Indifferent

8.1K 782 25
                                    

Naruto kembali ke kediaman Namikaze di waktu siang telah berganti malam, masih dengan seragam sekolah yang melekat di tubuhnya.

“Kalian pulanglah”

Naruto keluar dari mobil berwarna abu-abu dengan santai, matanya melirik bangunan rumahnya yang terlihat mewah itu dengan enggan.

“Kau mengusir kami?!”

Pemuda berahang tegas dibalik kemudi berteriak membuat kekehan terdengar dari bibir mungil Naruto.

“Baguslah kalau kau sadar, Kiba”

“Ya, ya. Terserahmu dasar tak tau berterima kasih, akukan sudah mengantarmu pulang” pemuda yang di sebut Naruto dengan panggilan Kiba itu berseru keras.

Naruto memasukan tangannya ke dalam saku celana “Jangan lupa jika mobil yang kau gunakan sekarang adalah milik pemalasan di sebelahmu yang tengah tertidur itu”

Kiba memukul kesal Shikamaru yang masih betah tertidur melampiasakan kekesalannya terhadap Naruto membuat pemuda itu dengan enggan membuka matanya.

“Bisakah kalian berhenti? Hei Naruto walau enggan, kau masuklah ke rumahmu itu beristirahat. Kau tak lelah seharian bermain dan berkelahi?”

Ucapan Shikamaru padanya berhasil menghadirkan decihan dari Naruto.

“Dan kau bajingan, kenapa kau memukulku hah?? Cepat antarkan aku pulang, aku ingin segera beristirahat”

Tidak ingin menghadapi amukan berlebihan pemuda disebelahnya, Kiba kembali menyalakan mobil abu-abu milik Shikamaru.

“Kami pulang”

Naruto menghela nafas dengan keras sebelum melangkah masuk ke dalam rumah yang di impikannya sewaktu ia belum menyimpan dendam dan rasa kecewa yang membuatnya luka.

Gerakannya membuka pintu kamar terhenti, Naruto melirik pada pintu ruangan yang berhadapan dengannya sedikit terbuka.

Sekilas Naruto dapat menangkap siluet seseorang yang diyakininya adalah pemuda lain selain kakak kandungnya.

“Cih,, memangnya apa peduli ku”

Mengenyahkan pikiran-pikiran bodohnya pada kegiatan di kamar seberang, Naruto memasuki kamar pribadinya lalu menutup dan mengunci rapat pintu berwarna coklat itu.

-

Suara ketukan pintu terdengar diikuti sahutan seseorang yang terdengar begitu ceria dibalik pintu kamarnya, membuat raut kesal terpampang nyata di wajah Naruto, dan dengan kesal memakai asal  ransel miliknya.

“Apa??”

Tak menyembunyikan kekesalannya Naruto bertanya ketus pada pelaku yang mengetuk pintu kamarnya sedari tadi.

“Selamat pagi Naru. Oh, kau sudah bersiap rupanya” tak mengindahkan kekesalan adiknya Haruto menyapa adiknya itu.

“Minggir, kau menghalangi jalan”

Naruto melengos begitu saja, mengacuhkan saudaranya. Menghiraukan sikap buruknya Haruto mengekori langkah adiknya.

“Naru, ayo sarapan bersama”

“…”

“Baru setelah selesai sarapan kita bisa berangkat ke sekolah bersam-“

Naruto menatap tajam kakaknya dengan raut wajahnya yang terlihat jelas menahan amarah.

“Berhenti bersikap sok baik padaku”

“Naru aku-“

“Jika ingin, kau bisa melakukannya bersama kedua orangtuamu itu. Bukankah kalian terbiasa melakukan itu bertiga? Kau ingin berangkat ke sekolah, lakukan itu sendiri jangan mengajak ku”

Sama seperti anak sulungnya, dari ruang makan yang berjarak tidak jauh dari kedua bersaudara itu, Kushina terlihat memelas saat mendengar apa yang dikatakan si bungsu yang berjalan tegas meninggalkan mereka dengan punggungnya yang terlihat.

“Naru..”

“Biarkan adikmu Haru, kemarilah” suara tegas Minato terdengar “Adikmu itu.. Dia mungkin belum terbiasa saja, pelan-pelan saja kau bisa mengajaknya lain waktu”

Mengangguk Haruto berjalan lesu menghampiri meja makan dimana kedua orangtuanya berada.

“Dasar cacing! Merusak mood di pagi hari saja”

Naruto membuka paksa pintu besar rumahnya dengan cara yang begitu kasar sambil menggerutu.

“Oh, Haru kau-“

Naruto memasang wajah garang mendapati seseorang yang salah mengira dan menyapanya.

“Haru, mana dia?”

“…”

“Aku bertanya padamu”

kesal karna tak mendapat respon Sasuke mencekal bahu Naruto dari arah belakang yang langsung mendapat sentakan kasar.

“Hangan seenaknya menyentuhku”

“Maka jawablah pertanyaan ku”

Menyeringai kejam Naruto memolototi pemuda itu “Bukan urusanku, pergi cari  dan lihat saja sendiri aku bukan salah seorang dari penjaganya jangan bertanya padaku”

“Apa lagi kali ini brengsek!!” seru Naruto saat ia yang sudah lebih dulu berbalik itu, kembali lengannya dicekal oleh orang yang sama.

“Berangkat bersama”

Terkekeh singkat Naruto memandang seksama wajah tampan pemuda dingin itu “Kau bercanda? Jangan membuatku tertawa” sarkasnya.

“Ayo berangkat bersama, bertiga”

Dalam hati Naruto berseru, hampir melupakan fakta sebenarnya dari keberadaan ketua osis yang kini berada di rumahnya.

“Oke, ku akui leluconmu lucu. Selamat aku terharu mendengar tawaranmu” Naruto menyentak kasar lengannya yang masih di penganggi Sasuke “Sayangnya, aku tidak tertarik”

Merasa kembali kalah Sasuke membiarkan saja pemuda pirang yang berpakain tak rapi itu berlalu.

Just,Stop!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang