(36)

149 29 8
                                    

--- Αfтєя Яαιи ---
#36

🅥🅞🅣🅜🅔🅝🅣!

Sejak kemarin Alan berusaha menghubungi Rania, puluhan telfon dari Alan tidak ada satupun yang Rania respon.

Kemarin Alan sedikit tidak enak badan dan kepalanya penuh dengan pikiran, pagi seperti ini Alan sudah bersiap untuk pergi ke rumah Rania, namun saat Alan turun dan terlihat oleh Papanya, dia dilarang untuk keluar.

"Mau kemana kamu? Gak ingat kemarin panas banget?"

"Pa, Alan mau ke rumah Rania.."

"Rania yang nyuruh?"

"Enggak Pa, Alan sendiri yang mau ke sana. Alan udah baik-baik aja kok,"

"Baik dari mana, muka masih pucet gitu." sindir Kalea yang sedang makan sarapannya.

Alan mengulum bibirnya ketika mendengar ucapan Kalea, "Pucet belum tentu sakit."

"Terus yang kemarin panas banget sampai Papa bela-belain manggil Dokter ke rumah siapa?" Kalea lama-lama kesal dengan Alan yang semakin hari tidak menjaga kesehatan.

"Nahh karena kemarin udah diobatin, sekarang udah sehat."

Kalea memutar bola matanya malas, "Yayayaya terserah Kakak deh."

Kemarin Alan dimarahi habis-habisan oleh Papanya karena pulang dengan keadaan pucat dan mukanya sedikit ada luka.

"Pa, boleh ya?" tanya Alan.

"Sarapan dulu."

"Tapi Pa.."

"Yaudah mending gak usah." Alan menghela nafas kasar lalu berjalan ke meja makan untuk sarapan sesuai perintah Papanya.

Merekapun makan bersama.

"Ekhem kayaknya ada yang berantem sama kak Rania," bisik Kalea ke Alan setelah selesai sarapan.

Alan melihat Kalea, "Sok tau."

"Ihh emang iyaaaaa, 'kan." ucap Kalea sambil menyenggol lengan Alan.

"Pa, Alan udah selesai sarapan. Alan pergi ya," ucap Alan sambil berdiri.

"Nanti aja gak bisa?" tanya Papanya sambil menerima salaman dari Alan yang ingin pergi.

"Gak bisa Pa, Rania keburu pergi ke Kampus. Alan pergi dulu, assalamuallaikum." pamitnya sambil sedikit berlari ke luar rumah.

.

.

.

"Pak, katanya gak mau nganterin saya lagi?" tanya Alan pada Pak Amin yang mengantarnya ke rumah Rania.

"Kalo Pak Amin gak nganter kamu, yang ada kamu pingsan di pinggir jalan karena nunggu taksi." jawab asal Pak Amin.

Alan terkekeh, "Uu sayang banget ya ke Alan?" godanya sambil mencubit Pak Amin pelan.

Pak Amin tertawa, "Ya iya, 'kan nak Alan ini anak terganteng Pak Amin." ucap Pak Amin yang sudah menganggap Alan dari dulu anaknya.

"Anak Bapak sih cewek semua, 'kan Alan jadi ganteng sendiri."

After Rain(✔)🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang