Jamak Shalat
Sejak kecil kita sudah tahu ilmu tentang menjamak shalat. Berikut info untuk penyegaran dan pelurusan yang sekiranya belum lengkap.
Menjamak shalat itu dibolehkan bila ada 'illatnya. Yang disepakati seluruh ulama adalah ketika safar, sedangkan karena sebab sakit dan hujan masih jadi ikhtilaf. Ada yang membolehkan dan ada yang tidak membolehkan.
Untuk 'illat safar sebdiri, ada syarat-syaratnya yang perlu diketahui, antara lain :
1. Jarak safar
Jarak safar itu 4 burud, setara 16 farsakh atau 88.704 km. Dibulatkan jadi 89 atau 90 km. Dasarnya Nabi SAW yang melarang penduduk Mekkah untuk mengqashar shalat di Arofah.
Jaraknya 25 km dari Masjid Al-Haram ke Arofah. Jadi belum boleh jamak atau qashar.
Nabi SAW membolehkan kalau jaraknya antara Mekkah dan Usafan, yang di masa itu dalam hadits disebut 4 burud.
Pendapat yang bilang asalkan 1 mil sudah boleh jamak, itu pendapat yang menyendiri, tidak mewakili mazhab mana pun. Cuma pendapat Ibnu Hazm dalam Al-Muhalla.
Tapi kitab ini bukan kitab fiqih. Tidak bisa dijadikan rujukan. Karena bertentangan dengan ketentuan Rasulullah SAW.
2. Niat safar
Gunanya niat ini ketika sudah keluar rumah, meski belum sampai 90 km, sudah dianggap musafir.
Jadi sudah boleh menjamak dan mengqashar, walaupun baru 5 km dari rumah. Syaratnya asalkan sudah 'niat' mau menempuh safar minimal sejauh 90 km.
Kalau pernah baca hadits bahwa Nabi SAW mengqashar hanya dalam jarak 3 mil, itu tidak salah. Tapi ketahuilah bahwa Beliau sebenarnya berniat safar yang jauh. Dan sudah boleh start menjamak qashar.
3. Masih Berstatus Musafir
Selama masih berstatus musafir, jamak dan qashar masih boleh dilalukan, walaupun berhari, berminggu atau berbulan.
Tapi status kemusafiran expired karena hal-hal berikut :
a. Sudah Pulang dan Masuk Rumah
Begitu kita lulang sampai di rumag, maka ststus kemusafiran kita segera expired.
Jadi kalau sudah sampai rumah, jangan masih punya hutang shalat jamak ta'khir. Sebelum sampai rumah, selesaikan dulu jamak shalatnya di perjalanan.
b. Niat Menetap Lebih Dari 4 Hari
Selama pulang mudik, boleh jamak di kampung halaman, asalkan niat menetapnya tidak lebih lama dari 4 hari.
Kalau dari awal sudah niat menetap lebih dari 4 hari, maka sejak tiba di kampung sudah bukan musafir. Niat itu misalnya sudah punya tiket kembali yang lewat 4 hari.
Sebaliknya, kalau niat menetap kurang dari 4 hari, silahkan jamak qashar terus saja. Hitungan 4 hari itu pun di luar hari kedatangan dan hari kepulangan.
Lalu kalau tidak ada niat menetap lebih dari 4 hari, bagaimana? Misalnya kepulangannya tidak pasti dan masih menggantung? Jawabnya berarti tetap masih musafir.
c. Menetap di Luar Peradaban
Yang menarik dibahas, para ulama menetapkan bahwa tidak disebut menetap kecuali di dalam peradaban manusia, misalnya kota atau desa yang dihuni masyarakat.
Sedangkan bila berkemah di luar peradaban, di alam bebas, di gunung, padang pasir, savana dan lainnya, meski berhari-hari atau berminggu bahkan berbulan-bulan, tidak disebut dengan menetap.
Jadi kalau pernah baca hadits bahwa Nabi SAW pernah menjamak shalat selama berbulan-bulan, itu karena beliau tidak menetap di suatu peradaban.
Ahmad Sarwat, Lc.MA
🌠🌠🌠

KAMU SEDANG MEMBACA
ملخص الفقه الإسلامي {٢} - كتاب أحكام الصلاة ✓
Espiritualبِسْــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم الحمدلله وكفى، وسلام على عباده الذين اصطفى. وبعد... Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Salawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw. Fiqih sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Karena...