Selama Mudik di Kampung Halaman Apakah Kita Boleh Tetap Menjamak-qashar Shalat?
Wed 28 June 2017 | Shalat > Shalat Jama
Pertanyaan :
Assalamu 'alaikum wr. wb.
Mohon izin bertanya tentang maslaah shalat jama' dan qashar saat mudik.
1. Apakah ketika kita mudik di kampung halaman sendiri, status kita tetap musafir atau bukan musafir?
2. Kalau dikatakan bukan musafir, apakah berarti kita tidak boleh menjama' atau mengqashar shalat kita?
3. Kalau status kita musafir, bagaimana ketentuannya? Apakah ada batas-batas seorang masih disebut musafir walaupun posisi di kampung halaman sendiri?
Mohon penjelasan yang rinci ustadz.
Terima kasih
Wassalam
Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahamtulaahi wabarakatuh
Pertanyaan ini memang menarik untuk kita pelajari dengan seksama. Apakah ketika kita sedang berada di kampung halaman sendiri saat mudik, status kia masih tetap musafir ataukah bukan musafir?
Jawabannya akan sangat menentukan nanti, apakah kita boleh menjama' dan mengqashar shalat selama di kampung, ataukah tidak boleh?
Banyak sekali komentar dan analisa dari orang-orang tentang status selama kita di kampung halaman pada momen mudik ini. Ada yang bilang masih musafir atau yang bilang bukan musafir. Pokoknya ramai perbincangan ini.
Bagaimana Mudiknya Rasulullah SAW?
Untuk menjawab masalah ini, sebenarnya mudah saja. Mari kita tengok status kemusafiran Rasululah SAW secara langsung dimana beliau mengalaminya sendiri. Perlu diketahui bahwa Beliau SAW aslinya adalah penduduk Mekkah Al-Mukarramah. Beliau SAW lahir 572 masehi di Mekkah, tumbuh dan tinggal di Mekkah hingga dewasa serta berkeluarga disana.
Di usia 53 tahun, Beliau SAW bersama ribuan shahabat meninggalkan kota Mekkah pergi berhijrah ke Madinah Al-Muwarah. Lalu mereka tinggal dan menetap menjadi penduduk disana untuk seterusnya.
Bolehlah kita sebut bahwa Beliau SAW dan para shahabat ini sebenarnya berstatus 'merantau' juga. Sebab mereka tetap merasa punya kampung halaman yang selalu dirindukan dalam hati, yaitu kota Mekkah Al-Mukrramah.
Memang tidak ada riwayat yang menyebutkan bahwa Beliau SAW pulang 'mudik' ke Mekkah tiap lebaran. Tetapi bukan berarti sama sekali tidak pernah. Paling tidak di tahun ke-10 hijiryah, Beliau SAW bersama dengan puluhan ribu shahabat melakukan ibadah haji (Haji Wada') ke Mekkah selama beberapa hari lamanya. Peristiwa ini boleh kita sebut sebagai 'mudik masal'. Pulang kampung untuk sementara tapi tidak untuk seterusnya.
Kemusafiran Rasulullah SAW
Status musafirnya Rasulullah SAW sudah pasti, setiaknya selama perjalanan dari Madinah ke Mekkah yang biasanya memakan waktu selama seminggu perjalanan melewati padang pasir, dipastikan Beliau SAW itu berstatus musafir.
Terbukti bahwa Beliau SAW selalu menjama' dan mengqashar shalatnya selama melwati rute itu.
Apakah Status Beliau SAW Tetap Musafir Selama di Mekkah?
Ini yang menarik untuk dibahas, apakah Beliau SAW setelah tiba di Mekkah dan tinggal beberapa hari di Mekkah itu masih tetap berstatus sebagai musafir ataukah sudah bukan musafir lagi?
Untuk itu bisa kita deteksi dengan bagaimana cara shalat Belaiu SAW selama di Mekkah dalam rangka ibadah haji. Bagaimana tata cara shalat yang Beliau SAW lakukan selama di Mekkah? Apakah beliau shalat dengan menjama' dan mengqashar sebagaimana umumnya musafir, ataukah Beliau SAW tidak menjam' dan tidak mengqashar, dengan alasan toh sedang berada di kampung halaman sendiri?
Ternyata semua hadits yang sampai kepada kita kompak menyebutkan bahwa Beliau SAW dan para shahabat selama prosesi ritual ibadah haji, setidaknya mulai tanggal 9 Dzulhijjah yaitu Wukuf di Arafah hingga ke Mina pada tanggal 10-11 dan 12 Dzulhijjah, selama itu pula Beliau SAW menjama' dan mengqashar shalat lima waktu.
Yang tidak melakukannya hanya jamaah haji yang merupakan penduduk Mekkah asli, khusus untuk mereka ternyata Nabi SAW melarang mereka untuk menjama' dan mengqashar shalat. Alasannya dengan tegas disebutkan, yaitu karena mereka bukan musafir. Maka mereka pun shalat empat rakaat untuk Zhuhur, Ashar dan Isya. Tidak disebutkan apakah mereka menjama' atau tidak.
Tetapi setelah prosesi ibadah haji selama 4 hari itu selesai, Nabi SAW sudah tidak lagi menjama' atau mengqashar shalat. Padahal Beliau SAW masih tetap tinggal di Mekkah untuk sementara waktu.
Pada titik inilah kemudian para ulama menyebutkan status Beliau SAW sudah bulan lagi musafir, tetapi sudah menjadi orang yang muqim sementara. Dan untuk itu setelah 4 hari bermukim di Mekkah, sudah tidak mendapatkan lagi fasilitas untuk menjama' dan mengqadhar shalat.
Pendapat Yang Berbeda
Dil luar apa yang umumnya disepakati para ulama, ada juga yang punya pendapat agak berbeda, seperti Abu Hanifah dan At-Tsauri berpendapat bahwa masa berlakunya jama' dan qashar bila menetap di suatu tempat selama 15 hari. Namun jumhur ulama sepakat dengan angka 4 hari di luar hari kedantangan dan kepulangan.
Sedangkan riwayat-riwayat yang menyebutkan bahwa Beliau SAW pernah menjama' dan mengqashar lebih dari 4 hari, seperti 19 hari, tiga bulan dan sebagainya, kasusnya berbeda dengan kasus ini. Sebab Beliau SAW tidak menetap di desa atau kota atau tempat yang lazim lazim dihuni manusia. Beliau SA Wsaat itu berkemah di padang pasir luar pemukiman.
Masuk akal dan wajar kalau statusnya tetap musafir terus. Seperti tentara yang masuk hutan atau awak kapal laut yang berlayar di lautan berbulan-bulan, wajar kalau status mereka tetap musaifr terus. Alasannya karena selama itu mereka tidak masuk ke wilayah pemukiman masyarakat dan tinggal secara wajar sebagai warga kota atau warga desa.
Kesimpulan :
1. Selama mudik ke kampung halaman, kita masih menjadi musafir selama durasi 4 hari, di luar hari kedatangan atau hari kepulangan.
2. Selepas dari 4 hari ini, meski pun secara fisik kita masih berada di kampung halaman, status kemusafiran kita sudah lepas.
3. Bila sudah tidak bersatus musafir lagi, maka sudah tidak diperbolehkan lagi untuk shalat dengan cara menjama' dan mengqashar shalat.
Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahamtulaahi wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.,MA
🌺🌺🌺

KAMU SEDANG MEMBACA
ملخص الفقه الإسلامي {٢} - كتاب أحكام الصلاة ✓
Espiritualبِسْــــــــــــــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم الحمدلله وكفى، وسلام على عباده الذين اصطفى. وبعد... Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Salawat dan salam kepada nabi Muhammad Saw. Fiqih sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Karena...