(15)

242 34 3
                                    

--- αƒтєя яαιη ---
#15

VOTMENT













Kringgg~~

Suara bising alarm membangunkan laki-laki yang sedang nyenyak-nyenyaknya tidur.

Alan membuka matanya yang sebenarnya masih ingin tidur karena kepalanya sangatlah pusing.

"Udah bangun, sarapan nih Papa taruh sini ya." suara Papa Alan yang tiba-tiba masuk dengan membawa sarapan untuk anaknya.

Alan menyandarkan punggungnya.
"Papa gak kerja?"

"Kerja, tapi nanti kalo udah lihat kamu minum obat." ucapnya lalu duduk melihat Alan yang pucat.

Alan mengambil makanan yang Papanya bawa untuk ia makan.

"Alan gakpapa, capek aja." ucapnya lalu makan sarapan tersebut.

"Kamu sakit juga bilangnya capek. Kamu itu harus bisa jaga diri, jangan mudah sakit, kalo nanti kamu punya istri, kamu sakit terus, gimana? Gak kasihan sama istrinya?"

"Gak bakal sakit kalo ada istri Pa," jawab Alan asal yang membuat Papanya tertawa.

"Kuliah yang benar, tinggal beberapa bulan lagi sarjana, mau nerusin apa kerja?"

"Gak tahu Pa, kayaknya pengen nerusin kuliah lagi tapi pengen cari uang juga."

"Pilih salah satu jangan dua-duanya nanti capek malah sakit terus, cari istri aja deh biar gak sakit."

"Gak bakat ngimamin istri Pa,"

"Ya belajar, jangan sibuk sama masalah orang terus."

Setelah makan sedikit, Alan mengambil segelas air putih lalu mengambil obat yang sudah Papanya siapkan dan meminumnya.

Jadi, Alan hari ini tidak enak badan dengan alasan kelelahan. Sebenarnya kemarin suster tidak memperbolehkan Alan mendonorkan darah karena Alan anemia, namun Alan tetap menyuruh suster maupun dokter untuk mengambil darahnya, maka dari itu Alan sangat pucat kemarin setelah donor darah.

"Iya nanti Alan belajar ke Papa." jawabnya lalu membuka selimutnya dan duduk di sebelah Papanya dengan kepala yang masih terasa pusing.

Papanya tersenyum lalu mengusap kepala Alan.
"Gak terasa pangeran Papa udah segini, tumbuh tanpa Ibunya." ucap Papanya pelan dengan senyuman tipis yang memudar ketika kata akhir diucapkan.

Alan menatap Papanya lalu tersenyum.
"Kata siapa? Ibu ngeliat Alan tumbuh dari sana, cuma kita aja yang gak bisa lihat Ibu makin cantik."

Papa Alan terkekeh.
"Secantik bidadari surga ya,"

Alan mengangguk lalu terkekeh, "Istri Papa mahh beda."

"Nanti samperin Ibu kamu bareng Papa, pas Papa pulang kerja."

"Siap, sekalian mau samperin Alanza."

Papanya tersenyum mendengar nama gadis yang seharusnya nanti menjadi mantunya.
"Kangen ya?"

"Kayaknya lebih besar kangennya Papa ke Ibu deh," jawab Alan dengan kekehan.

After Rain(✔)🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang