(39)

100 20 5
                                    

--- ѧғṭєя яѧıṅ ---
#39

🅥🅞🅣🅜🅔🅝🅣!


Alan pergi ke kantor polisi, ia ingin menemui Raya. Alan diarahkan ke tempat Raya oleh seorang polisi dan matanya melihat Rania yang sedang makan bersama Raya dengan dipisahkan jeruji besi, duduk di lantai.

Alan diam melihat mereka, Rania yang tampak senang mengajak ngobrol Raya sambil makan, Raya yang antusias dan merasa nyaman dengan gadis yang berstatus spesial untuk Alan.

Jadi Raya tidak sendiri di balik jeruji besi, ada beberapa orang namun Raya ya Raya, dia lebih suka menyendiri. Rania menjenguknya setiap hari, membuat Raya sedikit terobati bebannya karena perhatian lebih yang diberikan Rania, tidak hanya Rania namun Zain juga kadang menjenguk Raya bersama Ibu panti, Andri juga ke sini untuk menanyai Raya.

Alan baru kali ini menjenguk Raya, Alan kecewa dengan Raya karena kejadian itu, Alan masih belum menerima jika Raya membunuh teman sekelasnya. Alan memang belum pernah ke sini, namun ia selalu menitipkan makanan kepada Zain yang akan menjenguk Raya.

"Ray, Andri udah ke sini?" tanya Rania saat selesai makan.

"Udah, katanya kurang bukti."

"Lo masih ada barang yang dikirim Feny buat nerror?"

Raya tampak berfikir sebentar lalu menggeleng, "Gue buang, karena isinya bangkai."

"Emm apa ya buat bukti kalo Feny yang mulai duluan?"

Mereka tampak berfikir, "Barang mungkin gak ada, tapi pesan terakhir terroran bisa buat bukti, 'kan?" suara Alan membuat mereka melihat ke arahnya.

Rania menegakkan tubuhnya lalu berdiri, ia berhadapan dan saling menatap dengan Alan, "Zain memiliki bukti itu."

"Kamu tau dari mana?" tanya Rania.

"Waktu itu aku nunggu kamu, terus Zain ngasih tau kalo Raya pergi dari panti." ucap Alan lalu melihat Raya.

"Terus kamu pergi itu? Ahh iya kenapa gak kepikiran ke pesan itu!" potong Rania yang malas mengungkit itu.

"Ran, Maaf..."

"Makasih udah bantu cari bukti." ucap Rania pada Alan.

Ponsel Rania berdering, sebuah panggilan masuk dari Andri.

"Ndri, Lo ke panti ambil ponselnya Raya." belum juga Andri mengucap salam sudah disuruh Rania ke panti.

"Ngapain? Mau dijual?"

Rania menghela nafas pelan, "Ada pesan terroran di sana, itu bisa buat memperkuat barang bukti."

"Okesip! Kasih tau Raya, sidang hari sabtu." tutututtttt~

Rania tersenyum manis, "Sidangnya hari sabtu."

"Sabtu minggu ini?" tanya Raya.

"Kayaknya sih iya."
Rania melihat Alan, "Kamu sebagai saksi, 'kan?"

Alan mengangguk, "Yang jadi saksi bukan aku aja,"

"Iya tau kok, banyak. Tapi saksi mata di tempat kejadian itu kamu."

"Kalian masih berantem ya?" tanya Raya yang merasa Rania sedikit berbeda menjawab ucapan Alan.

Mereka diam, suasana menjadi sunyi. Tiba-tiba Rania melihat jam tangannya, "Ray kayaknya aku harus ke kampus." ucapnya.

"Itu tempat makannya besok aja aku ambil, oke. Assalamuallaikum." pamitnya.

"Ran, " panggil Alan yang merasa Rnia menjauhinya.

After Rain(✔)🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang