," ucap Aldi sambil menghampirinya.

"Kayaknya." jawabnya tanpa melihat Aldi.

"Lama?"

"Banget." walau Raya hanya menunggu 2 menitpun pasti ia menganggap itu waktu menunggu yang sangat lama.

Aldi terkekeh.
"Yaudah ayo, mau pergi apa masih mau di sini?"

Raya mengakhiri gamenya lalu melihat Aldi, senyuman terlukis di bibirnya kemudian ia berdiri untuk masuk ke mobil.

Hari ini mereka akan ke panti untuk bertemu dengan Ibu Raya, itu yang akhir-akhir ini mereka lakukan.

"Ke rumah dulu ya, Mama tadi pagi buat kue, sekalian mau ngasih Ibu kamu." ucap Aldi sambil mengendarai mobil menuju rumahnya.

Raya menoleh melihat Aldi lalu mengangguk sebagai jawaban.

Raya menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobil, matanya memandang jalanan di depan.

"Kenapa?" tanya Aldi sambil melihat sekilas Raya.

"Capek." jawab Raya sambil menutup matanya.

"Dimarahin siapa lagi?" tanya Aldi.

"Enggak ada."

"Cerita,"

Raya membuka matanya lalu melihat Aldi yang fokus menyetir.

"Gak ada yang marahin, capek aja gak tahu kenapa."

Aldi menghela nafas pelan.

"Jangan kebanyakan mikir nanti sakit, kalo ada sesuatu bilang jangan dipendam terus, dan satu lagi, jangan pernah lagi nyakitin diri kamu sendiri."

Raya masih melihat Aldi.
"Kamu tahu gak rasanya jadi aku? Kalo kamu jadi aku pasti lebih parah nyakitin diri sendiri."

Tangan Aldi terangkat mengelus surai kecoklatan milik Raya.
"Iya aku gak tahu, mungkin kamu yang  lebih kuat dari aku. Tapi apa untungnya kamu nyakitin diri sendiri?"

Raya menyingkirkan tangan Aldi di kepalanya.
"Rasa sakit di hati kamu mengurang karena tergantikan dengan rasa sakit yang di buat di tubuh sendiri."

After Rain(✔)🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang